BAB 13 -Hal Sederhana-

1.5K 186 15
                                    

'Yang aku tahu, kamu itu pintar bergerak senyap. Karna kamu mampu mengambil hati ku, tanpa aku tahu...'

***

Suasana sepi saat mata pelajaran fisika berlangsung adalah hal wajib bagi seluruh kelas. Termasuk kelas (nama kamu) yang merupakan salah satu kelas unggulan. Jika saja mereka berisik, itu akan mencoreng nama baik yang disandang oleh kelas mereka.

Semua siswa hanya duduk mendengarkan penjelasan dengan berbagai macam respon. Ada yang sambil memejamkan mata seperti Bastian. Ada yang duduk bersidekap seperti Rizky. Dan ada yang menangkup wajah ogah-ogahan seperti (nama kamu).

Seperti biasanya, (nama kamu) amat sangat malas dengan pelajaran yang berbau dengan angka dan sebagainya. Ia juga heran, kenapa ia masuk ipa jika ia begitu benci dengan angka? Entahlah. Mungkin waktu itu (nama kamu) tengah linglung.

"(Nama kamu)~" Iqbaal menyerukan namanya dengan sedikit diiringi irama. Cowok itu menyodorkan secarik kertas tepat di hadapan (nama kamu).

'Kalau bosen liatin Pak Muhe, mending ngelirik gue aja. Masih fresh, muda, cakep, imut lagi...'

Tulisan itu membuat (nama kamu) tanpa sadar menyunggingkan senyumnya. Sejak kapan Iqbaal jadi orang over pede seperti ini? Entah, mungkin Iqbaal kursus kepribadian juga pada Bastian.

(Nama kamu) menuliskan balasan dengan santai lalu menggeserkan kertas tersebut ke arah Iqbaal.

'Gue malah lebih seneng liatin Pak Muhe daripada elo, Baal.'

Iqbaal yang mendapat jawaban seperti itu mendengus sebal lalu kembali menuliskan balasan untuk (nama kamu).

'Kenapa? Takut gagal move on yah? Takut nyesel, liat mantan makin ganteng?'

(Nama kamu) mendengus geli. Menatap Iqbaal yang berada di sampingnya mengangkat alis sok ganteng membuat (nama kamu) menghembuskan nafasnya.

'Jangan lupa traktirannya. Semalem gue menang lohhh...'

Iqbaal melirik setelah membaca tulisan itu. Ia menghela nafas lalu menopang dagu dengan tangan pada meja untuk memandangi (nama kamu) yang kini salah tingkah.

(Nama kamu) melirik risih ke arah Iqbaal lalu pura-pura memperhatikan apa yang diterangkan Pak Muhe. Kebiasaan Iqbaal semenjak mereka satu bangku adalah menatapnya lekat dengan senyum menyebalkan yang membuat (nama kamu) sulit mengontrol detak jantungnya.

Ia ingin mencoba menjauhi Iqbaal saat mendapat gebrakan dari gadis yang (nama kamu) lupakan namanya itu. Namun nyatanya susah. Mencoba mengabaikan pun rasanya seperti membohongi diri sendiri. Ia memang ingin melupakan Iqbaal. Tapi fakta bodohnya adalah hati (nama kamu) tidak menginginkan itu.

"Iqbaal! Kamu merhatiin ora?" teguran dari Pak Muhe, guru fisika yang terkenal paling killer diantara para guru membuat semua siswa di kelas tersebut menegang. Bahkan Bastian yang tengah menyelam di alam mimpi segera membuka mata karna teguran tersebut.

Iqbaal melirik. Tersenyum tanpa dosa membuat Pak Muhe semakin menatapnya tajam.

"Malah cengar-cengir... Wong deso-wong deso! Maju ke depan!" suara yang kental dengan logat jawa itu membuat Iqbaal bangkit dari kursi. Ia berjalan mendekati Pak Muhe yang berada di depan kelas seolah siap melahap tubuh kerempeng Iqbaal.

"Jelasin," titahnya lalu duduk di kursinya memperhatikan Iqbaal yang kini mencoba melihat materi apa yang Pak Muhe tengah jelaskan.

Ia menarik nafas perlahan. Menjelaskan sesuai kemampuannya dengan senyum mengembang sempurna. Matanya juga tak jarang menatap (nama kamu) yang tengah memperhatikan penjelasannya dengan khusyu.

Gagal Move On •IDR•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang