****

Seluruh medan perang terlihat semakin kacau, bau busuk dari darah para iblis begitu menyengat. Hanya tinggal beberapa dari mereka yang kuat yang masih bertahan berhadapan langsung dengan para pimpinan tinggi Lucery. Suara dentingan senjata masih saja terdengar, suara ledakan-ledakan dari kekutan besar para iblis sesekali terdengar.

Asap hitam yang mengelilingi Halpas semakin menebal, berlahan bergerak memutari tubuhnya tak berapa lama Halpas menengadahkan kepalanya ke langit dan terbang berputar ke atas langit. Sebuah baju zirah besi hitam pekat dengan pedang yang di penuhi aura kegelapan, di bagian punggung baju zirah terdapat sayap hitam pekat. Dari kejauhan Howen dapat merasakan kekuatan kegelapan yang melingkupi seluruh baju zirah itu.
“senjata anda sudah siap!! Hanya kau yang bisa memakai dan menggunakannya, sekarang tugasku selesai.” Seru Halpas yang tak berapa lama menghilang bersama kepulan asap hitamnya.

Rhodri menatap  kearah baju zirah barunya dan tanpa dia sadari sebuah kekuatan besar menghantam tubuhnya, membuatnya terpental membentur tanah, hingga suara dentuman keras terdengar keras.
“Howen jangan sampai dia memakai baju zirah terkutuk itu!!” teriak Devian memberi peringatan pada Howen.

Howen meluncur cepat kearah depan baju zirah itu, menghalangi Rhodri yang hanya berjarak beberapa meter dari sana. Rhodri berusaha bangkit, luka di tubuhnya perlahan menguap mengeluarkan asap. Rhodri menarik paksa bajunya yang sudah terkoyak lepas dari tubuhnya, terlihat jelas beberapa bekas luka lama di tubuhnya. Di lehernya tergantung kalung batu ruby merah.
Devian berdiri tepat di belakangnya. “tak akan ku biarkan kau berjalan lebih jauh lagi.”

Rhodri berbalik menatap Devian. “ayah memilihmu, meskipun darah iblis mengalir dalam tubuhmu.”

“apakah itu salahku?” Tanya Devian santai. “kau hanya mencari-cari alasan untuk membenciku, apa aku salah?”

“tidak, kau benar. Tapi, aku tidak butuh alasan lagi untuk menyingkirkanmu. Karena aku yang terkuat dari yang kuat.”

“tidak! Kau salah, semakin kuat dirimu maka kau semakin lemah.”

“APA!!”

“karena kau lupa bahwa yang lemah juga bisa saja menjatuhkanmu dari arah yang tak terduga.”

Bbbllleeedaarrrr….

Debu mengepul di udara, pedang keperakan menghantam Rhodri, menimbulkan ledakan kuat yang menghancurkan tanah tempatnya berpijak. Terlihat Alexis menatap Rhodri dengan wajah emosi.

Rhodri terlihat berusaha berdiri kembali dengan susah payah. Ekor matanya menangkap sosok Aslyn yang masih berusaha berdiri dari kejauhan dan kembali menatap Alexis.

“sepertinya kau terlalu serius sampai lupa kalau kau sedang mempengaruhi seseorang.” Alexis mengangkat pedangnya ke atas pundak. “sepertinya tak ada pilihan lain, selain mengeroyokmu. Cih, sepertinya aku harus membuang harga diriku sebentar.” Alexis berjalan perlahan kearah ayahnya.

*falsh back*

Saat Devian menghadapi Rhodri, Alexis berhadapan dengan Aslyn. Mata Alexis menatap lurus iris Aslyn, dia terlihat begitu serius menatap lawannya. Dengan gesit Alexis meluncur cepat kearah Aslyn, menyerang gadis itu bertubi-tubi. Tak memberi kesempatan lawannya untuk membalas serangan Alexis. Aslyn terus bertahan dari serangan Alexis.

Saat Aslyn terfokus pada serangan Alexis berikutnya, sebuah pukulan di tengkuk Aslyn membuat gadis itu ambruk. Alexis manatap tubuh gadis yang terbaring tak sadarkan diri di bawah kakinya. Alexis mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan menikamkannya pada tengah dada Aslyn. Menghancurkan sebuah batu Ruby kemerahan yang melekat pada baju zirah gadis itu. Pecahan batu Ruby bertebaran di tanah.

Mata Alexis menangkap sebuah simbol aneh di belakang telinga Aslyn, perlahan dia mendekat dan mencoba mendekat untuk melihat gambar apa yang ada di belakang telinga Aslyn. Tapi, saat dia hendak menyentuh Aslyn gadis itu bergerak perlahan.

“Aagggrrr..” Aslyn perlahan mengerang dan menggeliat, saat gadis itu membuka mata samar dia menangkap sosok Aslyn. “A..apa yang terjadi?” Tanya gadis itu lemah.

“tidak terjadi apa-apa, sebaiknya kau segera bangun aku harus mengurus hal lainnya.” Alexis menatap kearah Ayahnya yang tengah berhadapan dengan Rhodri.

Alexis melirik kearah Aslyn yang berusaha bangkit. “kita bicara nanti.” Kata Alexis yang langsung melesat menyusul ayahnya.

*flash back end*

“Jadi, kalian memutuskan untuk mengeroyokku?” Rhodri menatap Devian tajam. “baiklah, kita buat ini menjadi adil.” Rhodri mengulurkan tangannya kearah baju zirah barunya.

Baju besi itu perlahan bergetar kuat, Howen yang berjaga di dekat baju zirah itu terlihat terkejut. Tak berapa lama baju zirah itu meluncur dengan cepat kearah Rhodri, melewati bagian atas kepala Howen. Menabrak beberapa pasukan Devian maupun Rhodri yang tengah berhadapan dan secara ajaib semua baju itu menempel di tubuh Rhodri. Baju zirah lengkap berwarna gelap. Aura-aura kegelapan terasa semakin kuat.

Devian melirik kearah putranya, “terimakasih sudah memperburuk keadaan.” Gumam Devian marah.
“simpan saja itu setelah peperangan ini.” Gumam Alexis.
“jika, kau masih hidup.” Devian tersenyum mengejek.
“jangan meremehkan aku lagi.” Gumam Alexis kesal.

Alexis bersiap dengan pedangnya begitu pula Devian. “ini akan menjadi ronde terakhir kita.” Gumam Alexis mantap.



TBC...



Maaf, author baru sempat update setelah sekian lama..  😂😂😂 karena ada begitu banyak urusan sehabis lebaran..  😂😂
Semoga hasilnya tidak mengecewakan..  😊 maaf jika masih ada typo di sana sini..  Happy reading 😘😘 jangan lupa comment dan votenya ya..  😉😉
Dan untuk info penerbitan Karya author sepertinya belum bisa dalam waktu dekat ini karena banyak urusan terutama masalah pendaftaran sekolah adek sama ponakan yang bersamaan yang harus author urus..  😂😂😂 mohon maaf.. 

Devil Child [ TAMAT]Where stories live. Discover now