Kedua menteri panglima murmur langsung meniup terompet mereka. Suara yang memekakkan telinga terdengar hampir ke seluruh Medan pertempuran di tambah hembusan angin membuat suara itu semakin kencang.

"Aaaaaaaaa.....!!!!" Teriakan ke sakitan terdengar dari pasukan Adrian. Mereka berusaha menutup telinga mereka.

Rhodri terlihat kebingungan. "Ini tidak bisa di biarkan." Tangannya mengepal kuat.

"Aku sudah bilang, bahwa tanpa persiapan matang peperangan dengan Pangeran Devian adalah sesuatu yang mustahil. Bahkan untuk Raja Erebos dia akan berfikir dua kali untuk melawan cucunya secara langsung." Kata Halpas yang berdiri si sisi lain Rhodri.

"Apa maksudmu kau ingin aku menyerah begitu saja?" Rhodri menatap Halpas penuh marah. "Tak akan ku biarkan dia menang dari ku lagi." Tekat Rhodri.

"Alm, Serang mereka dengan apimu!!" Perintah Rhodri. "Shax, kelilingi mereka dengan suaramu."

Alm mengaguk, di ikuti pasukannya dengan menaiki ular terbang mereka mencoba menerobos pertahanan Devian. Alm mengangkat tinggi tongkat apinya, mengarahkan bola-bola api panas ke arah pasukan Devian.
"Focalor!!" Teriak Devian.

Focalor mengangkat tangannya lagi, langit hitam berkumpul di atas mereka suara gemuruh petir terdengar dan hujan turun dengan derasnya. Dalam sekejap badai terjadi di Medan pertempuran. Sebagian bola api padam sebelum menyentuh pasukan Devian, tapi sebagian lagi sampai ke pertahanan tapi dapat di tangkis dengan mudah oleh pasukan Devian.

Shax segera terbang di ikuti pasukannya yang lain, dia mulai mengeluarkan suara yang memekakan telinga. Sesaat pasukan Devian panik dengan suara yang di keluarkan Shax. "Balam, ledakkan mereka!!" Perintah Devian.

"Baik Yang Mulia!!" Balam memandang langit matanya menyala bagai kobaran api. Elang di tangannya terbang ke angkasa saat Balam menjetikkan jari elangnya seakan membelah diri menjadi ratusan ribu burung dengan membawa peledak di kakinya dan dalam hitungan detik peledak-peledak itu meledak di antara pasuka Shax. Memaksanya untuk mundur kembali ke pasukan utamanya.

"Kau lihat, hampir setengah pertahananmu sudah hancur dan lihat pasukan Pangeran Devian. Mereka memiliki pertahanan sempurna." Gumamnya.

"Halpas, dari pada kau banyak bicara bisakah kau membuat dirimu berguna?" Tanya Rhodri semakin kesal.

"Aku dapat merasakan aura jahat di sekelilingmu, dengan itu kau akan mendapatkan persenjataan terkuat."

Mata Halpas berpendar dari kedua telapak tangannya muncul kepulan asap tebal. Dari tengah pasukan Rhodri muncul asap tebal hitam mengepul, perlahan asap semakin membesar.

"Dari mana asap itu?" Gumam Devian pada Saleos.

"Saya rasa itu dari Halpas, semakin besar kegelapan dalam hati seseorang akan memperkuat kekuatan Halpas." Jelas Saleos.

"Karena itu kakek menyukainya." Gumam Devian. "Dia ancaman terbesar kita?"

"Halpas tidak begitu hebat dalam pertarungan, tapi dia penyuplai senjata terhebat dari setiap kegelapan yang ia rasakan." Jelas Saleos.

"Jadi kita singkirkan dia lebih dulu." Devian melirik Saleos.

"Baiklah, haruskah kita menyerang mereka sekarang?" Tanya Saleos.

"Tidak, tunggu sebentar lagi. Kita tidak boleh asal menyerang mereka."

"Tapi, jika senjata itu terbentuk maka ada kemungkinan kita akan kalah. Mengingat musuh... "

"Kau benar. Haruskah kita maju sekarang? Tapi aku punya ide lebih baik." Gumam Devian.

"Lerejie, sekarang giliranmu dan pasukanmu!!  Bidik dada Halpas, aku ingin mayatnya di hadapanku." Kata Devian.

Lerejie mengangguk mantap dan segera memberi isyarat pasukannya. Lerejie dan pasukannya bersiap dengan anak panah mereka dan dalam sekali bidik mereka melepas ribuan anak panah yang membelah menjadi ratusan ribu anak panah.
"Apa itu?" Rhodri membelalak terkejut. "Lakukan sesuatu!!" Perintah Rhodri panik.

Alm segera melempar bola-bola apinya untuk menghalau sebagian anak panah itu. Tapi hanya sebagian yang bisa terhalau. Dalam hitungan Detik...

Crepp.. Crepp.. Crepp..

Panah-panah itu telah menancap di dada pasukan Rhodri.

Srrrrkkkk....

Dari panah itu muncul rantai panjang yang langsung terhubung dengan panah-panah lain yang telah menancap di dada mereka. Rantai-rantai seakan menarik mereka semua kembali masuk ke dalam tanah. Rhodri terlihat gemetar saat menyaksikannya. "Ini tidak bisa di biarkan, Halpas bagaimana senjataku?"

"Butuh waktu untuk menciptakannya." Jawab Halpas.

"Lakukan secepat yang kau bisa, aku akan mengalihkan perhatian Devian." Gumam Rhodri. "Kalian semua, bersiaplah!!"

Rhodri mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, menatap tajam ke arah pasukan musuh dengan garang.

Devian tersenyum miring. "Ikan sudah memakan umpan kita." Gumam Devian. "Kalian, habisi mereka semua aku tidak butuh tawanan."

Pasukan Devian segera bersiap dengan senjata-senjata mereka. Tak berapa lama seekor burung gagak muncul di samping Devian dan berubah menjadi manusia dengan baju zirah hitam, pelindung kepala dengan lambang burung gagak. "Bagaimana, Malpas?" Tanya Devian.

"Saya tidak bisa memastikan senjata apa yang akan di buat, Halpas. Tapi saya sudah menjatuhkan peledak di sana, hanya menunggu waktu." Jawab Malpas.

"Bagus, sebaiknya kau bersiap!"

Malpas mengangguk dan menarik pedangnya. Devian dan juga panglimanya telah bersiap menyambut mereka semua. "Lerejie, Focalor lindungi kami dari jauh." Perintah Devian.

"Serang!!!!" teriak Rhodri memberikan aba-aba pada pasukannya.

"Hyaaaaaaa!!!!" Ratusan ribu pasukan berteriak keras, berlari ke arah musuh mereka bersiap untuk mati atau menang di Medan pertempuran ini.

Tbc....

Happy reading...  Semua 😘😘😘 jangan lupa vote dan comment..
Oehhh..  Iya, author meminta pendapat dari readers semua.. ☺Bagaimana jika i'm in love with a mosnter di terbitkan menjadi buku?? Ini baru rencana..  Author butuh pendapat dan restu dari readers i'm in love with a monster..  😊😊 jika jadi, akan ada revisi dan mungkin ada beberapa bagian yang akan author rubah jalan ceritanya..  Agar lebih menarik..  Mohon pendapatnya..  😳😳😳

Devil Child [ TAMAT]Where stories live. Discover now