"Aku bisa mengatasi semua masalahku sendiri." Alexis terlihat menundukkan kepalanya sesaat. "Lalu, bagaimana dengannya?" Alexis menatap Rhodri.

"Apa maksud anda?" Tanya Rhodri bingung.

"Tidak ada, hanya penasaran saja apa yang telah kau perbuat pada kerajaan ini hingga kau merasa begitu berkuasa?"

"Saya hanya menjalankan setiap peraturan dan perintah Raja untuk menjadikan kerajaan ini menjadi lebih baik." Jawab Rhodri.

"Apakah itu termasuk menghadang utusan kerajaan di tengah jalan?" Alexis memamerkan smirknya.

Rhodri menatap Alexis tajam dan melirik Devian yang tengah menikmati makan malamnya. "Saya hanya ingin memastikan tidak ada penyusup masuk ke Aldwick."

"Aku sudah meminta beberapa pasukan untuk mengawasi perbatasan, kekhawatiranmu terlalu berlebihan." Devian menatap Rhodri.

Sesaat Rhodri terlihat gugup. "Bukankah kita harus mencegah setiap kemungkinan yang mungkin terjadi."

"Hmmm... Aku setuju denganmu, akan ada kemungkinan posisimu terancam setelah kedatanganku." Alexis memamerkan senyum manisnya.

Rhodri menggenggam kuat jemari tangannya. "Tentu saja tidak, saya hanya bagian kecil di kerajaan ini."

Perjamuan makan malam akhirnya berakhir, Rhodri meninggalkan ruang makan dengan emosi karena Alexis terus melemparkan sindiran tajam untuknya.
"Sepertinya aku juga harus kembali ke kamarku." Alexis segera berdiri dari kursinya dan menunduk hormat sebelum pergi.

"Apa kau benar-benar akan pergi?" Devian menatap putranya serius.

"Aku mungkin suka bermain-main, tapi aku akan selalu memegang perkataanku. Besok, aku akan pergi. Jangan cemas! Jaga saja ibu dengan baik." Alexis segera berbalik hendak meninggalkan Ayahnya.

"Bagaimana kau mencari tempat itu?" Tanya Devian.

Alexis berhenti sejenak dan menoleh kearah ayahnya. "Aku akan mencarinya dengan caraku." Alexis segera melangkah pergi meninggalkan ayahnya.

*****
"Aku akan pergi, semua persiapanku sudah siap. Besok pagi aku hanya harus mencari target yang lebih mudah. Di hutan yang agak jauh dari kota, akan banyak orang lewat sana. Aku akan mendapatkan banyak uang." Terdengar suara seorang gadis yang bergumam sendiri.

Tangan mungilnya dengan cekatan memasukkan semua barang yang ia butuhkan ke dalam tas. Sebuah pedang di sandarkan di tepi meja. Di atasnya terdapat lukisan keluarga. Seorang pria dengan pakaian rapi di dadanya tersemat pangkat militer dan seorang wanita dengan gaun biru muda tersenyum. Di tangan wanita itu seorang bayi mungil terlihat berusaha meraih wajah sang ibu.

Gadis itu hendak meraih pedang di samping meja, tapi sesaat keraguan menguasai dirinya.
"Aslyn hanya gunakan di saat terdesak." Gumamnya pada diri sendiri dan segera meraih pedang itu.

Aslyn segera menenteng tas dan pedangnya, iris coklatnya menatap lukisan di atas meja.
"Ayah, ibu mungkin kalian akan kecewa dengan semua yang aku lakukan. Tapi, aku tidak punya pilihan lain untuk bertahan hidup." Aslyn segera melangkah keluar dari gubuk kecilnya.

****
Alexis berbaring dengan alas lengannya sendiri. Iris merahnya mengamati langit-langit kamar. Bayangan ibunya terus memenuhi benaknya.
"Yang Mulia!!" Terdengar suara seseorang menyapa Alexis dengan menunduk hormat.

"Howen, kenapa kau lama sekali?" Alexis segera bangkit dan duduk di tepi ranjang.

"Maaf Yang Mulia, tidak banyak yang tau tentang Apel itu. Tapi, saya berhasil mendapat info dari seorang penyihir."

"Penyihir? Terakhir aku berurusan dengan mereka, aku harus mendengar ceramah masa depan dan ramalan konyol mereka. Kenapa kau memilih bertanya padanya?" Tanya Alexis sedikit kesal.

"Maaf, tapi tidak ada pilihan lain."

"Lalu, apa yang ia katakan?" Alexis menatap Howen penuh Rasa penasaran.

"Buah itu berada di sebuah gua dasar laut, dia mengatakan tentang dunia lain di bawah laut." Howen mulai menjelaskan.

"Dunia dasar laut?" Alexis mengerutkan keningnya.

"Dia mengatakan, jauh di dasar laut kita akan menemukan jalan masuk untuk menuju kesana. "Keyakinan hati dan ketulusan akan menuntunmu kepada apa yang kau inginkan"." Howen mengakhiri Laporannya.

"Dia juga mengatakan kalimat yang sulit di mengerti." Alexis menghela nafas.

"Ada pesan lain." Howen menatap Alexis.

"Apa lagi?" Alexis menatap Howen.

"Akan ada kaum mermaid yang akan menghadang perjalanan kita, "buat satu ikatan dan mereka akan menunjukkan jalannya".

"Buat ikatan dan mereka akan menunjukkan jalannya? Apa aku harus mengikat para duyung untuk membuat mereka menunjukkan jalannya? Seperti seekor anjing? Bukankah menculik salah satu dari mereka lebih mudah dari pada harus masuk kedalam air dan mempertaruhkan nyawaku?" Alexis kembali membaringkan tubuhnya.

"Para duyung memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pikiran dan mengendalikan lautan." Howen mengingatkan.

"Aku hanya perlu menggunakan penutup telinga dan menjerat mereka dengan jaring."

Howen hanya menghela nafas panjang. "Sebaiknya kau istirahat, besok pagi temui aku di gerbang istana." Alexis menatap Howen.

"Baik, Yang Mulia!" Howen segera memberi hormat dan pergi meninggalkan Alexis.

*****
Alexis sudah bersiap di samping kuda putihnya. Aiden berjalan mendekat kearah Alexis.
"Kenapa denganmu paman?" Tanya Alexis bingung.

"Anda baru saja tiba dan harus pergi sekarang." Aiden terlihat sedih.

"Paman, jangan memasang wajah seperti itu, Kau terlihat jelek!! Aku jadi bertanya-tanya kenapa bibi Beryl bisa tertarik padamu? Bukankah, aku 1000x lebih baik darimu?" Alexis menatap Aiden dengan ekspresi polosnya.

"Sepertinya kau memang harus pergi sekarang!!" Aiden menatap Alexis dengan kesal.

"Kau ingin membawa beberapa pengawalku?" Terdengar suara Devian yang baru saja keluar.

"Hmm... " Alexis berdehem dan dengan canggung memberi hormat pada Ayahnya. "Tidak perlu, aku bisa pergi sendiri dan Howen juga akan bersamaku."

"Baiklah, kalau begitu!" Devian berjalan mendekat kearah putranya dan dengan canggung dia mengulurkan tangannya.

Alexis mengerutkan keningnya saat tangan sang ayah berhenti di depan dadanya. Namun, tangan Devian segera bergerak ke pundak Alexis dan menepuk pundak putranya. "Kembalilah dengan selamat!" ucapnya singkat.

Alexis terdiam membeku, sesaat kemudian dia mengangguk mengiyakan. "Aku sebaiknya segera pergi."

Alexis segera menaiki kudanya dan memacu sang kuda meninggalkan Rumahnya untuk kedua kalinya, tapi kali ini dia berharap untuk bisa kembali pulang.

Tbc... 

Author berusaha untuk bisa update lebih sering..  😊😊
Next part Alexis mungkin akan bertemu Aslyn.. 
Happy reading.. Semoga hasilnya tidak mengecewakan, jangan lupa Vomentnya ya..  😘😘😘 jika masih ada kekurangan mohon maaf..  😂😂

Devil Child [ TAMAT]Where stories live. Discover now