"Salam dan hormat kami kepada anda Yang Mulia, semoga anda selalu bahagia." Sapa pemimpin utusan itu dengan memberi hormat.

"Terimakasih." Jawab Alexis datar.

Iris merahnya mengamati ke tiga utusan di hadapannya. 'Kali ini, apa yang kau inginkan ayah.' pikir Alexis.

"Terimakasih untuk hadiah yang kalian berikan, tapi kerajaanku tidak menginginkan semua itu. Jadi, kalian bisa membawanya pulang." Dengan malas Alexis segera beranjak untuk pergi. Sebenarnya dia ingin menghindari mereka.

"Ma'af Yang Mulia, tapi kami sedang ingin melakukan pencarian di kerajaan anda. Kami kemari untuk meminta persetujuan anda. Hanya selama beberapa hari." Sang pemimpin utusan mencoba menjelaskan tujuan mereka datang.

"Pencarian? Apa yang kalian inginkan dari kerajaan kecilku ini?" Alexis berbalik menatap para utusan Devian penuh selidik.

"Sebenarnya ada seorang buronan yang kabur dan kami harus segera membawanya kembali." Jelas sang utusan berbohong.

Alexis tersenyum kecut. "Ternyata buronan lebih berharga dari pada anaknya sendiri." Gumam Alexis lirih.

"Tidak ada buronan yang memasuki wilayahku." Sahut Alexis datar.

"Tapi, Yang Mulia saya merasa pernah melihat anda." Sahut seorang utusan lain.

Utusan Devian saling berpandangan seakan mengingat kembali wajah yang pernah mereka lihat.
"Itu karena aku suka bepergian ke berbagai tempat, mungkin kita pernah berpapasan sekali." Alexis memberi alasan. "Sudah cukup bukan, bawa barang kalian pergi sekarang dari kerajaanku."

"Ta.. Tapi Yang Mulia, jika anda menolak..."

"Kenapa? Raja kalian akan menyerangku? Aku sama sekali tidak takut. Panglima Barron, bawa utusan ini kelaur dari kerajaanku!!" Alexis segera melangkah pergi meninggalkan ruangan tersebut.

*****
"Kau sudah mendapatkannya, bahan yang harus kau persembahkan untuk kebangkitanku?" Tanya Adrian pada anaknya tak sabar.

"Apa ayah pikir mencari apel emas dan daging Putri duyung itu mudah. Bahkan semua informasi itu seperti dongeng untuk anak-anak. Apa tak ada yang lebih masuk akal? Seperti kucing hitam atau buah labu. Aku bahkan mulai berfikir bahwa aku sudah gila karena selalu mendengarkan sebuah bayangan dalam cermin." Rhodri mondar mandir dengan kesal.

"Apa maksudmu? Apa kau ingin menghianati ayahmu? Kau tahu, aku adalah kunci dari semua kebahagianmu. Jika aku bisa terbebas, ibumu akan keluar dari penjara dan Devian dia yang akan menggantikan ibumu disana. Ayah memiliki cukup tentara iblis dan jiwa-jiwa yang dipenuhi rasa dendam pada Erebos."

"Lalu, apa yang harus aku lakukan? Aku bahkan tak bisa mendapatkan informasi apapun tentang semua yang dibutuhkan." Rhodri terlihat frustasi.

"Temui para penyihir kepercayaanku, mereka tinggal bersembunyi di tepi hutan dekat pegunungan di perbatasan kerajaan. Katakan kau Putra dari Raja mereka dan mereka akan membantumu." Adrian menatap anaknya penuh harap.

"Aku akan usahakan, tapi aku masih harus menyelesaikan tugas kerajaanku." Jawab Rhodri sedikit lesu.

"Kau masih memilih Devian dari pada aku ayahmu? Kenapa? Karena dia akan menjadikanmu Putra mahkota? Apa kau yakin? Dia memerintahkan pasukan iblisnya untuk mencari anak itu." Kata Adrian marah.

"Apa maksudmu? Bagaimana mungkin? Raja Devian tidak pernah membicarakan apapun tentangnya." Rhodri menatap ayahnya tak percaya.

"Apa kau meragukanku? Aku dapat mengetahui apapun yang terjadi di kerajaan iblis maupun di tempat ini?" Adrian menatap sinis pada Rhodri. "Semua terserah padamu, percaya pada ayahmu sendiri atau pada orang yang suatu saat akan membuangmu." Adrian merendahkan suaranya membuat Rhodri berfikir kembali tentang apa yang dikatakan ayahnya.

"Lalu, bagaimana aku mencegahnya kembali?" Tanya Rhodri kemudian.

"Temukan dia sebelum Devian itu satu-satunya jalan untuk menjaga posisimu tetap aman." Adrian tersenyum lebar memandang Rhodri.

*****
Alexis mondar-mandir di dalam ruangannya dengan gelisah. Sesekali Raja yang terlampau muda itu terlihat menggigit bibir bawahnya, menampakkan gigi taringnya yang pendek.
"Yang Mulia, anda baik-baik saja?" Tanya Howen cemas.

"Aku hanya penasaran, apakah ada buronan Kerajaan Lucery yang benar-benar kabur? Tingkat keamanan penjara bawah tanah cukup ketat, jika buronan itu bisa kabur dia bukan iblis sembarangan. Dia bisa mengancam ke amanan kerajaanku. Bukankah begitu, Howen?" Alexis menatap Howen seakan ingin memperkuat argumennya.

"Akan sangat sulit keluar dari penjagaan di penjara Lucery, pintu besi pada setiap sel di segel langsung oleh kekuatan Raja. Jika mereka bisa keluar Raja Akan langsung merasakannya. Pintu hanya bisa terbuka atas perintah Yang Mulia Raja dan keturunannya, selain itu besi sel tidak bisa dihancurkan dengan senjata apapun." Jelas Howen.

"Penjagaannya juga cukup ketat, setelah Seekor Hellhound kakek dicuri olehnya." Imbuh Alexis. "Apa yang utusan katakan itu adalah bohong dan dia mencoba untuk menyerang kerajaanku?" Alexis kembali berfikir.

"Yang Mulia Devian akan langsung menyerang tanpa peringatan jika tujuannya adalah memperluas kekuasaan." Howen menambahkan.

Alexis menghela nafas panjang dan menatap keluar jendela. Memandang langit kemerahan yang berada diluar kerajaannya. Mencoba menerka apa yang mungkin ayahnya inginkan...


Tbc...




Inspirasi author sedikit demi sedikit kembali...  🙌 semoga bisa lancar terus nulisnya... 
Maaf jika ada typo dimana-mana author belum sempat merevisi semua..  😢😢
Happy reading dan jangan Lupa Voment.. 
Owhh, ya jika ada yang ingin memberi usul tentang nama cewek untuk di pasangkan dengan Alexis boleh lo..  Usul tentang bagaimana mereka ketemu juga boleh kok jadi biar readers juga merasa memiliki cerita ini juga...  😊😊😊😊😘😘
Terimakasih sebelumnya..  😉

Nb: bukan berarti author g' ada inspirasi, tapi author ingin readers ikut berpartisipasi dalam cerita ini meski sedikit.

Devil Child [ TAMAT]Where stories live. Discover now