Bab 29 - Hold Me

140K 6K 291
                                    

Hold Me

Evelyn masih memikirkan kata-kata Arman di ruang keluarga tadi. Benarkah itu? Tapi Arman tidak pernah ....

"Evelyn," panggil Arman pelan dari belakangnya.

Evelyn seketika membeku di tempatnya.

"Ini udah jam satu pagi. Kamu harus tidur," ucap pria itu.

Evelyn mengerutkan kening. Ia memanggil Evelyn hanya untuk mengingatkan jam? Bukankah seharusnya dia menjelaskan pada Evelyn lebih dulu?

Evelyn lantas memutar tubuh untuk menghadap Arman, tapi ia terkejut juga mendapati Arman sudah menghadap ke arahnya. Pria itu tampak sama terkejutnya.

"Apa ..."

"Ada yang mau aku tanyain," tuntut Evelyn.

Arman tersenyum. "Tanya aja," ia membalas santai.

"Apa yang kamu bilang di ruang keluarga tadi ... itu beneran?" tanya Evelyn dengan mata menyipit.

Arman mengangguk tanpa ragu.

"Terus, apa kamu tau kalau aku juga merhatiin kamu?" selidik Evelyn.

Arman mengangguk. "Padahal waktu itu kamu udah punya kekasih."

Evelyn berdehem.

"Karena sekarang udah ada aku, kamu jangan pernah merhatiin cowok lain, hm?" tuntut Arman tiba-tiba.

Terlalu terkejut, Evelyn tak bisa langsung menanggapi.

"Bahkan sejak pertama kali aku liat kamu, menurutku, kamu adalah cewek paling cantik yang pernah aku temui," ungkap Arman kemudian.

Jantung Evelyn seketika berdegup kencang karenanya.

"Kalau kamu udah dapatin jawaban yang kamu mau, sekarang kamu tidur, ya? Tubuhmu butuh banyak istirahat," ucap Arman seraya menaikkan selimut ke tubuh Evelyn.

"Satu lagi," Evelyn berkata. "Kenapa kamu nggak ngasih tau aku kalau aku hamil?"

Arman mematung di tempatnya, sebelum ia menghindari tatapan Evelyn.

"Sejak kapan kamu tau kalau aku hamil?" Evelyn tak menyerah.

Arman lalu mendesah berat dan akhirnya menatap Evelyn.

"Waktu kita ke villa di puncak," sebut Arman. "Aku ... takut kamu nggak menginginkan bayi kita. Karena itu, aku takut kalau kamu tau kamu hamil, kamu bakal panik, bahkan terpukul. Karena itu juga, aku nggak ngasih tau tentang masalah Ryan ke kamu. Aku ..." Arman menahan napas, ekspresinya tampak terluka, sementara sorot bersalah tampak jelas di matanya. "Maafin aku, Evelyn. Aku bener-bener nyesel, dan aku minta maaf, karena nggak bisa ngelindungin kamu sama bayi kita. Maafin aku, Evelyn."

Hati Evelyn seolah diremas saat melihat air mata Arman. Pria ini ... dia juga merasakan kehilangan yang sama dengan Evelyn. Dia juga terluka, sama seperti Evelyn.

Evelyn mengulurkan tangan, mengusap air mata di sudut mata pria itu. Arman memejamkan mata saat tangannya menggenggam tangan Evelyn, seolah itu pegangan terakhirnya.

Selama ini, Armanlah yang selalu memegangi Evelyn. Namun saat ini, di depan Evelyn, Arman tampak begitu rapuh, begitu terluka. Evelyn bergerak mendekat, menarik kepala Arman mendekat dan memeluk pria itu. Dirasakannya Arman balik memeluknya, begitu erat.

"Kita sama-sama ngelewatin masa-masa yang berat," ucap Evelyn. "Maaf, karena aku bahkan nggak ngeliat betapa terlukanya kamu karena semua ini."

Arman perlahan menarik diri dari pelukan Evelyn. Pria itu menatap tepat ke mata Evelyn saat berkata,

Marry Me or Be My Wife (End)Where stories live. Discover now