Bab 14 - Won't Let You Go

127K 7.3K 205
                                    

Won't Let You Go


Saat Arman tiba di villa sore itu, tampak penjaga rumah dan asisten rumah tangga villa-nya ada di sana, bersama Riani di teras. Namun Arman tak melihat Evelyn.

Ketika Arman turun dari mobil, Riani menyambutnya dengan berita mengejutkan tentang Evelyn, lagi,

"Bu Evelyn menghilang, Pak."

Cemas, khawatir, panik, seketika menyergap Arman. Berusaha tetap tenang, Arman bertanya,

"Gimana bisa dia ngilang?"

"Tadi siang waktu saya pergi buat belanja, Bu Evelyn pergi nggak tau ke mana, Pak. Pak Jatmiko bilang, tadi sempat melihat Bu Evelyn mengikuti anak-anak kecil dari kampung dekat sini," terang Riani.

Arman menatap penjaga villa­-nya. "Bapak tau, Evelyn pergi ke mana?"

Pria itu menggeleng. "Saya pikir tadi Bu Evelyn cuma mau ngajak anak-anak itu main. Tapi sampai sore ini tadi, Bu Evelyn belum pulang."

"Tadi saya sudah mencari di kampung, tapi kata Bi Murni juga Bu Evelyn nggak keliatan di kampung, Pak," terang Riani.

Asisten rumah tangga villa itu menatap Arman. "Saya ikut ke sini karena khawatir, Pak. Soalnya anak-anak yang disebutin Pak Jat tadi udah pada pulang, tapi kok Bu Evelyn belum pulang. Anak-anak itu tadi soalnya abis dari hutan dekat sini."

Jantung Arman seolah merosot dari tempatnya. "Hutan?"

Bi Murni mengangguk. "Ini kita mau nyoba cari ke hutan, Pak. Siapa tau Bu Evelyn tersesat di sana."

Arman menarik napas dalam. Kemungkinan besarnya seperti itu. Namun rasanya tidak mungkin Arman membiarkan Bi Murni dan Pak Jatmiko yang sudah berumur lewat lima puluh itu membantunya mencari ke hutan. Evelyn bahkan bukan anak kecil. Bisa-bisanya dia membuat semua orang cemas seperti ini, astaga!

"Pak Jatmiko sama Bi Murni tunggu di villa aja, siapa tau nanti Evelyn balik," Arman berkata. Ia lalu menatap Riani. "Kamu cari bantuan. Kita harus nemuin Evelyn sebelum gelap. Aku sama Luki bakal mulai nyari dia ke hutan."

Riani mengangguk, lalu ia membawa mobil dan pergi dari sana. Arman bersama Luki lantas bergegas pergi menuju hutan. Memasuki hutan, mereka berpencar. Arman menyerukan nama Evelyn sepanjang jalan. Ketika ia tiba di sebuah rumah kayu di tengah hutan, Arman mencari Evelyn di sekelilingnya.

Lalu, ia melihat seorang wanita tua dengan rambut penuh uban, berdiri tak jauh dari rumah itu. Menghampiri nenek itu, Arman kemudian bertanya pada nenek itu tentang Evelyn.

"Oh, eneng cantik tadi?" si Nenek memastikan.

Arman mengangguk.

"Tadi dia lari ke dalam hutan sana. Mungkin dia takut sama Nenek. Anak-anak kecil juga takut sama Nenek. Mereka bilang rumah Nenek itu rumah hantu," ujar si Nenek geli.

Arman ternganga. Jangan bilang Evelyn juga ....

Arman tersenyum pada nenek itu, berterima kasih, sebelum melanjutkan langkah ke dalam hutan. Evelyn benar-benar menakjubkan. Dalam segala hal.

Arman terus memanggil Evelyn ketika berjalan semakin jauh. Lalu, samar ia mendengar suara seseorang memanggil namanya. Arman mengenali itu suara Evelyn, meski suaranya terdengar lebih serak. Apa gadis itu terluka?

Khawatir Evelyn terluka, Arman berlari menuju sumber suara Evelyn itu. Ketika ranting pepohonan menghalangi jalannya, Arman menyibak ranting pohon itu dengan kasar. Ia mendesis menahan sakit merasakan goresan menyakitkan di punggung tangannya, tapi tak menghentikan langkah.

Marry Me or Be My Wife (End)Where stories live. Discover now