Bab 4 - Married Couple

168K 8K 75
                                    

Married Couple


Saat Evelyn membuka mata, ia langsung beranjak duduk. Merasakan gaunnya terasa longgar, Evelyn menunduk dan ia melotot kaget mendapati lengan gaunnya melorot dari bahunya. Dengan panik Evelyn menaikkan kembali lengan gaunnya. Saat itulah ia menyadari, resleting gaunnya sudah melorot turun. Hingga bawah.

Tidak mungkin resletingnya bisa melorot turun sendiri. Semalam saja saat Evelyn berusaha membukanya, sekuat apa pun ia menariknya, resletingnya tak bisa turun. Ia masih ingat perasaan menyedihkannya semalam. Lelah, patah hati, ditambah gaun sialan ini tidak membantunya sama sekali.

Evelyn mengerang pelan teringat bagaimana semalam dia menangis dan akhirnya ... terlelap di atas tempat tidur ini. Benar-benar memalukan. Tapi ... bagaimana bisa gaunnya ....

Evelyn menoleh cepat ke samping, tapi tak ada siapa pun di sana. Ia menatap sekeliling kamar itu, nihil. Arman juga tak ada di sana. Ia baru saja akan turun ketika pintu kamar mandi terbuka dan Arman muncul dari sana.

Pria itu menatap Evelyn sekilas, benar-benar hanya sekilas, sebelum berjalan ke ruangan tanpa pintu yang berisi lemari pakaian dan meja rias. Evelyn memegangi bagian depan gaunnya saat turun dari tempat tidur.

"Semalem, apa yang kamu lakuin ke aku?" tuntut Evelyn sembari menyusul Arman.

Arman memilih kemeja yang tergantung rapi di lemarinya tanpa menjawab Evelyn.

"Kamu tuh emang brengsek, ya," desis Evelyn marah akhirnya.

Arman akhirnya menoleh pada Evelyn. "Aku bahkan nggak ngelakuin apa pun."

"Trus ini apa?" Evelyn menunduk ke arah gaunnya.

"Salah siapa kamu tidur masih make gaun itu? Kalau kamu sampai mati gara-gara sesak napas, aku juga yang bakal kena masalah. Jadi aku nggak punya pilihan lain, kan?" balas pria itu santai.

Evelyn mendengus tak percaya. "Kamu pikir aku bakal percaya gitu aja?"

Evelyn mundur selangkah ketika Arman menyipitkan mata tajam.

"Kamu nggak lupa kan, alasan aku nikah sama kamu?" sebut pria itu dengan nada dingin.

Evelyn kembali mundur ketika Arman berjalan ke arahnya.

"Dan lagi, kalau pun aku ngelakuin sesuatu ke kamu, pastinya semalem kamu bangun, kan? Kamu juga pasti bakal tau kalau emang semalem aku ngelakuin sesuatu ke kamu. Kamu toh cuma tidur dan bukannya pingsan," lanjut Arman.

Evelyn mengangkat dagu menantang. "Tapi semalem aku nggak bangun pas kamu buka gaunku ini."

"Itu karena aku hati-hati banget buat nggak bangunin kamu," jawab Arman. "Tapi lain cerita kalau aku ngelakuin lebih dari itu."

Evelyn tersentak kaget ketika pinggangnya menabrak sesuatu. Meja, ah, lebih tepatnya laci kaca yang berisi jam tangan dan dasi milik Arman, Evelyn sempat melihatnya semalam ketika ia berniat berganti pakaian di sini.

Evelyn menahan napas ketika tangan Arman menyentuh dagunya. Pria itu menunduk ke arah Evelyn, mendekatkan wajah mereka. Evelyn berusaha menarik wajahnya dari pria itu, tapi gagal.

"Kamu pastinya masih inget kan, ciuman kita kemaren?" Arman berbicara. "Menurutmu, kamu masih bakal tidur kalau aku nyium kamu kayak gitu?"

Evelyn tak menjawab.

Ia terkesiap panik saat merasakan tangan Arman di punggungnya, menariknya hingga tubuhnya menabrak tubuh Arman.

"Apa-apaan ..." Kalimat Evelyn terhenti ketika ia merasakan sesuatu melingkupi punggungnya yang terbuka, hingga bahunya.

Marry Me or Be My Wife (End)Where stories live. Discover now