Bab 5 - Dinner

148K 7.4K 105
                                    

Dinner


Evelyn takjub juga setelah melihat jadwal lengkap fashion show yang disebutkan Riani tadi. Pasalnya, setelah mengetahui tentang perjodohannya itu, Evelyn bahkan tak lagi sempat memikirkan tentang fashion show. Membaca majalah fashion pun ia tak sempat.

"Kalau ada yang Bu Evelyn ingin lakukan, Ibu bisa mengatakannya pada saya," Riani berkata.

Evelyn merenungi kata-kata Riani itu. Apa yang ingin ia lakukan sekarang? Di rumahnya dulu, ia tak melakukan apa pun. Membaca majalah fashion dan menonton video fashion adalah kegiatan rutinnya di rumah. Tapi di rumah ini ....

"Apa nggak ada yang bisa aku lakuin?" Evelyn bertanya pada Riani.

Pertanyaan Evelyn itu membuat Riani terkejut, hingga ia tak bisa langsung menjawabnya.

"Arman nggak bilang aku harus ngapain?" tanya Evelyn lagi.

Riani tersenyum. "Pak Arman hanya berpesan agar saya menemani Bu Evelyn ke mana pun Bu Evelyn ingin pergi, atau apa pun yang Bu Evelyn ingin lakukan."

Evelyn mendesah berat. Ia bahkan tak tahu apa yang harus ia lakukan. Seharusnya ia bertanya pada ibunya, tapi .... Argh, bagaimana ia akan bertanya pada ibunya tentang masalah ini?

Evelyn lalu berusaha mengingat-ingat apa yang dilakukan ibunya di rumah. Meski ada asisten rumah tangga, tapi ibunya masih memasak, menyiapkan pakaian untuk ayahnya, menemani ayahnya .... Ah, tidak, tidak. Bagaimana bisa Evelyn melakukan itu untuk Arman?

Evelyn menggeleng kasar, mengusir bayangan mengerikan itu.

"Ada apa, Bu?" tanya Riani kemudian.

Evelyn mendongak, menggeleng. "Kamu ... udah nikah?" tanya Evelyn hati-hati.

Riani melongo, tapi gadis itu berdehem cepat dan menjawab, "Belum, Bu."

"Ah ...." Evelyn mengangguk-angguk. "Maaf ya, aku lancang banget nanya-nanya masalah pribadi," ucapnya tulus.

Riani tersenyum. "Nggak pa-pa, Bu."

Evelyn kembali menatap Riani. "Kamu ... dekat sama Arman?" tanyanya.

Riani mengangkat alis.

"Maksudku, kamu tau seberapa banyak tentang Arman?" Evelyn menjelaskan.

Riani mengerutkan kening, tampak berpikir. "Cukup ... banyak," jawabnya.

Baiklah, jadi Evelyn bisa bertanya pada Riani jika ada yang perlu ia tahu tentang Arman. Tapi untuk saat ini ....

"Kamu bisa bantuin aku cari tau tentang sesuatu, nggak?" tanya Evelyn.

Riani mengangguk. "Apa yang Bu Evelyn ingin tau?"

Evelyn menatap Riani ragu. Ia berdehem, menegakkan tubuh dan mengangkat dagunya tinggi.

"Gimana caranya biar aku bisa jadi istri yang baik buat Arman?"

Evelyn memperhatikan reaksi Riani, antara bingung, kaget, dan entah apa lagi. Gadis tu berdehem, menatap Evelyn dan hendak mengatakan sesuatu, tapi ia kembali menutup mulutnya. Ia berdehem lagi, hendak berbicara lagi, tapi tak satu kata pun keluar.

Baiklah, bukan berarti Evelyn ingin menjadi istri yang baik untuk Arman, tapi ia merasa perlu meyakinkan semua orang jika ia adalah istri yang baik untuk Arman, dan dia bahagia di rumah ini. Setidaknya, keluarganya harus tahu itu. Jadi, pilihan apa yang Evelyn punya sekarang?

Frustasi, akhirnya Evelyn berkata lebih dulu,

"Kamu pasti tau kan, kalau aku sama Arman dijodohin. Tapi ... yah, seperti yang kamu liat, aku berusaha buat jadi istri yang baik buat dia. Kami berdua baik-baik aja. Bahagia, malah."

Marry Me or Be My Wife (End)Where stories live. Discover now