Bab 27 - Don't Hate Me

119K 5.5K 167
                                    

Don't Hate Me

Arman tak bisa untuk tidak cemas ketika malam itu Evelyn menolak makan. Tak peduli bagaimanapun Arman membujuknya, ia tetap tak mau makan. Padahal siang tadi, Evelyn masih makan begitu lahap. Arman menatap perut Evelyn dengan cemas.

"Evelyn, tolong, makan dikit aja, ya?" Arman kembali membujuk Evelyn yang meringkuk di atas tempat tidur.

Evelyn tak menjawab, hanya menatap kosong ke arah dinding.

"Aku janji aku bakal segera nemuin Ryan. Dia bakal baik-baik aja, aku janji," Arman berusaha meyakinkan Evelyn.

"Trus, ngapain kamu masih di sini dan bukannya nyari Ryan?" ucap Evelyn dingin.

"Abis ini aku bakal pergi. Tapi tolong, kamu makan dulu, ya? Aku janji, abis kamu abisin makananmu, aku bakal pergi. Dan aku nggak bakal balik sampai aku nemuin Ryan," Arman berkata sepenuh hati.

Evelyn mendengus kasar. Perlahan, ia beranjak duduk.

"Harusnya dulu aku nggak pernah nikah sama kamu," ucap Evelyn seraya menatap tepat ke mata Arman. "Emangnya kenapa kalau perusahaan ayahku bangkrut?! Emangnya kenapa kalau keluargaku dikejar penagih hutang?! Emangnya kenapa kalau aku harus nikah sama pengkhianat tua itu?! Itu toh lebih baik daripada keluargaku harus berantakan kayak gini."

Hati Arman seolah diiris belati ketika melihat air mata Evelyn.

"Seandainya dulu aku nggak nerima perjodohan itu ..."

"Jangan kayak gini, Evelyn," Arman menyela. "Aku nggak mungkin diem aja dan ngebiarin orang lain ngehancurin kamu dan keluargamu."

"Harusnya kamu dulu nggak ikut campur," desis Evelyn.

Arman mendesah berat. "Oke. Maafin aku, hm?"

'Maaf, karena aku mencintaimu sedalam ini.'

"Kamu bisa marah ke aku, Evelyn. Tapi kalau kamu nggak makan, kamu nggak bakal punya cukup energi buat marah ke aku, hm? Kamu makan dulu, ya?" Arman lagi-lagi berusaha membujuk Evelyn.

"Pergi," usir Evelyn.

"Abis kamu makan, aku bakal pergi," janji Arman.

"Pergi!" teriak Evelyn.

Arman menarik napas dalam, tak peduli meski setiap tarikan napas menyakiti dadanya.

"Aku beneran bakal pergi abis kamu makan," ulang Arman sungguh-sungguh. "Makanya, kamu makan dulu, ya?" Arman benar-benar putus asa kini. Ia akan melakukan apa pun asal Evelyn mau makan. Bukan hanya Evelyn, tapi juga ....

"Kamu harus pergi begitu aku makan," tandas Evelyn.

Arman mengangguk. Ia lantas memindahkan nampan makanan dari meja ke pangkuan Evelyn. Istrinya itu memang memakan makan malamnya, tapi ia terus melamun. Setidaknya, ia sudah menghabiskan sepiring makan malamnya.

Setelah makan malam Evelyn berakhir, Arman menyingkirkan nampan makanan Evelyn tadi ke meja.

"Sekarang kamu bisa pergi," ucap Evelyn dingin.

Arman mengangguk. "Aku nggak bakal balik sampai aku nemuin Ryan," Arman berkata. "Tapi selama aku pergi, tolong jangan sampai kamu nggak makan, ya? Aku janji, aku bakal nemuin Ryan."

Evelyn bahkan tak mau menatapnya. Meski dada Arman terasa sakit, tapi Arman tersenyum. Ia menatap wajah Evelyn cukup lama, sebelum meninggalkan kamar.

Sebelum pergi, Arman berpesan pada Bi Nah dan asisten rumah tangga lain, untuk memastikan Evelyn makan teratur. Ia juga berpesan pada Riani yang baru datang setelah Arman meneleponnya tadi, untuk menjaga Evelyn selama dua puluh empat jam.

Marry Me or Be My Wife (End)Where stories live. Discover now