Bab 13 - Tersesat

133K 6.8K 229
                                    

Tersesat


Arman menemani Evelyn berkeliling villa lebih dulu sebelum pergi. Gadis itu bergumam kagum saat Arman membawanya ke beranda lantai dua villa. Ketika Arman membawanya ke kamar Arman, ke berandanya yang menghadap ke belakang villa, gadis itu mendadak menyebutkan tentang betapa beruntungnya Arman.

"Kamu bisa make kamar ini. Aku bakal tidur di kamarnya Lyra," Arman berkata.

Evelyn menoleh kaget padanya.

"Kita nggak sama-sama tidur di kamar ini?" tanyanya.

Arman mengangkat alis. "Kamu pengen tidur sama aku?"

"Apa aku gila?" sambar Evelyn. "Aku mau tidur di kamarmu di rumah juga kan karena orang-orang rumah."

Arman tersenyum geli, mengangguk. "Di sini cuma ada penjaga villa. Dia biasanya pulang ke rumahnya kalau aku, Lyra atau Papa ke sini. Dan nggak ada orang lain lagi di sini. Papa cuma manggil orang buat bersihin rumah pas kita nggak ada aja. Tapi kalau kita di sini, Papa ngasih kita jadwal buat gantian masak, bersihin rumah. Dengan gitu, kita jadi ngabisin lebih banyak waktu bareng-bareng."

Evelyn mengangguk-angguk. "Kita juga harus ngelanjutin tradisi itu, kan?"

Arman tersenyum geli. "Kamu nggak perlu ngelakuin apa pun. Riani bisa masak. Biar dia yang beresin semuanya."

Evelyn menggeleng. "Nanti kita bisa bagi tugas. Nggak perlu khawatir," ucapnya. "Aku kan juga udah belajar masak."

Arman mengangkat alis. "Sejauh ini, apa aja yang udah kamu pelajari?"

"Nasi goreng," jawab Evelyn penuh percaya diri.

Arman tak dapat menahan senyumnya.

"Kita mau makan nasi goreng tiap hari selama di sini? Tiga kali sehari?" tanya Arman.

Evelyn mendesis kesal. "Jangan ngeledek. Resep makanan lainnya nanti aku pelajari sendiri pas masak."

Arman segera menggeleng. "Nanti malem aku yang masak, jadi kamu cuma perlu nyiapin makan siang buat kamu sama Riani. Jangan masak macem-macem, kasihan Riani."

Evelyn kembali mendesis kesal. "Emangnya kamu bisa masak?" Ia menatap Arman tak percaya.

"Lyra nggak bisa masak, soalnya. Bisanya cuma ngeributin aku mulu tiap kali aku masak," balas Arman.

Evelyn mengangkat alis. "Oke, kalau gitu, nanti malem kamu yang masak."

Arman tersenyum dan mengangguk. "Jadi, selama aku pergi, jangan buat masalah dan bikin Riani repot, oke?"

"Berhenti nganggep aku pembuat masalah," protes Evelyn.

"Nanti, begitu kamu nggak lagi buat masalah," janji Arman, membuat Evelyn menatapnya sebal.

Arman lantas keluar dari kamarnya lebih dulu dan ia merasakan Evelyn mengikutinya. Di teras, Arman berbalik untuk berpamitan pada Evelyn.

"Aku bakal balik sebelum makan malam," Arman berkata.

Evelyn mengangguk. "Semoga acaramu lancar," balasnya.

Arman tersenyum. Ia sudah berbalik dan berjalan menuruni undakan teras ketika Evelyn memanggilnya. Arman berbalik dan menatap gadis itu berdiri di undakan teratas teras.

"Kamu langsung pergi?" tanya Evelyn.

Arman mengerutkan kening, lalu dilihatnya Evelyn melirik ke arah penjaga villa yang masih ada di halaman depan. Tadinya ia sedang membersihkan daun-daun di halaman depan, tapi kini ia mengamati Arman dan Evelyn.

Marry Me or Be My Wife (End)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora