Bab 26 - Guilty

116K 5.7K 23
                                    

Guilty


Pagi itu, alih-alih ke kantornya, Arman justru pergi ke kantor ayah Evelyn. Dari laporan Luki, alasan kenapa selama ini Luki juga tidak tahu tentang itu adalah karena papa Arman berusaha menutupi itu. Luki baru tahu ketika tak sengaja mendengar percakapan sekretaris papanya berbicara di telepon pada papa Arman mengenai pencarian Ryan.

Ternyata, malam setelah Arman dan Evelyn jalan-jalan ke pantai hari itu, alasan papanya pergi dengan terburu-buru hari itu, karena ia mendengar kabar jika ada yang melihat Ryan. Bahkan acara liburan dulu juga, adalah salah satu cara mereka untuk menutupi pencarian Ryan.

Kenapa Arman tidak curiga? Orang tua Evelyn mau saja berangkat berlibur meski mereka belum tahu pasti bagaimana keadaan Evelyn, apakah dia bahagia atau tidak bersama Arman, apakah dia bisa beradaptasi dengan kehidupan barunya atau tidak?

Bagaimana bisa Arman tidak menyadari keanehan itu? Saat itu, ia hanya terlalu sibuk mengurus Filip, hingga tak memikirkan hal lain. Arman membayangkan bagaimana kacaunya perasaan ayah Evelyn saat itu. Setelah ia harus melepaskan Evelyn untuk perjodohan itu, Ryan juga ....

Arman mendesah berat. Ia pikir hanya dirinya yang perlu menutupi masalah dari papanya dan ayah mertuanya. Bagaimana bisa ia lupa, setiap orang tua itu sama, mereka tidak ingin membuat anak-anak mereka khawatir?

Saat Arman memasuki ruangan ayah Evelyn, papanya juga sudah ada di sana. Tanpa basa-basi, Arman langsung menuntut,

"Kasih Arman situasi lengkapnya."

"Ayah bisa ngurus itu, Arman," ayah Evelyn berkata.

"Ryan juga adik Arman, Yah," tandas Arman. "Semakin banyak yang turun tangan, semakin baik. Kita harus segera nemuin Ryan sebelum Evelyn tau."

"Evelyn ... dia nggak tau apa pun, kan?" tanya papanya.

Arman menggeleng. "Belum. Tapi dia hampir aja nelpon Ryan kemaren. Kalau nanti dia nggak bisa ngehubungin Ryan, dia pasti bakal khawatir. Dia bakal tau kalau Ryan kabur."

"Tapi kami udah nyari Ryan dari beberapa bulan lalu, berminggu-minggu lalu, dan nggak ada hasil, Ar," ucap papanya.

"Ini salahku," ucap ayah Evelyn. "Sebenernya, hari itu, aku ngajak Ryan membicarakan tentang perusahaan. Aku cuma mau dia belajar, biar dia bisa ngelindungin perusahaan, ngelindungin Evelyn juga, tapi ...."

"Bukan salah Ayah," Arman berkata.

"Ryan marah banget waktu itu. Dia bilang, dia nggak bakal pernah mau masuk ke perusahaan. Dia nggak mau terlibat sama perusahaan, yang udah bikin kakaknya harus berkorban. Aku ... sama sekali nggak menduga, kalau Ryan akan seterpukul itu," ungkap ayah Evelyn sedih.

Jika Evelyn sampai mendengar ini ....

"Arman bakal nemuin Ryan," janji Arman. "Evelyn bener-bener nggak boleh tau tentang ini, Yah, Pa. Dia ... kemungkinan lagi hamil. Arman udah minta Luki tanya-tanya ke dokter di rumah sakit kita, Pa. Ada kemungkinan Evelyn hamil. Karena ini masih tahap awal kehamilan, dia nggak boleh capek, nggak boleh stres. Karena itu ..." Arman mendesah berat.

"Apa Evelyn ... juga tau tentang kehamilannya?" tanya ayah Evelyn.

Arman menggeleng. "Arman nggak berani tanya ke Evelyn, ataupun ngajak dia ke dokter, Yah. Karena Arman juga nggak tau ... apa Evelyn menginginkan anak ini. Arman takut, kalau dia nggak siap, dia bakal kaget dan panik karena kehamilannya. Ayah sama Papa tau sendiri, gimana pernikahan kami."

"Tapi belakangan ini hubungan kamu sama Evelyn kan udah membaik. Ada baiknya kamu ngasih tau dia, ngajak dia periksa. Kalau memang dia hamil, dia harus lebih berhati-hati," ayah Evelyn berkata.

Marry Me or Be My Wife (End)Where stories live. Discover now