Bab 28 - Lyra

122K 5.9K 193
                                    

Lyra

Saat Evelyn kembali ke rumah, ia teringat apa yang ia lakukan sebelum ia pingsan itu. Ia tak memakan makanan yang diantarkan Bi Nah. Ia membuang semua makanan itu. Ia tak makan selama beberapa hari. Evelyn memejamkan mata mengingat apa yang harus dialami bayinya.

"Evelyn?" Panggilan Arman itu bahkan terasa begitu menyakitkan.

Evelyn menarik napas dalam, lalu melanjutkan langkah. Ia menaiki tangga dan pergi ke kamarnya. Tanpa berganti pakaian, ia naik ke tempat tidur dan meringkuk di sana. Pandangannya lurus ke depan, tapi kosong.

"Kalau kamu butuh sesuatu ..."

"Kenapa?" Evelyn memotong kalimat Arman. "Kenapa kamu nggak ngasih tau aku sejak awal? Kenapa kamu nggak ngasih tau kalau aku hamil?"

Arman tak menjawab.

Evelyn menatap ke arah pria itu. "Kamu ... nggak menginginkan bayi itu?" tuduh Evelyn.

Arman masih tak menjawab, tapi pria itu menunduk.

"Kalau itu bisa ngebuat kamu ngerasa lebih baik, anggep aja gitu," ucap pria itu.

Evelyn mengernyit. Untuk apa dia melemparkan kata-kata yang akan menyakiti Arman, jika pada akhirnya dia sendiri yang akan terluka karena pria itu terluka? Hanya saja, bahkan meski ia ingin membenci Arman, ia tak bisa menghentikan cintanya pada pria itu.

"Riani ada di luar kamar, kalau kamu butuh apa-apa," Arman berkata lagi. "Aku harus pergi."

Evelyn mengepalkan tangannya. Pinta yang sudah di ujung bibirnya tak mampu ia lontarkan,

'Apa nggak bisa, kalau kamu nggak pergi?'

Ketika Arman menatap wajahnya lekat, Evelyn melengos kasar, takut Arman akan melihat pinta bodohnya.

Namun saat pria itu benar-benar meninggalkan ruangan, Evelyn menatap kembali ke pintu.

"Dasar bodoh," maki Evelyn pelan, sebelum air matanya kembali jatuh ke pipinya.

Seharian itu, ia tak ingat berapa lama ia duduk dan menangis. Bahkan saat Riani mengantarkan makan siang, Evelyn berpura-pura tidur. Gadis itu terus mengecek Evelyn setiap lima menit, untuk memastikan Evelyn makan siang jika sudah bangun. Namun meski berhari-hari berlalu pun, Evelyn berencana untuk tetap tidur seperti ini. Ia tidak ingin bangun lagi.

Hingga sore itu, seseorang yang tak terduga memasuki kamar Evelyn.

"Mau berapa hari pun nggak makan, nggak bakal ngubah apa pun." Suara itu membuat Evelyn membuka matanya dan menatap ke arah pintu.

Ia menahan napas ketika melihat sosok cantik Lyra berada di ruangan itu. Gadis itu berjalan ke arahnya seraya tersenyum.

"Apa Kak Evelyn belum cukup nyiksa Arman, hm?" Lyra duduk di tepi tempat tidurnya. "Dia juga nggak bakal makan kalau Kak Evelyn nggak makan."

Evelyn mengernyit mendengar itu. Kenapa ...?

"Lyra janji, Lyra bakal nemuin Ryan. Jadi, Kak Evelyn makan, ya?" Lyra menyodorkan nampan berisi makan siang Evelyn. "Kasih Lyra waktu tiga hari. Dalam tiga hari, Lyra bakal nemuin Ryan. Lyra janji. Jadi, tolong berhenti nyiksa tubuh Kak Evelyn kayak gini. Kalau Ryan tau, dia pasti bakal makin nyalahin dirinya sendiri."

Evelyn merasakan matanya memanas. Ia menerima nampan dari Lyra dan mulai melahap makan siangnya. Sesekali ia mengusap air mata yang jatuh ke pipinya.

"Apa perlu nanti Lyra bikin Ryan babak belur karena udah bikin Kak Evelyn cemas kayak gini?" tanya Lyra.

Evelyn tersenyum kecil.

Marry Me or Be My Wife (End)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon