22. My Sweet Revenge

1.1K 147 4
                                    

"Konsernya menyenangkan?"

Arina tidak menyangka, alih-alih bicara tentang pekerjaan, Gilang lebih memilih berbasa-basi. Ia tidak ingat kapan terakhir kalinya pemuda sombong ini bertanya tentang dirinya. Ditambah pula, pagi ini Gilang memilih duduk di belakang, membuat Arina terasa seperti sekadar sopir dibandingkan seorang manajer.

Arina memilih diam, ia tidak ingin pagi-pagi begini harus terpancing rasa kesal karena Gilang tidak kunjung minta maaf setelah apa yang dilakukannya sepulang syuting dari Puncak tempo hari.

"Apa kencan kalian sebegitu intimnya sampai kamu malu menceritakan apa yang kalian lakukan?" Tanya Gilang bernada sinis.

Arina masih terdiam, menahan diri untuk tidak membalas ucapan Gilang.

"Apa sih yang kamu lihat dari laki-laki kayak Joe? Aku dengar dia itu mudah mempermainkan perempuan dan gampang bergonta-ganti pacar," sindir Gilang, membuat Arina makin sulit menahan diri.

"Kenapa aktor sibuk sepertimu sempat-sempatnya mendengar gosip tentang orang lain? Ahh, sebenarnya kamu nggak pernah dengar soal itu kan? Kamu mengarangnya? Joe bisa pingsan tahu orang yang benci dia mengarang cerita bohong soal dirinya. Dan orang itu adalah Gilang, si aktor tenar paling mahal."

"Apa pentingnya aku bohong. Nggak penting sumber informasiku dari mana, yang penting aku pernah mendengar cerita tentang laki-laki itu jenis petualang cinta. Aku cuma memperingatkanmu."

"Ya, ya, ya... Terima kasih atas peringatannya. Tapi nggak perlu, buatku Joe sangaaaat baik dan dia laki-laki sejati yang menjaga siapapun yang di dekatnya. Nggak seperti seseorang yang bahkan nggak bisa minta maaf karena kelancangan yang dia timbulkan." Arina balas menyindir.

"Ah, kamu masih marah soal ciuman itu rupanya. Kenyataan kamu masih kesal gara-gara hal itu membuktikan pikiranmu picik dan kamu nggak lebih berpengalaman soal ciuman dibandingkan aku."

Arina melirik Gilang tajam, kesal dengan sindiran asal yang dilontarkan pemuda sombong itu padanya. Namun sebenarnya, Arina lebih kesal pada diri sendiri karena dengan mudah terpancing emosi ucapan seorang laki-laki yang jauh lebih muda. Ia selalu mengira Gilang masih sangat muda dan menyebut laki-laki itu tidak berpengalaman. Tapi yang sesungguhnya dan Arina malu mengakuinya, karena ia sendiri sama sekali tidak berpengalaman memahami laki-laki. Ya benar, kata-kata Gilang sangat menohok dirinya dan itu membuat Arina kecewa dengan diri sendiri.

Arina menghela napas, mencoba bersikap lebih dewasa sesuai usianya.

"Aku bilang begini karena aku peduli dengan image-mu dan karena aku manajermu. Tolong jangan dengan gampangnya melakukan hal seperti... seperti..." Arina merasa sangat canggung menyinggung peristiwa beberapa malam lalu.

"Seperti ciuman kita tempo hari?"

"Kita? Kamu yang dengan lancang mencium bibirku dan mencondongkan tubuhmu ke dekatku. Kita? KITA?"

"Hah, seperti kamu nggak menikmati saja. Kamu bahkan memejamkan mata. Kamu tahu kenapa pemeran Karin berulang-ulang mendapat NG dari sutradara hanya karena adegan ciuman? Karena dia memejamkan mata saat aku cium, yang artinya dia menikmatinya dan harusnya di dalam script tokoh Karin lebih bersikap terkejut dan syok. Membuka mata adalah bukti dia syok, sedangkan memejamkan mata, artinya dia menerima dan menikmati ciumanku."

Sontak wajah Arina seperti kepiting rebus. Ia sangat benci mendapati situasinya terus membuat Gilang selalu menyindir dirinya. Dan yang paling menakutkan, Arina tidak bisa mengelak dari apa yang Gilang ucapkan. Dan rasanya itu membuatnya semakin marah.

"Apa kamu senang? Memamerkan ciuman dengan sembarang orang?" Nada dalam suara Arina berubah menjadi dingin. Ia tidak bisa lagi menahannya. Tidak hanya Gilang tidak mau minta maaf, tapi pemuda itu bahkan meremehkannya.

Dear Miss Manager (Tamat Di KK)Kde žijí příběhy. Začni objevovat