3. Dealing With The Pain

1.5K 191 4
                                    

Di antara begitu banyak hal mengejutkan yang terjadi dalam satu hari, ada hal yang membuat Arina takjub. Salah satunya adalah betapa cepatnya ia mengepak barang. Hal itu sangat kontras dengan situasi saat ia baru pertama kali membongkar barang-barangnya saat pindah ke apartemen ini. Sekarang, baju-baju dilemarinya hanya muat satu koper. Sisanya hanya kosmetik, buku-buku, aksesoris dan beberapa hiasan dinding. Mengepaknya sama sekali tidak butuh waktu lama.

Dulu ia suka belanja dan menghabiskan uang. Membongkar koper dan barang-barang miliknya butuh satu keluarga untuk mempercepat proses. Ia ingat dulu adiknya, Katrina yang masih SMA harus susah payah menata baju ke dalam lemari. Karena khusus untuk baju saja ada lebih dari tiga tas besar. Katrina bahkan memberikan julukan Arina sebagai ratu diskon. Karena ke mana pun ia pergi, tempat-tempat yang didatanginya selalu bertuliskan 'DISKON' dengan huruf kapital dan berukuran besar. Akibatnya, jangan kaget kalau dengan mudah isi dompetnya menipis dan kartu kreditnya nyaris dalam masalah.

Tapi itu dulu sekali, saat ia masih bekerja sebagai public relation di sebuah departemen store. Pengalaman mengajarkannya bahwa ia tidak akan bisa jadi seorang isteri dan ibu yang baik jika terus saja menghambur-hamburkan uang. Dengan usia yang makin bertambah dan perasaan takut bahwa tak ada laki-laki yang mau dengan perempuan tukang belanja--kecuali kecantikanmu menandingi supermodel--Arina pun memutuskan untuk belajar berhemat.

Sandra, sahabatnya, sangat membantu mengubah gaya hidupnya kala itu. Karena kebetulan mereka sepakat untuk mendirikan butik dan berbisnis secara profesional, dengan sendirinya Arina mulai memahami kerja keras untuk menghasilkan uang itu sangat berharga. Pelan-pelan ia mulai menabung dan sedikit demi sedikit menanggalkan gaya hidup yang hobi belanja.

Dengan motivasi ia mengumpulkan uang untuk bekal menikah, Arina selalu bersemangat mengumpulkan pundi-pundi rupiah yang dihasilkannya meski keuntungan bisnis terkadang tidak terlalu stabil setiap bulan. Ia sadar, tidak akan selamanya terus menjalin hubungan bisnis dengan Sandra. Pada saatnya nanti ia harus mandiri dan lepas dari bantuan sahabatnya. Bukannya ia tidak percaya pada Sandra, justru sebaliknya, Sandra sangat baik dan tidak pernah menolak keinginannya.

Bisnis butik itu dibangun di atas tanah Sandra dan suaminya, bahkan pengeluaran untuk butik kadang berasal dari keuangan Sandra sendiri. Tapi teman mana yang berlaku sedermawan itu dengan membagi keuntungan 50:50 dengan porsi seimbang? Barangkali cuma Sandra yang begitu.

Arina menyadari kadang Sandra berlaku tidak adil pada dirinya sendiri. Wanita itu terlihat tangguh dan keras di luar, namun Arina tahu di dalam ia sangat rapuh. Sandra selalu mengatakan kehidupan rumah tangganya baik-baik saja dan dalam keadaan paling terpuruk ia masih bisa menghibur kesedihan orang lain. Lalu ketika Sandra mengatakan tentang kisah sedih rumah tangganya dan fakta bahwa bangunan butik itu akan segera dijual, Arina sadar bahwa kesedihannya bukan apa-apa dibandingkan apa yang dialami Sandra.

Oke, ditipu laki-laki dan dirampok sebanyak delapan puluh juta (ditambah jumlah uang di atm) memang menyedihkan. Tapi setidaknya laki-laki itu bukan suaminya yang terus saja memberikan mimpi buruk kapanpun kelopak matanya terbuka. Berbeda dengan Sandra yang barangkali ia marah dan terluka saat tahu suaminya menghabiskan malam di rumah isteri muda dengan tidak merasa bersalah. Tapi wanita itu memilih untuk diam dan menanggung masalahnya sendirian.

Bahkan setelah memberitahu kabar tentang butik mereka yang akan dijual, Sandra seperti tidak henti-hentinya mengirimkan pesan bernada minta maaf ke ponsel Arina hingga membuat Arina tidak enak sendiri karena selama ini Sandra sudah begitu sering menjaga perasaan Arina hingga lupa bahwa ia seharusnya lebih banyak memikirkan dirinya sendiri.

Diambilnya ponsel dan menekan nomor Sandra. Dalam satu kali dering, sahabatnya itu langsung menjawab panggilannya.

"Arina? Lo lagi di mana? Gue benar-benar minta maaf kerjasama bisnis kita berakhir begini. I'm so sorry... Really really sorry..."

Dear Miss Manager (Tamat Di KK)Where stories live. Discover now