11. Officially

1.1K 176 3
                                    

Terkadang terlalu lama berdiam di rumah sanggup membuat orang normal berubah menjadi super mengesalkan. Tanyakan hal itu pada Katrina, dia pasti mengangguk-angguk setuju. Karena sepanjang hampir dua bulan kakaknya kembali tinggal di rumah dengan kondisi keuangan berantakan, Arina hanya tidur-tiduran sampai siang. Jika sedang baik hati ia bisa dimintai tolong untuk merangkap sopir kemana-mana. Tapi jika sedang buruk mood-nya, membantah ucapannya artinya cari perkara.

Seolah belum cukup, Katrina juga harus dihadapkan dengan mood swing kakaknya yang mendadak berubah-ubah, entah apa penyebabnya. Kadang-kadang ia bisa merampas es krim yang sedang dimakannya tanpa menyisakan sedikitpun. Di lain waktu, kakaknya akan mengusik keasikan Katrina menonton serial drama korea favoritnya lalu mengganti channel TV dengan tayangan kartun Marsha and The Bears. Setelah adu mulut sengit, pada akhirnya Katrina harus mengalah atau Arina tidak akan bersedia memberinya tumpangan lagi.

Dan malam ini pun tidak ada bedanya, Arina dengan rakus menghabiskan martabak yang baru dibeli ayah sepulang dinas. Tidak tanggung-tanggung, 5 potong martabak terakhir dihabiskannya sendirian. Katrina yang baru pulang ngampus dan kelaparan pun sontak kesal dengan kerakusan kakaknya.

"Lima potong itu kan jatahku, kenapa dimakan sih, Kak?" Seru Katrina seakan tidak terima rejeki di hadapannya lenyap begitu saja.

"Salah sendiri nggak cepet pulang. Lagian itu udah kelamaan didiemin di meja."

"Mau udah dingin kek, mau udah jamuran kek. Punyaku ya punyaku. Jangan dimakan, dasar rakus."

"Nggak baik nyisain makanan kalau ada orang yang kelaparan," bantah Arina tidak mau kalah.

"Mana orang kelaparan?"

"Nih..." Arina menunjuk dirinya sendiri.

Katrina pun melemparkan sebelah slipper-nya ke arah Arina. Namun Arina lebih dulu berkelit. Terjadi kejar-kejaran yang dalam level kehidupan dewasa Arina, belum pernah dilakukannya dengan siapapun, bahkan dengan Sandra sekalipun. Kadang level frustrasi amat mempengaruhi tingkat kedewasaan mental seseorang. Agaknya serangan masalah bertubi-tubi yang dialami Arina membuktikan bahwa teori itu benar.

Teriakan Katrina dan Arina yang bersahutan membahana hingga sudut-sudut rumah. Seruan bunda yang berusaha menghentikan pun tidak mereka pedulikan. Hingga adegan ala Tom dan Jerry itu pun dipaksa berhenti setelah Arina menyadari bahwa seseorang mengetuk pintu rumah dengan cukup keras.

Perhatian kedua perempuan itu terpecah. Arina berlari ke arah pintu, yang menurut instingnya tidak lain adalah teman-teman Katrina yang biasanya datang jam segini untuk ngerumpi tentang cowok--yang mereka kamuflasekan sebagai belajar kelompok. Arina biasanya berlaku iseng dengan menanyai salah satu di antara mereka tentang kelakuan Katrina yang paling norak di kampus. Lalu ia pun memakai informasi itu untuk membully adik kesayangannya untuk kepentingan egois seorang kakak. Hanya hal-hal sederhana seperti meminta pijat, atau traktir nasi goreng lewat. Biasanya itu sangat manjur karena disertai ancaman bernada 'nanti kakak bilangin bunda lhoo...'.

Namun saat membuka pintu, Arina terperangah dan sejenak ia merasa sedang bermimpi siang bolong. Namun setelah beberapa detik menatap sosok di depannya dengan seksama dan memastikan sosok itu bukan khayalan atau efek korslet pada otaknya, Arina mulai bersuara.

"Gi..."

"Siapa yang datang, Kak?" Katrina datang langsung menyambar dan seketika berdiri di samping kakaknya. Ia menatap sekilas ke arah tamu yang datang, lalu terkesiap.

Brak!

Buru-buru Arina menutu pintu.

"Kak... Itu... Itu..."

"Nggak. Kamu salah lihat," potong Arina.

"Gilang?!? Kak, yang ada di depan pintu tadi itu Gilang? Gilang aktor terkenal yang populernya ampun-ampunan... Dia ada di sini?"

Dear Miss Manager (Tamat Di KK)Where stories live. Discover now