25. What Do You Think About Marriage?

1K 157 7
                                    


"Gilang? Menikah? WOWWW... Itu sangat... WOWWW."

Joe tampak terpana, ia bahkan berhenti sejenak di sela-sela kesibukannya memasukkan bumbu-bumbu ke dalam rebusan air, sayur dan bahan-bahan yang akan dijadikan sop buntut untuk kencan makan malamnya dengan Arina.

"Ralat, hanya pernikahan pura-pura. Seperti simulasi pernikahan," ujar Arina yang tampak sibuk menyiapkan piring saji dan menghias sayuran mentah seperti selada, wortel, tomat dan menatanya sedemikian rupa sebelum ia meletakkan nasi di atasnya.

Malam ini ke sekian kalinya Arina dan Joe menghabiskan waktu bersama. Setelah beberapa kali kencan dan beberapa kali ajakan, baru hari ini Arina bersedia memenuhi ajakan Joe untuk makan malam di rumah laki-laki itu. Joe berjanji akan memasakkan sop buntut yang menjadi makanan favorit paling andalan yang bisa dimasak oleh laki-laki yang kini mulai dikenal orang sebagai pacar Arina.

Setelah berbulan-bulan mereka kenal, Arina merasa tidak sopan jika ia terus-menerus menolak Joe. Meski ia tidak tahu akan kemana arah hubungannya dengan laki-laki itu, tapi yang Arina tahu, Joe memperlakukannya dengan baik. Sangat baik malah. Orang-orang menebak mereka pacaran, tapi yang sesungguhnya, Arina sendiri belum memahami perasaannya. Dan karena Joe tidak buru-buru melabuhkan hubungan mereka ke tingkat yang lebih serius, Arina pun hanya menjalani hubungan ini dengan santai, seperti yang diinginkannya semula.

"Tapi tetap saja, nggak biasanya Gilang mau ikut program variety showsemacam itu. Nggak, kalau dulu dia pasti menolaknya. Menurutmu kenapa dia mau tampil di acara itu?" Tanya Joe yang tampak sangat penasaran dengan perubahan yang ditunjukkan Gilang.

Arina hanya mengangkat bahu, pura-pura tidak tahu meskipun ia sendiri sudah mendengar alasannya dari Gilang. Hanya saja, ia memutuskan tidak akan memberitahu yang sebenarnya. Alih-alih memberitahu alasan sebenarnya, Arina memilih menceritakan sesuatu yang lebih meyakinkan untuk dipercaya. Bahwa dia menerima kontrak itu secara ceroboh tanpa seijin Gilang.

 "Apa? Gilang mau tampil di program itu karena kamu lebih dulu menerima kontrak tanpa ijin Gilang? Kenapa begitu?" Joe menuangkan sop ke dalam mangkuk sebelum menghidangkannya di meja.

"Hmmm... Untuk balas dendam," ujar Arina santai, sedikit mencicipi kuah sop dari panci yang sudah nyaris kosong.

"Balas dendam?"

Arina mengangguk, "Gilang itu kadang ngeselin. Ada saatnya dia berlaku agak kasar, jika sudah begitu aku pun pengen bikin dia kesal. Karenanya aku langsung terima kontrak itu tanpa diskusi lebih dulu. Awalnya cuma karena pikiran kekanak-kanakan seperti itu saja."

"Agak kasar? Memang apa yang dia lakukan ke kamu?" Nada suara Joe berubah menjadi tegang. Ekspresinya serius seolah-olah laki-laki yang ramah dan menyenangkan sepertinya bisa menjadi pembunuh kapan saja.

Arina mengutuk betapa murah mulutnya yang selalu dengan mudah memberitahu soal apapun, meski ia sudah berhati-hati.

"Cuma... Cuma ledekan biasa saja. Aku ini lamban dan kurang tanggap, kadang-kadang Gilang kesal."

"Begitu ya... Tapi tetap saja, beruntung sekali stasiun TV yang bisa menayangkan program itu. Kalau tahu kamu akan menerimanya dengan mudah, harusnya aku membuat acara semacam itu juga. Ah sayang sekali..." Joe menatap Arina dengan pandangan usil.

"Woahh... Aku kira kamu nggak tertarik dengan program yang membuatmu harus menguntit kehidupan selebritas," seloroh Arina sambil melipat kedua tangannya.

Joe tertawa, "Memang, tapi jika ratingnya bagus, bonus untukku bisa bertambah. Aku bisa memamerkan pada ibuku yang terus-menerus menyuruhku menikah kalau aku sudah punya modal yang cukup."

Arina menanggapi ucapan Joe dengan tawa serupa. Namun tawanya terhenti seketika tatkala menyadari apa yang disiratkan oleh Joe melalui candaannya.

"Ibumu... menyuruhmu menikah?"

Dear Miss Manager (Tamat Di KK)Onde histórias criam vida. Descubra agora