14. Cat Fight

1K 166 3
                                    

Selamat dari ancaman amuk kemarahan Gilang? Hah, rasanya tidak.

Katakan saja insiden makan siang yang berantakan akibat ulah kucing itu tidak pernah diketahui Gilang. Tapi tidak dengan hal lainnya. Gilang mengetahui bahwa saat Arina membawa mobilnya, gadis itu melepaskan satu ekor kucing milik Gilang untuk bermain-main dengannya di dalam mobil.

Bagaimana Gilang tahu? Karena...

"Hatchiiiiiim!!!"

Oh, ini ke sekian kalinya pemuda itu bersin-bersin di dalam mobil.

"Arina, kenapa banyak bulu-bulu kucing di seluruh area mobil?" Protes Gilang setelah beberapa saat pemuda itu masuk ke dalam mobil sementara Arina bersiap membawa mobil meninggalkan area cottage yang berada di area pantai.

"I... Itu..."

"Kamu nggak melepaskan kucing-kucing itu berkeliaran di mobilku kan?" tuduh Gilang, yang makin membuat Arina bingung. Untuk apa Gilang semarah itu andai Arina bermain-main dengan salah satu kucing dan membiarkan kucing itu berkeliaran di mobil--dengan asumsi insiden makan siang itu tidak pernah ketahuan.

"A... Aku cuma bermain-main dengan seekor kucing itu, yang berbulu abu-abu, errr yang namanya Grey. Memangnya salah?"

"What? Kamu melepaskan kucing itu di dalam mobil? You've got to be kidding."

"Kenapa memangnya? Kenapa itu jadi masalah besar?" tanya Arina yang merasa Gilang sama sekali nggak masuk akal karena meributkan hal yang sepele.

"Karena aku ini alergi bulu kucing."

Arina bengong. Rasanya seperti mendengarkan pengakuan bahwa seorang paranormal pengusir hantu sebenarnya takut hantu. Tidak masuk akal.

"Haha... Kamu bercanda kan? Kalau kamu alergi kucing kenapa pelihara kucing?"

"Apa aku kelihatan sedang bercanda sekarang? Ha... Ha... Hatchiiiiiiiim!!!"

Gilang berkali-kali bersin. Sepertinya ia cukup tersiksa karena Arina melihat betapa merah hidungnya. Kulit Gilang yang putih dan cenderung pucat membuat sedikit perubahan warna kulitnya akan tampak menonjol, terutama jika saat bersin begini. Wajah pemuda itu benar-benar terlihat memerah.

"Maaf. Karena membosankan sekali berada di dalam mobil dengan situasi jalan macet. Kupikir bermain-main dengan kucing sedikit bisa menghiburku," ujar Arina memberikan alasan.

"Kamu... Kamu benar-benar... Ha ha, hatchiiiim."

"Kalau kamu Alergi kucing begitu, buat apa pelihara kucing segala? Kamu bisa saja meminta orang lain mengadopsinya."

"Aku sudah pernah melakukannya. Tapi orang-orang yang kukenal sangat buruk dalam memperlakukan kucing. Kalau mereka sibuk, mereka hanya mengurung kucing di dalam kandang hanya karena nggak mau kucing itu kabur."

"Apa bedanya denganmu? Kamu alergi kucing, aku rasa sekali pun kamu pasti nggak pernah bermain-main dengan kucing atau memanjakannya."

"Tapi aku memperlakukan mereka dengan baik. Aku punya satu ruangan luas untuk mereka bermain-main. Aku nggak pernah masuk ke ruangan itu, tapi setidaknya aku yakin kucing itu nggak akan bosan. Bukan hanya berada di kandang dan makan saja."

"Really? Tapi tetap saja... Bagaimana dengan alergimu?"

"Selama aku nggak mendekati ruangan itu aku baik-baik saja. Setiap dua kali sehari, ART-ku selalu membersihkan ruangan itu. Oh my, this is killing me... Hatchiiiim!"

Arina menepikan mobilnya hingga masuk ke sebuah area taman terbuka yang lumayan tidak terlalu ramai. Setelah mempertimbangkan sebentar diputuskan bahwa selama Gilang masih bersin-bersin parah seperti ini perjalanan ini tidak bisa dilanjutkan.

Dear Miss Manager (Tamat Di KK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang