29. Walking on Cloudy Path

1K 126 7
                                    

 

Arina memanggil taksi. Selama perjalanan di dalam taksi, ia terus saja menggigiti kukunya. Wajahnya pucat dan saat meninggalkan apartemen Sandra, ia tidak lagi sempat berdandan pun memilih baju yang pantas, seolah melupakan harusnya siang ini Arina sudah berada di acara konferensi pers tentang produksi film Gilang yang akan segera tayang. Tapi ia terpaksa tidak datang, ah tidak... Ia sebaiknya memang tidak datang. Hal terakhir yang diinginkannya adalah menyeret Gilang ke dalam masalahnya. Arina tidak bisa membiarkan itu terjadi.

Saat ini pikirannya benar-benar tersita oleh ketakutan-ketakutan serta kekhawatiran tentang Jody yang berusaha menghancurkan hidupnya, sekali lagi.

Jody sudah gila. Ia tidak hanya membuat Arina bangkrut, tapi juga berencana menghancurkan dirinya. Semua gara-gara ucapannya yang tidak masuk akal.

Sekujur tubuh Arina nyaris gemetar, menggigil karena ketakutan. Bahkan percakapan yang baru berlalu setengah jam lalu tidak berhenti berputar-putar di kepalanya.

"Padahal aku berencana kembali padamu kalau urusanku sudah selesai. Aku punya rencana mengembalikan semua uangmu, lalu aku minta maaf dan kita mulai dari awal lagi. Tapi apa yang kamu lakukan? Belum lama aku pergi kamu sudah menginap dengan laki-laki lain. Ditambah lagi, orang itu adalah aktor terkenal?"

Arina sungguh tidak menyangka, Jody akan berbuat sejauh itu. Dan juga, apa Jody mengira Arina punya hubungan istimewa dengan Gilang? Lalu dari mana orang itu tahu soal Gilang?

"Kamu ngomong apa sih? Kenapa seolah-olah menurutmu aku yang jahat? Bukan aku yang merusak semuanya, bukan aku yang mencuri uang sebanyak delapan puluh juta lalu membobol kartu kredit pacarnya. Apa otakmu sudah gagal berfungsi? Dan lagi, dari mana kamu dapat kepercayaan diri setelah kamu minta maaf aku mau kembali sama kamu? Kamu pikir aku segila itu?"

"Sudah aku duga kamu ngomong begitu. Karena itu aku nggak menyesal menguras limit kartu kreditmu. Kamu tahu aku nggak akan berhenti sampai di sini saja."

"Aku akan hentikan semuanya. Aku akan lapor bank dan polisi bahwa aku tahu siapa yang membobol kartu kreditku dan mencuri semua tabunganku. Aku akan laporkan semuanya."

Jody tertawa seolah sudah menyangka Arina akan mengatakan hal demikian. Dan laki-laki itu sama sekali tidak terdengar takut dengan ancaman Arina.

"Coba saja. Kalau kamu bisa melakukannya, aku dengan senang hati menyebarkan foto-fotomu bersama Gilang yang manis itu ke internet."

"Foto? Foto apa?"

"My, my... Arina aku nggak mungkin membeberkan 'dosa'ku kalau aku belum menemukan cara untuk menjinakkan kamu. Foto apa? Tentu saja foto momen keintiman kalian berdua."

"Intim? Kami nggak punya hubungan semacam itu," seru Arina mengelak.

"Oh ya? Tapi tidak dengan orang yang mungkin akan melihat foto-foto kalian. Dengan foto semacam itu, sekeras apapun kamu mengelak, mereka tetap menganggap kamu punya hubungan dengan aktor itu."

"Jod, apa-apaan kamu? Foto apa yang kamu maksud?"

"Sent. Kalau kamu penasaran, aku kirim sampelnya ke emailmu. Ingat kata-kataku, kalau kamu berani melaporkan aku ke polisi, lihat akibatnya nanti," ancam Jody dengan suara yang membuat Arina bergidik.

Siapa orang ini? Benarkah dia pernah menjadi orang yang spesial di hati Arina? Jika memang begitu, kenapa dia mudah sekali menghancurkan orang yang pernah begitu mencintainya?

"Brengsek! Kamu bukan manusia, Jod. Keparat sepertimu harusnya mati saja dan membusuk di neraka." Arina tidak bisa menahannya lagi. Kemarahan itu sudah mendesak keluar. Barangkali karena memang hanya ini yang bisa dia lakukan sekarang.

Dear Miss Manager (Tamat Di KK)Where stories live. Discover now