23. A Little Surprise

1.2K 154 5
                                    

Arina mengabaikan panggilan ponsel yang sedari tadi berdering-dering seperti kesurupan. Ia tahu panggilan itu dari Gilang yang barangkali seperti tersengat kobra saat mengetahui Arina telah menyepakati Arina mengabaikan panggilan ponsel yang sedari tadi berdering-dering seperti kesurupan. Ia tahu panggilan kontrak yang menyebutkan bahwa Gilang bersedia mengikuti program reality show Blind Marriage.

Rasakan.

"Kenapa nggak diangkat? Itu ponsel lo udah bunyi dari jaman penjajahan Belanda, yakin lo biarin aja?" tanya Sandra, yang tengah membongkar kardus - kardus berisi barang-barang dari rumah lamanya. Putusan pengadilan mengabulkan perceraian yang diajukan Sandra. Sebagai konsekuensinya, rumah yang dulu ditempatinya bersama suaminya kini harus dikosongkan untuk dijual, bersama dengan aset lain yang menjadi harta gono-gini.

Arina sudah berjanji akan membantu Sandra pindah ke sebuah apartemen cukup mewah di Kalibata. Tampaknya kini menjadi janda tidak membuat Sandra seketika miskin. Arina dulu kadang merasa iri keberuntungannya tidak sebagus Sandra dalam soal finansial. Tapi sekarang itu tidak penting lagi.

Arina meletakkan ponselnya asal-asalan tanpa berniat mengangkatnya. Malam ini ia sudah lepas dari pekerjaannya sebagai manajer Gilang dan sengaja tidak ingin menerima panggilan dari cowok lancang itu. Toh Gilang tetap akan mengomelinya kapanpun laki-laki itu bertemu dengan Arina. Dan Arina ingin Gilang merasakan putus asa karena manajernya telah bertindak lancang menerima kontrak yang paling dibencinya.

"Lo itu manajer bukan sih? Artisnya nyariin malah sok jual mahal."

"Nggak jual mahal. Ini balas dendam," jawab Arina sembari menyusun buku-buku koleksi Sandra ke dalam rak.

"Balas dendam? Memangnya kalian umur berapa sih? Dan lo ngapain sampai bikin Gilang kayak perawan kecolongan kutang segitunya nyariin lo."

Sandra menyortir baju-baju miliknya sebelum menggantungnya dengan hanger dan meletakkannya ke dalam lemari.

Arina berpikir sebentar sebelum menceritakan apa yang terjadi, bahkan sampai dari awal semuanya bermula. Yang mana semuanya berawal dari satu ciuman itu.

"You what? You've kissed him?"

"Dih, bukan gue yang nyium. Tapi Gilang, San..."

"Aduh kepala gue. Gue nggak ngerti ini soal apa. Jadi lo balas dendam sama Gilang dengan lo nerima job yang paling dia benci sebagai bayaran karena dia nyium lo which is lo juga menikmati ciuman itu?" Sandra memegang pelipisnya dan menghentikan upayanya menyortir pakaian. Alih-alih ia menyeret Arina duduk di ranjang yang baru saja dipakaikan sprei baru.

"Gue marah bukan cuma soal itu. Tapi Gilang nggak merasa bersalah setelah dia.. Dia..."

"Dia apa? Gue nggak percaya lo bertingkah kekanak-kanakan gitu. Lo dapat kerjaan dari Gilang ini nyaris ngemis, for your information, Dahling... And now you're trying ruin it. How ironic."

"Gue cuma ingin kasih pelajaran ke anak sombong itu, San... Jangan ngomong seolah-olah gue yang salah mulu. Sekali lagi gue dengar lo belain dia, gue benar-benar ragu lo sahabat gue atau bukan."

Sandra menggeleng-gelengkan kepala. Ia pun dari dulu sudah meragukan kewarasan Arina dalam menyelesaikan masalah. Tapi tetap saja ia selalu dibuat terkejut oleh ulah sahabatnya yang serampangan itu.

"Oke, katakan saja secara khilaf, Gilang nyium lo. Then what? Lo nggak perlu overreaktif dengan nyuruh dia minta maaf. Kadang-kadang, lo tahu laki-laki nggak perlu alasan untuk nyium perempuan. Simply they did it because they want it. Lo juga bukan anak kemarin sore yang belum pernah ciuman, Ar. What's the big deal? Gilang suka sama lo, haruslah lo malah hepi, bukannya sensi."

Dear Miss Manager (Tamat Di KK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang