Bab 21 - What is Love?

Start from the beginning
                                    

Arman menghabiskan dua puluh menit di dalam kamar mandi. Evelyn bahkan menatapnya keheranan saat ia keluar dari kamar mandi.

"Aku pikir kamu pingsan atau ketiduran di dalam," komentar gadis itu.

Arman sudah akan protes, tapi lidahnya seolah membeku saat mendapati Evelyn memakai kaos putih longgar, dengan rambut yang belum sepenuhnya kering. Gadis itu tampak cantik. Dan seksi.

Arman segera menghentikan pikirannya sebelum ia harus mandi air dingin lagi. Arman tak mengerti, kenapa Evelyn harus tampak secantik itu?

Arman menarik napas dalam, sebelum berjalan ke tempat tidur. Ia sudah akan naik ke tempat tidur ketika Evelyn bertanya,

"Kamu mau tidur kayak gitu aja?"

Arman menunduk dan ia mengumpat pelan mendapati ia masih memakai jubah mandinya. Bergegas ia turun dari tempat tidur dan pergi ke ruang ganti. Namun saat ia kembali ke tempat tidur, Evelyn kembali berkomentar,

"Rambutmu nggak dikeringin dulu?"

Arman menatap gadis itu kesal.

"Cuma tanya," Evelyn membela diri.

Arman lantas mengambil handuk kecil dan mengeringkan rambutnya dengan handuk itu sembari kembali ke tempat tidur. Ia mengambil ponselnya untuk mengecek pesan, atau email, atau apa pun, agar ia tak tampak begitu konyol dengan handuk di tangannya, di atas tempat tidur seperti ini.

Arman sedang mengecek pesan masuk ketika tiba-tiba Evelyn mengambil alih handuk di tangannya.

"Kamu kayaknya sibuk. Biar aku bantuin," ucap gadis itu.

Perut Arman rasanya seolah mendapat tinju yang cukup menjungkir-balikkan isinya saat tangan Evelyn menyentuh rambutnya. Evelyn mendekat padanya, nyaris memeluknya, saat ia berlutut di sebelahnya dan semakin fokus mengerikan rambutnya dengan handuk.

Aroma lembut sabun yang digunakan Evelyn seketika memenuhi indera penciuman Arman. Ia nyaris mengerang saat Evelyn semakin mendekat padanya. Gadis itu semakin fokus, tak sadar apa yang ia lakukan pada Arman. Evelyn benar-benar ingin membunuh Arman.

Arman memejamkan mata, berusaha menenangkan diri. Ia sudah yakin akan berhasil saat Evelyn berkata ia hampir selesai. Namun itu hanyalah harapan Arman, karena ketika Evelyn duduk di sebelahnya, begitu dekat dengannya, tersenyum padanya, jantung Arman berdegup kencang dengan gilanya.

Arman bahkan tak bisa menghentikan dirinya ketika ia melemparkan ponselnya menjauh dan menangkup wajah Evelyn. Gadis itu tampak terkejut, tapi saat Arman mendekatkan wajah mereka, Evelyn tak melawan, pun tak berusaha melepaskan diri.

Ketika Evelyn memejamkan mata di depannya, Arman tahu, ia tidak bisa mundur lagi. Saat bibirnya akhirnya menyentuh bibir lembut Evelyn, Arman tak lagi bisa memikirkan hal lain selain Evelyn. Pertahanan yang berusaha ia bangun sejak gadis ini mengikrarkan diri sebagai istrinya, akhirnya hancur juga.

Apa Evelyn bahkan tahu, betapa Arman menginginkannya? Lebih tepatnya, betapa Arman mencintainya?

***

Saat Evelyn membuka mata, ia mendapati dirinya berada dalam pelukan Arman. Selama sedetik, Evelyn panik. Sebelum ia mengatakan pada dirinya jika Arman adalah suaminya. Mereka sudah menikah.

Evelyn mendongak dan menatap wajah tidur Arman. Tidak adil. Bahkan dengan rambut berantakan pria ini masih tampak begitu tampan. Evelyn bahkan tak bisa mencegah tangannya terangkat ke rambut pria itu, menyisirnya lembut, berusaha merapikannya.

Tangan Evelyn berhenti bergerak ketika Arman bergerak pelan. Tangan pria itu berada di punggung Evelyn yang terbuka. Seketika, Evelyn kembali teringat kejadian semalam. Ketika Arman menciumnya, lalu ...

Marry Me or Be My Wife (End)Where stories live. Discover now