Bab 16 - Smile For Me

Mulai dari awal
                                    

"Wah ... gimana kamu ..." Kalimat Evelyn itu seketika terputus saat gadis itu menoleh ke belakang dan tatapan mereka bertemu.

Bahkan Arman juga mematung di tempatnya, terkejut dengan kedekatan mendadak mereka.

Suara dehem dari pintu ruang makan membuat Arman melangkah ke samping dan mengambil alih penggorengan dari tangan Evelyn.

"Kamu duduk aja, biar aku yang nyelesaiin ini," Arman berkata.

"Oh ... eh ... iya," Evelyn tergagap, sebelum menuruti Arman.

Sepeninggal Evelyn, Arman memindahkan telur dari penggorengan, dan melanjutkan mengolah potongan sayur dan ayam. Ia mendengar suara Luki kemudian,

"Maaf mengganggu, Pak, Bu. Saya cuma mau bilang kalau saya sama Riani akan keluar dulu."

"Sarapan dulu," Arman membalas tanpa menatap Luki. "Aku masak cukup banyak buat kalian juga."

Ketika tak ada jawaban, Arman berbalik untuk menatap Luki. Pria itu masih berdiri di depan pintu, melongo menatap Arman.

"Panggil Riani," Arman berkata.

"Iya, Pak," jawab Luki, sebelum ia meninggalkan ruangan.

"Ada yang bisa aku bantu?" tanya Evelyn kemudian.

Arman sudah akan menolak, tapi ia melihat ketulusan Evelyn, dan akhirnya menjawab,

"Tolong siapin piring sama nasinya di meja."

"Oke," sahut Evelyn riang. Lalu selama beberapa saat, gadis itu sibuk mencari piring dan menyiapkan nasinya.

Arman tak dapat menahan senyum saat kembali melanjutkan acara memasaknya. Bahkan saat ia sedang mencicipi masakannya, Evelyn berkata ingin mencobanya juga. Arman menyendok kuah dari ayam kecap sayurnya dan memberikannya pada Evelyn.

"Mm ... ini enak," ucap gadis itu. "Kamu beneran bisa masak, ya?"

Arman mendengus geli. "Kalau ada yang kamu pengen, kamu bilang aja, nanti aku buatin," reflek ia menawarkan.

Evelyn tampak terkejut, tapi gadis itu tersenyum dan membalas,

"Pasta."

"Kamu suka pasta?" tanya Arman. Ia tak pernah tahu jika Evelyn suka pasta. Dari informasi yang didapatnya ....

"Aku punya kenangan buruk tentang pasta. Di restoran cewek nyebelin itu," sebut Evelyn, membuat Arman tersenyum geli. "Kamu bisa kan, ngubah kenangan buruk itu jadi kenangan yang lebih baik?"

Arman menatap Evelyn dan mengangguk. Bukan hanya satu kenangan buruk itu, tapi semua kenangan buruk yang dimiliki Evelyn, Arman ingin mengubahnya menjadi kenangan indah. Tahukah Evelyn akan itu?

***

Evelyn sama sekali tak menyangka, Arman akan membawanya ke taman safari hari itu. Ia tak ingat kapan terakhir mengunjungi taman safari. Seingatnya, dulu ia masih kecil. Karena setelah Evelyn beranjak dewasa, ia tak pernah pergi ke tempat lain selain sekolah, mall, butik, pertunjukan musik klasik atau pertunjukan fashion show. Setelah sekian lama, rasanya seperti ia kembali ke masa kecilnya.

Evelyn bahkan tak sadar, berapa kali ia bersorak ketika melihat satwa-satwa liar, juga hewan yang tak bisa ia lihat setiap hari di depan matanya. Zebra dan jerapahnya yang paling menarik perhatian Evelyn. Ia bahkan tak dapat menahan tawanya saat bisa memberi makan langsung hewan-hewan itu.

Namun ternyata jalan-jalan mereka belum berakhir. Dari taman safari, Arman membawa Evelyn ke taman hiburannya. Saat mereka memasuki taman hiburan itu, Evelyn menatap Arman.

Marry Me or Be My Wife (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang