33. Afwan

8.6K 464 32
                                    

Azam POV

Aku melajukan motorku dengan cukup kencang. Pikiran ku melayang kemana-mana, pertengkaranku kali ini membawa ku mengucapkan kata-kata kotor kepada istriku sendiri. Aku kalap, khilaf, dan tak terkendali. Amarahku berhasil dikuasai setan. Aku memang marah sangatlah marah ketika melihat istriku diantarkan pulang oleh ikhwan lain terlebih ia pun tidak meminta izin padaku. Aku jadi suami merasa sangatlah gagal, bagaimana aku akan mempetanggung jawabkan istriku dihadapan Allah jika ia saja tak menganggapku ada. Dari kejadian malam itu aku mengabaikan istriku dan memilih untuk mendiaminya. Aku sangat kecewa, kepercayaan yang sudah aku berikan padanya seakan runtuh seketika. Dan kejadian pada malam itu pula menjadikan alasan bahwa LDR diantara kita tidak akan berhasil selagi Arbani masih terus ada di sekelilingi Gia, iya aku memang pencemburu. Niatku sudah bulat untuk segera menyelesaikan skripsi ku. Gia sudah menjelaskan kejadian malam itu secara detail, hatiku hampir luluh tapi entah kenapa lisanku ini berhasil mengatakan kata-kata kotor. Aku tahu betapa hancurnya hatinya. Tak hanya dia yang salah namun aku pun salah sangatlah salah.

Aku menghentikan laju motorku di sebuah mushola dekat komplek. Di tempat inilah aku akan merenung dan menyesali perbuatan ku tadi.
Aku ingin menenangkan hatiku dengan melaksanakan shalat duha kemudian mengadukan semuanya kepada Allah.
Setelah memarkirkan motorku aku pun langsung mengambil wudhu. Suasana mushola ini sepi. Setelah mengambil wudhu aku pun melaksanakan shalat duha dengan sangat khusyuk. Aku ingin mendapatkan ketenangat didalam shalat duhaku ini.

"Assalamualaikum warahmatullah" ku tolehkan kepalaku ke kanan lalu ke kiri. Kemudian aku menegadahkan kedua tangan lalu melantunkan do'a, tak terasa aku terisak di sana. Dadaku terasa sesak. Bayangaku teringat Nagia yang sekarang pasti ia masih di dalam kamar dan menangis. Ya Allah aku merasa gagal menjadi suami. Seharusnya aku bisa mengendalikan amarahku ini dan tidak mengatakan kata-kata itu. Ahh bodohnya aku.
Ketika aku masih khusyuk dengan do'aku tiba-tiba ada yang menepuk pundak ku. Aku pun menoleh ternyata ia seorang laki-laki paruh baya ustadz di sini.

"Nak Azam kan?" Tanya ustadz itu. Ia mengenaliku karna aku sering berjamaah di sini.

"Eh iyah pak" aku pun menyalaminya.

"Sedang apa ente sendirian di sini? ane kira tadi siapa yang nangis eh ternyata ente. Yaudah ane samperin aja ke sini" ucap ustadz itu yang dikenali namanya Ustadz cecep.

"Shalat duha pak, ehh iyah" ucapku sambil mengusap-usap sisa air mataku.

"Pasti ada masalah yah, ane udah nyangka ini. Urusan rumah tangga kan" ucapnya ramah, aku pun tertunduk.

"Maaf nih ane ikut campur urusan ente, tapi ane ga tega aja liat ikhwan yang tidak berdaya ini..." ia pun terkekeh begitupun dengan aku.

"Dalam rumah tangga, masalah itu udah jadi hal biasa. Dari mulai masalah salah paham, kepercayaan, dan ini nih ini yang paling sering di alamin cemburu buta. Cemburu sangat di anjurkan bahkan nabi sekalipun ia masih sangat bisa merasakannya karna ia pun sama seperti kita manusia yang membedakannya ia sangatlah istimewa dibanding dengan kita. Cemburu ada untuk mengukur seberapa sayang kita ke istri kita. Nah kalau udah ga ada cemburu itu gawat namanya. Cobalah untuk memaafkannya dan mencoba mempercayai istri kita. Tanamkan dalam hati kita bahwa istri kita tidak akan mungkin nyeleweng dari kita..." jelas ustadz cecep, tapi masalahnya bukan cemburu lagi tapi aku sudah menyakiti hati gia dengan lisanku ini.

"Lisan saya telah melukai hatinya pak" ucapku lirih. Ustadz cecep pun tersenyum ramah padaku.

"Yang ente lakukan itu, bukan termasuk cemburu yang benar menurut agama. Juga bukan kecemburuan seorang yang benar-benar disebut laki-laki. Itu tidak lebih sekedar kekhawatiran yang berlebihan, sehingga dengannya ente telah membelenggu isteri ente dari hak syar’inya. Dalam keadaan demikian, isteri ente seperti bukan makhluk hidup padahal bukan pula benda mati. Ente telah memadamkan cahaya kemuliaan dan kehormatannya. Nama baiknya akan menjadi pembicaraan di tengah publik. Sekiranya ente termasuk orang muslim yang benar, yang berpegang pada akhlak dan etika Islam, tentu ente akan melaksanakan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain”. [al Hujurat/49:12], cemburu sangatlah dianjurkan namun dibalik itu pula kita ini harus bisa mengendalikannya supaya tidak ada pihak yang tersakiti oleh lisan kita. Jangan sampai emosi ente berhasil dikendalikan setan. Maka bertaubatlah dan memohon ampun pada-Nya dan juga meminta maaflah kepada istri ente.." jeda sejenak.

Anak Rohis Kok Pacaran??Where stories live. Discover now