15. Fakta yang mengejutkan

7.9K 442 2
                                    

"Hmm...." belum sempat Azam menyelesaikan ucapannya ada seseorang yang memanggil ku dan mengalihkan perhatian ku.

"Assalamualaikum ukhty ma'af ana menggangu waktunya tapi ini sangat urgent" ucap seorang ikhwan yang memotong pembicaraan Azam.

Aku pun langsung membalikan tubuhku menghadap sumber suara yang tadi memanggil namaku, sedangkan Azam ia sudah terlebih dahulu mendapati seseorang itu.

"Waalaikumsalam ehh Arbani, ada apa?" Ucapku padanya.

"Itu.. ukh anu tapi sebaiknya kita bisa bicarakan berdua soalnya ini kepentingan rohis" ucap Arbani sedikit kikuk dan terlihat gugup, ia pun menyadari bahwa ia telah menganggu waktu terpenting dan berhaga bagi Azam karna hari ini merupakan hari terakhir gia dan azam bertatap muka entah untuk hari esok dan seterusnya mungkin mereka akan berbicara lewat surat atau perantara media sosial yang semakin hari semakin canggih.

Di antara percakapan singkat aku dengan Arbani aku pun melirik azam yang mulai berubah ekspresi memang tak aneh lagi ekspresi yang ditampilkan azam selalu datar dan dingin namun kali ini berbeda air mukanya berubah merah dari matanya tersirat kekecewan dan mungkin kecemburuan tapi entahlah aku hanya bisa mengira - mengira tanpa bisa menanyakan langsung karna yang aku tau azam memiliki sifat yang tertutup ke semua orang termasuk ke orang yang sangat memperdulikannya contohnya aku.

"Afwan akang sepertinya kita harus pergi" ucapku sedikit tidak enak melihat ekspresi Azam yang sepertinya memang tidak mengenakan untuk dilihat.

"Tafadhol ukh.." ucapnya datar.

Setelah meminta izin pada Azam aku pun langsung pergi meninggalkan Azam yang masih saja mematung ditempatnya.
Cukup hanya itu pertemuan terakhir ku dengan Azam dengan membicarakan masa depan kita atau kelanjutan hubunganku dengan Azam, hmmm.. eaks (ini suara author) oke balik lagi :)

***

Azam POV

Entah dari kapan Arbani memangil gia dengan sebutan ukhty yang aku tau hanya aku satu - satunya orang yang memanggilnya dengan panggilan itu, tentu saja hal itu membuatku tidak nyaman meningangat sepertinya aku masih mengharapkan gia menjadi wanita yang paling berharga ke dua dalam hidup setelah ibuku dan aku pun belum sepenuhnya mengikhlaskan gia apalagi merelakan gia dengan orang lain memang sikapku cuek di luar namun sebenarnya rapuh didalam tapi aku cukup pandai menyembunyikan semua rahasia itu cukup hanya aku dan Allah yang tau, yang mereka lihat hanyalah aku azam si manusia yang penuh misteri.

Saat melihat arbani sangat dekat dengan gia bahkan arbani dengan enteng memanggilnya dengan sebutan "ukhty" hati ku rasanya berkedut sepertinya ada yang sakit bahkan patah didalam sana, hmm mungkin sedikit terdengar berlebihan bagi ukuran aku manusia seperti ku tapi harus bagaimana lagi yang aku rasakan memang begitu adanya. Batinku saling beradu argumen tak bisa aku gambarkan keadaan hatiku sekarang yang jelas aku sangat kecewa dan mulai sekarang aku akan bertekad walau terdengar sakit namun aku harus sedikit demi sedikit mengikhlaskan gia karna aku percaya dengan mengikhlaskan gia dengan orang lain itu merupakan bukti bahwa aku menyayangi gia, melihat gia bahagia walau dengan orang lain saja aku merasa bahagia mungkin itu cinta yang sesungguhnya yang Allah berikan padaku yang terpenting gia pernah menjadi milik ku walaupun tidak ada kejelasan dalam hubungan kami.

Diujung taman ini aku melihat fahri yang sepertinya sengaja mencariku.

"Assalamualaikum Azam, ente lagi ngapain disini sendiri kaya anak hilang" ucap Fahri ia adalah sahabatku memang seperti itu gaya bicaranya yang asal ceplos namun yaa begitulah fahri sahabatku walau seperti itu ia dapat bertahan dengan sikapku yang seperti ini memang benar kita itu saling melengkapi yang dingin dan datar seperti ku harus bersahabat dengan yang suka ceplas ceplos, ga pernah bisa diem, dan petakilan.

Anak Rohis Kok Pacaran??Where stories live. Discover now