28. Pamit

8.6K 450 14
                                    

Author POV

Tok..tok..tok

"Nak Azam gia ayok turun sarapan dulu nak!" Ucap Halimah—ibunya Nagia— dari balik pintu kamar Nagia.

"Baik mah" ucap Nagia sedikit berteriak dari dalam kamar.

"Yasudah tapi cepetan yah yang lainnya sudah menunggu" pesan Halimah sebelum ia benar - benar meningalkan pintu kamar Nagia.

"Iya mamah" jawab Nagia.

Sementara itu didalam kamar Nagia dan Azam masih membereskan alat shalat milik mereka kemudian menaruhnya kembali ditempat yang biasa ia menaruh.

"Sudah selesai?" Tanya Azam memastikan.

"Sudah" jawabku.

"Yasudah ayok!" Ucap Azam kemudian kami pun keluar kamar dan langsung menuruni anak tangga karna posisi meja makan berada di lantai bawah dekat dapur.

***

Meja Makan

Kami pun telah sampai tepat di depan meja makan, semua anggota keluarga telah berkumpul dari mulai ayah plus dengan korannya, mamah yang tengah sibuk menyajikkan nasi untuk kami semua, abang yang sedari tadi senyam - senyun sendiri entah kenapa mungkin kesambet? Ups hehe, dan tak lupa juga kak sheira yang senantiasa duduk di samping bang Rizal.

"Ayah simpan dulu korannya, sekarang sebaiknya kita sarapan dulu sebelum melanjutkan aktivitas" tegur mamah Nagia dengan lembut dan penuh kehati - hatian.

"Eh.. iya iya mah, waduh ayah baru sadar tenyata sudah kumpul semua yah" ucap Hermawan—ayah Nagia— yang baru menyadari kehadiran kita semua.

"Si ayah baru sadar" ceplos bang Rizal.

"Hehe.. sekarang keluarga kita rame ya mah nambah dua mantu makin rame aja ini rumah" ucap Hermawan sambil menggaruk tengguk yang tak gatal.

"Iya... langsung dua lho yah, tidak hebat bagaimana anak kita ini" ucap Halimah sambil terkekeh dan yang lainnya pun ikut terkekeh.

"Mamah lebay deh" ucap Nagia sambil menyunggingkan senyumnya.

"Sekali - sekali gia" Alibinya.

"Yasudah - sudah, ayah lapar nih mari makan tapi jangan lupa baca do'a dulu" instruksi Hermawan langsung dilaksanakan oleh semua orang yang ada di sini, pembacaan do'a di pimpin olehnya.

Setelah membaca do'a sebelum makan kami pun mulai menyantap hidangan yang telah Halimah siapkan untuk kami yaitu nasi goreng spesial, menu sarapan terfavorite di keluarga ini. Hanya ada suara sendok yang beradu dengan garpu yang terdengar sedari tadi karna memang ketika sedang makan tidak diperbolehkan berbicara atau mengombrol dan bisa lebih menghargai makanan dihadapan kita.

Selang beberapa menit sarapan pun telah selesai.

"Yah, mah, bang, Azam ingin bicara" ucap Azam setelah melihat situasi memang sudah selesai sarapan dan dirasa ini memang waktu yang tepat untuk bicara.

"Bicara tentang apa nak?" Tanya Hermawan langsung.

"Besok Azam harus kembali ke Jakarta yah untuk mengurus skripsi yang belum rampung, Azam tidak bisa memprediksikan skripsi Azam bisa selesai dengan cepat...." ada jeda sejanak Azam menghirup napas dengan kasar dan mengeluarkannya ia pun melirik Nagia yang sedari tadi hanya menunduk, dengan cepat ia pun megenggam tangan Nagia.

Anak Rohis Kok Pacaran??Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum