4. Jarak

11K 673 2
                                    

Di kelas

Setelah kembali ke kelas aku pun langsung memasukan flashdisk ke dalam laptop ku kemudian mengcopy data proposal yang ada di flashdisk.
Setelah mempelajari isi dari proposal aku pun mencoba mengedit apa yang harus di edit dari waktu pelaksanaan sampai anggaran dana yang akan di butuhkan.

Tak terasa jam istirahat pun berlalu begitu cepat aku pun langsung menutup laptop kemudian mengeluarkan buku pelajaran yang saat ini akan di pelajari.

"Assalamualaikum anak - anak, baiklah kita lanjutkan materi minggu lalu" ucap bapak guru muda di sekolah ku.

"Waalaikumsalam baiklah pak" aku pun kemudian membuka buku paket.

Kami semua larut dalam kekhusyuan belajar mengajar ini walaupun kelas ku termasuk golongan kelas paling rame ga bisa diem kalo ga ada guru tapi mereka bisa diem kalau udah ada guru apalagi saat gurunya ngejelasin yah intinya mereka bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya kalau bahasa gaulnya sih mereka itu paling tau sikon.

***

Pukul 15:00 WIB

Kriiiinggg...kriiinggg

"Yeeeee pulang" ucap sebagian teman - temanku.

"Yang piket - piket dulu!" Perintah sang KM (Ketua Murid)

"Ehh pulang bareng" suara sedikit berteriak dari teman akhwat ku.

"Woy tungguin dong, ahh tidak berperiketemanan nih" lawakan teman - temanku.

Kini suara riuh teriakan semua orang yang ada di sini seakan - akan mempenuhi ruangan kelas ini mereka sedang sibuk menyiapkan diri untuk pulang ke rumah masing - masing, hmm siapa sih yang ga suka jam pulang sekolah semua murid pasti sangat merindukan jam pulang sekolah bagaimana tidak bayangkan saja mereka duduk selama 9 jam di sekolah dengan aktivitas belajar mengajar yang sangat padatnya plus tugas - tugas rumah yang menggunung. Aktivitas yang di anggap sebagai hal lumrah oleh semua murid apa daya murid jika tanpa tugas - tugas yang di tumpuk sehingga menjadi gunungan tugas akan tetapi tida apdol jika murid tanpa tugas yang harus kita lakukan adalah mensyukurinya.

Tapi berbeda dengan ku di saat semua orang menyiapkan diri untuk pulang aku tidak memiliki kesempatan untuk pulang karna ada tugas yang harus aku selesaikan yaitu tugas ku sebagai sekertaris acara Mabit, acara Mabit semakin dekat dan itu artinya proposal harus segera di selesaikan. Oke fixs aku ga pulang. Batinku!!

"Gia anti ga pulang?" tanya rumi yang sedang memasukan buku - bukunya ke dalam ranselnya ia melihat ku sedang serius berkutat dengan laptop ku.

"Mau kok tapi agak sorean soalnya ini proposal harus segera di selesaikan akhir - akhir ini" jawabku yang di balas dengan ber-oh-ria olehnya.

"Yaudah deh ana duluan yah dah gia, Assalamualaikum" Tambah rumi kemudian kami pun bersalaman.

"Iya Waalaikumsalam hati - hati di jalan" jawabku.

Kemudian Rumi pun berlalu di hadapanku kini yang tersisa hanya aku dan laptopku di kelas ini, suasana semakin krik..krikk.. karna yang terdengar hanyalah suara sentuhan dari keyboard laptopku.

"Assalmaualaikum" ucap suara bariton itu.

"Waalaikumsalam" ucapku kemudian mengalihkan pandangan dari laptop ke pemilik suara bariton itu.

"Belum pulang? Boleh masuk kan" tanyanya datar kemudian mulai masuk ke kelas ku.

"Be..be..belum masih ngerjain proposal mabit" ucapku sedikit gugup kemudian ia pun duduk di sebrang tempat duduk ku jarak di antara kami terbilang jauh.

"Sudah ngerti kan?" Tanyanya masih sangat sangat dingin.

"Insha Allah tinggal anggaran dananya saja yang harus ana tanyakan ke bendahara" jelasku kemudian di balas dengan anggukan olehnya, Azam yang sedari tadi masih serius dengan ponselnya bahkan ia enggan melihat ku dan percakapan kami tadi hanya obrolan singkat saja. Hmm aku sangat sangat sudah terbiasa dengan sikap dinginnya bahkan aku juga sudah terbiasa di anggap tidak ada olehnya tapi apalah dayaku ku yang seakan - akan di butakan oleh cinta aku rela menghadapi ikhwan yang sedingin ini bahkan aku tidak habis pikir bisa mencintai orang sedingin ini senyum aja jarang apalagi bisa romantis ya Allah begitu sulitnya mencintai dia.

Beberapa menit hening di antara kami, kami masih fokus dengan pekerjaan masing - masing Azam dengan ponselnya dan aku dengan laptopku.

"Hmm..hmm.." gumamku untuk mencairkan suasana.

Namun aku tidak mendapatkan respon apapun, ya allah kuatkan iman hamba kuatkan hamba untuk menghadapi manusia kulkas ini berada lama - lama di sini udara semakin terasa dingin di tambah dengan sikap dinginnya Azam semakin lengkap penderitaan ku sore ini.

"Hmmm.. maaf akh bisa bicara sebentar" izinku padanya.

"Bisa, bicara aja ana dengerin kok" jawabnya datar masih fokus dengan ponselnya, apa ponselnya lebih menarik dari pada aku? Astagfirullah ya allah.

"Hmm.. anu.. sebenernya status kita itu apa sih?" Tanyaku jujur.

"Ukhty masih meragukan itu?" Tanyanya balik, bukannya ngejawab malah balik nanya huh sabar sabar!

"Iyah, jujur akh akhwat itu butuh kepastian" ucapku tak kalah jujur.

"Sudah ana bilang ana punya perasaan lebih pada ukhty dan ana tau ukhty juga sama jadi apa lagi yang harus di ragukan, keseriusan ana pada hubungan ini? Insha Allah ana serius ukh dan kalau kita di takdirkan berjodoh ana akan minta ukhty ke wali ukhty jadi biarlah hubungan ini mengalir dengan apa adanya menurut ana hubungan yang seperti ini lebih romantis dari pada yang berstatus pacaran, pacaran itu cuman masalah status" jelasnya panjang lebar dan akhirnya untuk pertama kalinya dalam sejarah aku dengannya aku mendengar dia bicara panjang lebar biasanya kan singkat jadi ini merupakan sesuatu yang jarang terjadi dan termasuk langka.

"Iya ana ngerti akh tapi yang ana kurang ngerti adalah sikap akhy yang begitu dingin ke ana iya ana tau hubungan ini sangat di rahasiakan cuman segelintir orang aja yang tau dan ana juga sangat ngehargai akhy yang berstatus ketua Rohis, ana tau akhy yang begitu di hormati di Rohis dan akhy pasti ngejaga banget ekskul Rohis ini dengan baik agar tidak tercoreng namanya cuman gara - gara ketuanya punya hubungan" jelasku.

"Sikap dingin ana ini ada alasannya ukh dan maaf alasannya belum bisa ana buka sekarang insha Allah akan ana buka pas nanti kita sudah halal tapi intinya ana ingin ngejaga ukhty dari kejauhan tapi izinkan ana minta maaf pada ukhty jika sikap ana ini bikin sakit hati ukhty" ucapnya. Selama kami ngobrol tidak ada adegan saling pandang - pandangan kami hanya tertunduk.

"Insha allah akh ana cukup ngerti dengan sikap akhy selama ini dan ana sudah maafkan akhy sebelum akhy minta maaf" ucapku.

"Alhamdulillah syukron ukh, ana mengizinkan ukhty ninggalin ana jika ukhty sudah tidak kuat lagi ngadepin sikap ana yang seperti ini insha Allah ana udah siap dan ikhlas" jelasnya.

"Ana duluan ya ukh, kalau sudah selesai ukhty cepet - cepet pulang yah Assalamualaikum" tambahnya kemudian memberikan ku pesan dan ia pun mulai meninggalkan ku di kelas ini kini kembali lagi aku sendiri di kelas dengan laptopku.

"Syukron akh Waalaikumsalam" jawabku.

Hari sudah sore dan sang senja pun mulai menampak kan dirinya segera ku putuskan untuk memasukan laptop ke dalam ransel kemudian bergegas menuju parkiran untuk mengambil si mico kesayanagan.
Tak terasa aku pun sudah sampai di gerbang rumah tanpa berpikir panjang segera ku masukan si mico kemudian langsung masuk ke dalam rumah.

——————

Halo hai gengs! Ketemu lagi di next chapter nih, voment kalian selalu saya tunggu.. :)
Terus ikuti cerita selanjutnya yah hihi ;)

Regards

Fitriyani Syawaliah 💜

Anak Rohis Kok Pacaran??Where stories live. Discover now