3. Jadi sekertaris?

13.5K 735 0
                                    

Setelah sampai di gerbang rumah aku pun langsung masuk ke rumah dengan tidak lupa memarkirkan si mico terlebih dahulu ke garasi.

"Assalamualaikum gia pulang" sapaku pada seluruh isi rumah namun tidak ada yang menjawab kemudian aku mengulanginya.

"Mah mamah gia pulang" ucapku lagi, kemudian terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat di balik pintu rumah ku benar saja ia ibu ku.

"Waalaikumsalam kok pulangnya telat sih kak?" Tanya ramah ibu ku kemudian aku pun mencium punggung tangan seseorang yang ku panggil ibu.

"Ohiyah maaf mah gia lupa buat ngabarin tadi kakak ada kumpulan rohis dulu" jelasku.

"Ohh yasudah kakak bersih - bersih gih terus shalat magribnya dan setelah itu kakak makan mamah udah nyiapin makanan kesukaan kakak" jelas ibu ku dengan senyuman yang bersahabat dan bersikap ramah sekali sambil merangkul pundak ku menggiring ku pergi ke atas kamar ku yang terletak di lantai dua rumah ini.

"Yaudah kakak ke atas dulu ya mah"

Cup!
Kecupan indah terjun bebas di pipi kiri ibu ku, aku menciumnya dengan penuh ketulusan. Aku selalu nyaman jika berada di samping ibu ku dan aku selalu nyaman jika di perlakukan seperti anak kecil bahkan aku akan rela jika aku tidak tumbuh dewasa demi perlakuan manis ibu ku, aku masih suka bermanja - manjaan dengan ibu ku bahkan abangku saja sempat cemburu jika aku terlalu dekat dengan ibu ku tapi mau di gimanakan lagi hubungan antara anak dan ibu itu sangat kuat apalagi aku dan ibu ku sama - sama perempuan.
Tapi ada satu hal yang paling aku jaga dari jangkauan ibu ku, aku memang selalu menceritakan apa saja yang terjadi pada hari ini di sekolah tapi untuk masalah curhat soal percintaan aku masih saja enggan berbagi cerita dengannya karna menurut ku masalah itu masih sangat sangat privasi sekali. Aku hanya bisa memendam sendiri masalah percintaan ku tanpa mau berbagi dengan ibu ku tapi untuk sahabat ku Rumi aku paling tidak bisa merahasiakan sesuatu apa saja yang akan aku rahasiakan pasti ujung - ujungnya ketauan juga entah kenapa aku lebih nyaman jika bercerita soal kisah cinta kepada sahabat ku saja dari pada ke ibu ku sendiri mungkin karna aku dan rumi seumuran jadi rumi paling bisa mengerti keadaan ku.

Kemudian aku berlalu meninggalkan ibu ku dan menuju lantai dua tempat kamar ku berada.

***

Di Kamar

Aku pun langsung merentangkan tangan kemudian menjatuhkan tubuhku ke kasur empuk Doraemon ku.
Seindah - indahnya kamarnya orang masih indahan kamar ku sendiri lah, hihi.
Kamar itu salah satu tempat paling terfavorit dari sekian banyak ruangan di rumah apalagi untuk kaum hawa. Bagaimana tidak selain untuk tempat beristirahat dari lelahnya aktivitas setiap harinya kamar juga mampu menghilangkan stres denga sekejap hanya di kamar kita bisa bebas beraksi tanpa batas tanpa ada orang yang lihat, kalau lagi galau kita bisa nangis - nangis bombay hanya di kamar, kalau lagi seneng kita bisa lompat - lompat gajelas di ranjang tinggal tunggu aja apa reaksi ibu kita besok harinya. Jika ada Aksi maka akan ada pula Reaksi.

Allahuakbar..
Allahuakabar..
Ashadualla ilahaaillah..
Ashadualla ilahaaillah..

Gema adzan pun terdengar sangat merdu dari toa masjid komplek dekat rumah ku setelah beberapa menit bermanja - manjaan dengan kasur Doraemon ku aku pun langsung bergegas pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.

***

Pagi ini saperti biasa aku berangkat bersama motor kesayanagan ku. Tidak butuh waktu lama aku pun sudah berada di depan gerbang sekolah.

"Assalamualaikum" ucap pak udin satpam sekolah.

"Waalaikumsalam eh bapak" ucapku sambil memberhentikan motor ku kemudian menyalami punggung tangannya.

Anak Rohis Kok Pacaran??Where stories live. Discover now