29. LDR Halal

8K 406 13
                                    

Sang fajar mulai muncul ke permukaan dari tempat peraduannya, semilir angin menelusup di celah - celah piltrasi kamar berornamen hitam putih sangat sederhana ini tak lain dan tak bukan adalah kamar milik Azam.

"Mas.. sudah siap?" tanya Nagia.

"Sudah" balasnya.

"Sarapan dulu yah mas" Tawar Nagia.

"Iya" jawabnya singkat, entah apa yang sedang menganggu pikiran Azam saat ini. Laki - laki memang susah ditebak. Pikir Nagia dalam hati.

"Mas baik - baik saja?" Tanya Nagia lagi penasaran dengan perubahan sikap Azam yang tiba - tiba ini. Ia langsung mencekal tangan Azam yang baru akan beranjak dari kamar.

"Iya, ayok" ucapnya kemudian ia mengenggam tangan Nagia untuk beranjak turun ke bawah dengan membawa koper yang telah ia sediakan kemarin.

Nagia pun mengangguk mengiyakan ajakan dari Azam.

"Eh Mas sama mantu mamah sudah ada yah, duduk nak sarapan dulu" ucap umi Aminah ramah. Azam dan Nagia pun mengangguk kemudian duduk bersebelahan di meja makan sederhana ini sesekali Nagia melempar senyuman kepada ibu mertuanya itu.

"Mau gia bantuin mi?" Tawar Nagia kepada umi Aminah.

"Tidak usah nak sudah selesai kok" jawab umi Aminah sambil mengangkat mangkok besar berisikan nasi goreng untuk kami sekeluarga dan meletakannya di meja makan.

"Abi... Hafsa.. sarapan dulu yuk" teriak umi Aminah kepada suami dan anaknya.

"Iya umi" sahut abi dan Hafsa berbarengan. Kemudian mereka pun menghampiri kami di meja makan.

Umi Aminah mulai menyinduk nasi goreng ke piring suaminya Lukman dan kemudian ke piring Hafsa, begitupun dengan Hafsa ia menyindukan nasi goreng ke piring suaminya.

"Segini cukup Mas?" Tanya Nagia sambil menunjukan piring yang sudah di penuhi nasi goreng. Ia mulai mengamati wajah Azam yang murung dan sangat irit bicara hari ini.

"Sudah" jawabnya lagi - lagi singkat tapi dengan sedikit menyunggingkan senyumnya yang sangat tidak niat.

Setelah semua anggota keluarga sudah mendapatkan haknya yaitu nasi goreng buatan umi Aminah dan kami pun mulai melahap nasi goreng itu dengan tidak lupa berdo'a terlebih dahulu.

Setelah beberapa menit mereka menikmati sarapannya dengan sangat khidmat, Nagia dan umi Aminah pun mulai membereskan piring - piring kotor dan membawanya ke dapur untuk di cuci.

"Mas jadwal keberangkatannya jam berapa?" Tanya abi Lukman yang kini sedang menyesap kopinya. Kini mereka sudah berpindah tempat ke ruang tamu.

"jam 10 bi, insha Allah" jawab Azam.

"Oh syukurlah, mas hati - hati yah dan jaga diri baik - baik. Cepetan selesaikan skripsi mu" pesan Lukman kepada anaknya.

"Iya bi, mas titip Nagia yah bi. Jika terjadi sesuatu segera hubungi Mas" jawab Azam.

"Iya nak sekarang kan Nagia sudah jadi anak abi juga, kamu jangan khawatir yang terpenting sekarang mas kuliah yang sunguh dan segera selesaikan skripsinya" ucap abi Lukman lagi - lagi memberikan wejangan kepada Azam yang terlihat gusar saat ini.

"Do'akan saja bi" ucap Azam sambil melengkungkan senyumnya kemudian abi Lukman pun menepuk - nepuk pundak Azam memberikan semangat kepadanya.

"Hafsa.. tolong temani mbak mu jika dia merasa kesepian atau apa pun" pesan Azam pada Hafsa yang sedang sibuk menonton film kartun kesayangannya yaitu Doraemon.

"Siap Mas" Hafsa pun membalikan badan menghadap Azam lalu menunjukkan senyuman pepsodennya.

"Sedang membicarakan apa sih, kok serius gitu?" Ujar umi Halimah yang tiba - tiba datang dari dapur bersama Nagia di sampingnya.

Anak Rohis Kok Pacaran??Where stories live. Discover now