13. patah hati??

8.9K 490 8
                                    

"Wa...waalaikumsalam" ucapku sedikit canggung dan gugup, seorang ikhwan yang sangat aku rindukan tengah berdiri tegap di belakangku dengan menampilkan wajah sendunya. Aku merasa ini bukan Azam yang ku kenal, azam yang selalu menampilkan wajah dingin namun meneduhkan.

"Ana ingin bicara dengan ukhty" ucapnya singkat wajahnya kembali dingin.

"Bicara saja di sini" ucapku tak kalah singkat.

"Tidak di sini ukh dan tidak dengan rumi" ucapnya sarkatis rahangnya mulai mengeras.

Aku menengok rumi dan rumi pun melongo diperlakukan seperti ini oleh Azam, entah kenapa aku merasa ada yang aneh dengan sikap Azam hari ini seperti bukan Azam yang ku kenal.

"Yasudah kalau begitu ana tidak mau jika tidak dengan rumi ana pikir akhi mengerti cara menghargai seorang akhwat tapi ana sudah salah paham di sini dan ana mohon tolong jangan ganggu lagi hidup ana, ayo kita saling mengikhlaskan ana juga tak yakin selama ini akhy mempunyai rasa terhadap ana mengingat perlakuan akhy selama ini kepada ana jika memang jodoh tak akan lari kemana jika akhi serius ana akan selalu menunggu akhi tapi jangan salahkan ana jika takdir mengatakan lain. Afwan akh!" Ucapku panjang lebar dadaku terasa sesak ada yang sedikit nyeri disana. Tiba - tiba saja rumi menggenggam tanganku erat menyalurkan kekuatan dan kehangatan aku tau hanya rumi yang mengerti keadaan ku saat ini.

"Ayo kita pulang" bisik rumi tepat di telingaku. Aku pun menggangguk tanda menyetujui. Kami pun meninggalkan Azam yang sedari tadi mematung ditempatnya tanpa mengucapkan sepatah dua patah kata pun, entah apa yang sedang ia pikirkan tapi aku yakin Azam sedang di kuasai oleh amarahnya dan sudah tergambar jelas yang sedang menemuiku bukanlah Azam yang ku kenal.

Aku dan rumi berjalan beriringan menuju halte bus tapat di depan sekolahku. Rumi yang sedari tadi mengamati wajahku yang merah padam menahan emosi bahkan air mata yang akan segera meluncur, aku tak bisa mengucapkan kata bahkan bercerita pada rumi karna aku sedang berusaha keras menahan air mata yang sedari tadi aku tahan, mengingat aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menangisi seseorang.

Aku sudah berada di halte bus dengan rumi sedari tadi rumi hanya diam ia tengah memberi ruang untuk ku berpikir atas kejadian yang tengah terjadi dan selang beberap menit bus menghampiri kami, aku dan rumi pun masuk ke dalam bus. Suasana bus sedikit lengah tidak di sesaki oleh orang - orang.

"Di sini saja ukh" ucap rumi menunjukan dua bangku kosong bus ini dan ku balas dengan anggukan sekaligus senyum tipis.

"Hikss... hiksss.. hikss.." ambruk sudah benteng pertahananku yang susah payah ku bangun tak bisa terbendung lagi cairan bening ini membasahi pipiku tanpa ingin berhenti, ku tubrukan tubuhku dalam pelukan rumi hatiku mencelos rasanya ada yang sakit di sini iya di dalam sana ada yang terluka atau bahkan patah entahlah kuasa Allah menciptakan hati manusia meski sudah beberapa kali patah tetap saja dalam susunan anatominya hati itu akan selalu utuh hanya mungkin bahasa kiasan patah hati ini yang membuat seakan - seakan hatiku memang patah.

Rumi hanya menepuk - menepuk bahuku menguatkan tubuh yang ringkuh ini tanpa mengucapkan sepatah dua patah kata pun, karna saat ini bukan saatnya aku menerima nasihat darinya yang aku butuhkan adalah bahu untuk bersandar dan pelukan hangat untuk menyejukan jiwa yang ringkuh ini.

"Ana tau ini sangat berat untuk ukhty, karna ikhlas itu perkara yang mudah di ucapkan namun sulit di lakukan.. namun ana juga tidak mau melihat air mata ukhty untuk kesekian kalinya cukup ini untuk yang terakhir.. jika memang ukhty menyayangi Azam maka ikhlaskanlah bantu dia terhindar dari dosa zina, waktu awal ukhty sangat kuat kenapa kali ini ukhty terlihat lemah semua hanya masalah waktu ukh.. ana yakin ukhty hebat dan kuap keep hamasah ukhty, fighting!!" Nasehat rumi panjang lebar dengan nadanya yang lembut dan gayanya yang santai namun mengena di hati, ia terus saja menguatkanku.

Anak Rohis Kok Pacaran??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang