27. Pengakuan

8.8K 461 7
                                    

Nagia POV

Tubuh mungilku tiba - tiba terasa ada yang mengguncang - guncangkan, aku pun langsung mengerjap - ngerjapkan mataku cahaya lampu kamar sontak saja mengisi retina mataku kemudian aku pun menggeliat dan ternyata Azam sedang berusaha membangunkan ku Astagfirullah aku sedikit terhenyak karna sekarang yang berada dihadapanku adalah Azam tapi sepersekian detik semua kesadaranku kembali dan aku pun menyadari bahwa sekarang Azam telah sah menjadi suamiku di mata hukum ataupun agama.

"Bagun yuk.. kita shalat subuh dulu" ucap Azam sambil menyibakkan rambut - rambut kecilku yang berada didahiku dengan lembut.

"Hmm.." gumamku dan mulai membuka mataku lebar.

Ia pun tersenyum kepadaku dengan senyuman terbaiknya lalu aku pun membalasnya dengan senyuman khas ku, tak terasa benda kenyal dan hangat hinggap dikening ku rupanya Azam menciumnya.
Aku pun memejamkan mataku saat ia menciumku dengan lumayan lama.

"Wudhu dulu gih.. nanti kita shalat berjamaah" ucap Azam mengintruksikan ku untuk bangun dari kasur empuk nn hangat ini.

"Dingin.." ucapku sedikit merajuk.

"Mau aku panaskan air?" Tawarnya.

"Tidak usah.." tolakku. Tidak enak juga jika menyurug suamiku sendiri, yang harus dilayani olehku kan dia.

"Yasudah, kalau kena air ya pasti dingin tapi ingat lho pahala yang sudah Allah siapkan untuk hambanya yang melaksanakan shalat subuh diawal waktu" ucapnya menasihatiku, ada yang berbeda dari Azam yang sekarang, jika dulu ia mengingatkanku dengan gaya bicaranya yang dingin dan ketus tetapi sekarang ia terkesan lembut menasehatiku. Ya memang status kami pun sudah beda masa Azam masih sama, ia merasa sangat bertanggung jawab atas ku sebagai imamku dan sekaligus kepala rumah tangga yang akan dimintai pertanggung jawabannya dihadapan Allah nanti.

"Baiklah.." ucapku kemudian beranjak ke kamar mandi.

Setelah selesai berwudhu aku pun langsung memakai mukenaku yang sudah disiapkan oleh Azam Astagfirullah baru hari pertama saja segala kebutuhanku sudah Azam siapkan bukannya aku yang menyiapkan kebutuhan Azam, begitu lalaikah aku ya Allah? Maafkan hambamu ini, sepertinya aku memang harus segera beradaptasi dengan status baruku sebagai istri seorang Muhammad Azam Nur Fauzi. Sejadah pun sudah ia siapkan untukku dibelakangnya, MasyaAllah pemandangan ini sangat menyejukkan hatiku. Aku sangat mengangumi Azam dengan segala sikapnya yang dingin, cuek, ketus, tapi dia sedekit romantis dengan gayanya sendiri. Ya Allah pertemukanlah aku dengannya lagi dihari akhir nanti, semoga tak hanya di dunia saja kami berjodoh namun diakhirat pun.

"Sudah siap?" Suara bariton itu mengagetkanku dari lamunan yang sejak tadi ku buat, aku opn langsung berkesiap dan merapikan mukenaku.

"Sudah" jawabku.

Ia pun mulai melafalkan takbirnya, mengisyaratkan bahwa shalat telah dimulai. Bacaan - bacaan surat ia lafalkan dangan sangat tartil sesuai kaidah tajwid sehingga menyejukkan hati siapapun yang mendengarnya.

"Assalamualaikum warahmatullah" azam pun menengokan kepalanya ke kanan dan ke kiri begitu juga aku yang mengikuti gerakannya.

Kemudian ia pun memulai berdo'a dengan sangat khusu dan mengeraskan bacaanya lalu aku pun mengaminkannya dari belakang, sayup - sayup terdengar ia terisak entah apa do'a yang ia baca sepertinya ia sedang mempunyai masalah tapi apa? Gara - gara aku susah bangun subuh? Tidak mungkin.. lalu apa??

Tak lama kemudian ia pun menoleh sisa - sia air mata di pipinya masih terlihat dan disana tergambar jelas raut kesedihan dimatanya.
Aku pun langsung meraih tangannya lalu kusalami dan kemudian ia pun mencium keningku lama sekali, mengisyaratkan ia tak ingin jauh - jauh dariku. Sangat jelas disana ada isyarat tak mau kehilangan dan tak ingin meninggalkan ku. Sungguh aku tak mengerti situasi ini, memangnya Azam mau kemana?? Pergi? Untuk apa?

Anak Rohis Kok Pacaran??Where stories live. Discover now