22. Tara

2.1K 421 69
                                    

Sebenarnya, aku tidak cukup dewasa untuk mencoba bercerita tentang anak pertama Wiyata ini. Namun, ia kakakku. Tujuh belas tahun hidupku dihabiskan tumbuh bersama dirinya.

Tara Kimeyzo Wiyata, tahun ini ia akan berusia 20 tahun. Usia di mana seseorang sudah di anggap dewasa, usia di mana seseorang sudah dipercaya dapat memilih mana yang terbaik untuk hidupnya. Tapi, bagaimana dengan 20 tahun seorang Tara?

'Tara' kamu semua boleh menganggapnya sebagai kakak idaman. Tentu saja, bahkan aku dan Saerhin merasa bahagia dan beruntung dipersaudarakan dengan dirinya.

Jarak usia Tara denganku 3 tahun dan jarak usia Tara dengan Saerhin adalah 5 tahun. Kami bertiga dibesarkan dengan kasih sayang dari Wiyata dan Yuna, ayah dan bunda. Aku tidak ingin memamerkan indahnya kehidupanku, tidak. Namun, aku hanya ingin berbagi cerita kepada kamu semua.

Tara kecil adalah anak yang ceria. Tentu saja, Ayah dan Bunda sangat menyayangi Tara sebagai anak mereka. Ditambah, Tara memiliki wajah yang tampan, imut, dan menggemaskan saat itu. Tara kecil mendapatkan semua kemauan yang ia inginkan, namun ia bukanlah anak yang serakah. Walaupun Ayah dan Bunda pasti akan mengabulkan permintaannya, tapi Tara tidak pernah menuntut lebih. Setidaknya begitu cerita yang disampaikan Bunda kepadaku.

Tara sangat menginginkan seorang adik, sangat! Oleh karena itu Tara sangat dekat dengan tetangga kami, Jackson. Apalagi setelah Daya lahir, Tara semakin menyayangi Jackson dan Daya.

Hanya berselang 6 bulan setelah Daya lahir, aku lahir sebagai anak kedua Wiyata. Bunda bilang, saat aku masih bayi Tara selalu ikut menungguku hingga tidur di pangkuan Bunda tiap malamnya. Coba kamu pikirkan, betapa beruntungnya aku memiliki kakak seperti Tara.

Hidup Yerisha Kimasya Wiyata kecil sangat dimanja, oleh karena itu aku tumbuh menjadi anak yang manja bahkan setelah Saerhin lahir. Bagaimana tidak, Tara selalu memanjakanku, mengajakku makan es krim sepulang TK, menemaniku bermain rumah-rumahan bersama Daya, selalu mengajakku makan bekal bersama selama di sekolah dasar, dan berbagai perlakuan lainnya. Tetapi, aku tidak menyesal dimanjakan olehnya.

Kedekatanku dengan Tara sangat akrab bahkan melebihi keakrabanku dengan Saerhin. Di usiaku yang menginjak remaja, di saat orang-orang tidak ingin berteman baik denganku karena sifat manjaku ini, Tara selalu berhasil menjadi teman sebayaku. Ia tahan aku ajak jalan ke Mall dan bermain games di Mall. Ia tahan menemaniku berbelanja bersama Daya saat Bunda sibuk.

Hingga aku bertemu dengan Joan saat SMP. Joan teman yang baik, bukan maksudku mengatakan bahwa Daya tidak baik. Daya dan aku tidak pernah satu sekolah sejak TK hingga SMP. Seandainya aku memiliki Daya di masa TK-SMP dulu, tentu aku tidak memiliki masa lalu yang kurang aku senangi, dijauhi dari lingkungan sosial.

Pertemuanku dan Joan membuat aku mulai jarang menghabiskan waktu dengan Tara. Tapi justru, di usiaku yang menginjak remaja Tara berubah dari teman "sebaya" menjadi seorang kakak untukku.

Tara adalah tempat cuthatku nomor satu, sebelum Bunda. Hampir tiap hari ia menyempatkan waktu untuk mengunjungi kamarku dan mendengarkanku bercerita. Cerita suka, duka, benci, bahagia, terluka, semua ceritaku ada pada Tara.

Kadang aku berpikir, bagaimana cerita Tara? Ia hanya bercerita tentang kegembiraannya kepadaku. Cerita tentang prestasinya yang bagus saat SD. Cerita tentang ia yang terpilih menjadi tim inti basket di SMP-nya. Cerita tentang kepopuleran dan ketampanannya di SMA hingga ia menang telak dalam pemilihan ketua OSIS saat itu. Cerita ia diterima di Teknik Mesin, jurusan impiannya. Dan berbagai cerita baik lainnya.

Tara tidak pernah bercerita tentang bagian sedih dari hidupnya. Justru membuat aku berpikir jika hidup Tara sangat bahagia, tidak ada sedih di dalamnya. Ia tidak pernah terlihat marah, muram, sedih atau apapun. Kecuali, jika ia sedang dimarahi Ayah atau Bunda pastinya.

HOMETahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon