1. The Power of Mother

6.9K 781 56
                                    

| Kediaman Wiyata
06.10 WIB

"Yerisha, bangun nak udah hampir jam 7 ini lho, kamu nggak sekolah?"

Pagi Yerisha dikejutkan oleh suara Yuna, sang bunda. Yerisha yang terbangun segera bergegas mengambil handuknya dan ke kamar mandi. "Sial! Gara-gara kebanyakan nonton drama nih," gerutu Yerisha sedikit kesal.

Tidak perlu menunggu lama, Yerisha memakai seragam sekolahnya yang telah tergantung di lemari pakaian dan bersiap. Yerisha segera mengambil jam tangan birunya di dalam nakas dan mengenakannya. "Kok jam 6 sih? Udah habis baterai kali ya? Bodo ah!" monolog Yerisha kepada dirinya sendiri.

Yerisha melesat turun ke lantai satu dan melihat sang bunda yang sedang menyiapkan sarapan. "Bun, Kak Tara sama Sae udah berangkat? Duh, udah telat nih. Aku langsung naik angkot aja ya Bun, dadaah!"

"Eh sarapan dulu Yerisha, entar kamu sakㅡ"

Yerisha pergi tergesa-gesa meninggalkan ruang makan. Tepat saat ia berbalik, Saerhin dengan santainya keluar dari kamar dengan masih menggunakan piyama monokurobonya.

"Sae, lo nggak berangkat ke sekolah? Udah jam 7 lho, gimana sih!" kata Yerisha cepat.

Saerhin menatap Yerisha bingung dan berjalan ke arah meja makan. "Bun, Kak Yerisha kenapa rajin banget jam segini udah rapi? Piket pagi, ya?" dengan wajah polos bantalnya Saerhin bertanya kepada Yuna.

Yuna hanya tertawa sambil melirik ke arah Yerisha. Merasa ada yang tidak beres dengan tatapan bundanya tersebut, Yerisha segera memutar kepalanya untuk melihat jam dinding.

"Oh God!"

"Anak gadis harusnya pagi-pagi tuh bantu Bunda buat sarapan lho," ucap Yuna sambil berlalu ke dapur.

Kamu minta bangunin jam 6, Beliau bangunin jam 5, tapi teriaknya bilang udah jam 7.
Yaa, itulah Bunda.

[]

| Kediaman Wiratama
06.20 WIB

Fany sibuk menyiapkan keperluan Juang dan Sofhi yang akan mulai masuk ke sekolah baru mereka hari ini. Juang merasa risih melihat mamanya yang terlalu memanjakannya tersebut. Sedangkan Sofhi sejak tadi tertawa melihat ekspresi kakaknya, Juang.

"Apaan lo ketawa? Sikat gigi dulu sana, udah kuning-kuning bau lagi!" usir Juang kepada Sofhi.

Sofhi yang mendengar ucapan Juang pun mendengus kasar. "Lo tuh udah gede tapi masih diurusin Mama kayak gitu, sini gue beliin popok size XXXL."

Juang lantas menatap tajam adiknya tersebut. "Eh mulut! Album Korea alay lo gue kasih ke tetangga boleh juga tuh."

"Iyuhh main ngancem kayak cewek tahu nggak sih. Pantesan jomblo mulu!" Sofhi berlalu keluar kamar Juang sambil tersenyum jahil.

Fany hanya tertawa melihat tingkah kedua anaknya tersebut dan menyerahkan map berisi berkas pelengkap kepindahan kepada Juang. "Ya udah yuk turun, sarapan dulu," ajak Fany. "Sofhiiii...... cepetan siap-siapnya. Entar kamu ditinggal lho!" teriak Fany tepat di samping telinga Juang membuat dirinya membatin, ini mama mau anaknya jadi budeg apa ya?

Setelah sarapan, Juang dan Sofhi berpamitan kepada Fany dan segera berangkat. Juang harus mengantarkan Sofhi telebih dahulu. Di mobil Sofhi terus melantunkan lagu boyband kesukaannya yang membuat Juang menatap kesal ke arah Sofhi dan lebih memilih diam.

"Belajar yang rajin! Jangan kecentilan di sekolah baru. Masih kecil jangan malah cari pacar, gue aja belum punya," pesan Juang saat sampai di depan sekolah Sofhi.

Sofhi mendengus dan mencibir ke arah Juang. "Iya bawel, gue emang banyak yang naksir! Hal pertama yang bakal gue lakukan adalah cari teman seperjuangan Kpop. Dadah Abang rese!"

"Jangan lupa telepon gue kalau balik! Jangan naik angkot dulu, kasihan supirnya bawain lo!!" teriak Juang berpesan yang membuat Sofhi mengarahkan tinjunya ke Juang sehingga membuat pria tersebut tertawa.

[]

| Golden High School
07.02 WIB

Juang bergegas mencari kantor guru untuk menyerahkan map yang diberikan Fany pagi ini. Merasa bingung, akhirnya Juang bertanya kepada salah satu siswi yang lewat di depannya. "Eh permisi mau tanya, kantor guru dimana ya?" tanya Juang sopan.

Siswi tersebut berhenti dan menatap Juang. "Oh, di sana lurus aja terus belok kanan entar ada tulisannya kok Ruang Guru," jawab siswi tersebut.

"Oke terima kasih," Juang melangkahkan kakinya bermaksud menuju arahan siswi tadi.

"Anak baru ya?" tiba-tiba siswi tersebut bertanya membuat Juang menghentikan langkah kakinya malas dan mendengus pelan.

"Iya," Juang menjawab dengan ekspresi datar.

Siswi tersebut tersenyum lebar ke arah Juang menunjukkan deretan giginya. Juang yang melihat hal tersebut, tidak bisa menahan kalimat yang ingin diucapkannya.

"Maaf gigi lo ada cabenya," ucap Juang polos.

Sontak saja siswi tersebut menutup mulutnya, bahkan telinganya yang kelihatan pun sudah memerah. Siswi tersebut langsung berlari meninggalkan Juang.

HOMEWhere stories live. Discover now