Part 23

8K 407 0
                                    

Happy Reading guys!!

"Apa kamu masih cinta sama aku Prill" tanya Ali yang masih serius dengan kemudinya.

"Em eh Li udah sampai. Makasih ya udah nganterin aku pulang. Soal pertanyaan kamu tadi, maaf aku gak bisa jawab. Mungkin kita sahabatan aja ya. Iya sahabat. Kamu mau kan? " tawar Prilly. Ia tidak bisa bilang kalau ia juga masih mencintai Ali dan rasa itu masih sama dengan pertama kali ia jatuh cinta sama Ali. Namun Prilly tidak mau kecewa kedua kalinya. Mungkin ia masih trauma dengan kejadian yang dia alaminya saat pacaran dengan Ali dulu.

"Kenapa tidak. Lebih baik memang kita sahabatan kan? Dari pada gak ada status nyesek kan. Kenapa malah curhat yak"tanya Ali sendiri disertai dengan kekehan. Prilly juga tertawa atas pertanyaan Ali tadi.

"Sabar pasti ada jalan kok" jawab Prilly seenaknya. Ia tidak tau dengan ucapannya tadi kalau ia saja memberi sedikit harapan sama Ali. Namun Ali tak ambil pusing. Ia bertekad akan mengambil Prillynya lagi.

"Emang barang Li bisa diambil seenaknya. Berjuang dulu dong baru memetik hasilnya" ucap Della. Hai readers aku muncul hihi😋

***
"Hujan ya Prill, kayak hati gue hujan kalo gak ngelihat lo sehari aja"omong Ali yang di buat sesedih mungkin dengan gombalan recehnya.

"Apaan si Li kayak abg saja deh. Gak pantes tau kamu gombal kayak gitu. Gak mempan juga buat aku"ucap Prilly acuh. Padahal hatinya ada persaaan yang menghangat saat Ali bicara begitu.

"Iya ya kita udah bukan abg lagi. Baru ngeh juga. Kan kamu tau sendiri Pril, muka aku itu baby face jadi masih pantes ah kalau disamain sama abg"ucap Ali PD sambil manaikturunkan alisnya dengan menatap Prilly dan Prilly menatapnya jengah.

"Kok sikap kamu kayak gini sih Li, pecicilan banget. Padahal ya kamu itu terkenal dingin, cuek, dan gak banyak tingkah. Tapi sekarang kok sebaliknya" Prilly heran dengan tingkah laku Ali yang sekarang. Namun ia tak munafik kalau ia juga senang kalau sifat Ali yang seperti ini.

"Iya semenjak aku ada status SAHABATAN sama kamu, gak tau juga kenapa sikap aku jadi gini. Tapi kamu suka kan?" Kata ali sambil menekan kata sahabatan. Prilly tertawa saat Ali masih mempermasalahkan statusnya yang sekarang masih sahabat.

"Udah ya Li, aku nyaman kok kita kayak gini" jelas Prilly.

"Oke-oke aku terima"ucap Ali malas.

***
POV Ali

Hari ini aku sudah membuat janji sama Ricky. Aku sudah membuat strategi buat menjebak Ricky dengan penawaran yang sudah aku buat. Memang Ricky itu temanku sendiri. Kalau ia berbuat curang. Apa aku diam saja. Tentunya tidak, jangan bermain-main dengan Ali. Apa kalian tidak tau. Aku bisa saja membuat perusahaan Ricky bangkrut dalam sekejam dan membuat para investor mengundurkan diri dari perusahaannya. Tapi aku tak sekejam itu. Aku masih punya etika dalam hidup. Aku juga tau yang namanya TEMAN. Jadi aku masih toleran sama Ricky. Aku sekarang sudah ada di tempat dimana aku sama Ricky janjian. Tak perlu banyak waktu aku menunggunya, karena Ricky sudah ada di tempat. Rupanya ia tak sabar menungguku. Lihat saja Ricky mungkin ini pertemuan kita yang terakhir. Jangan harap kita bisa bertemu lagi. Oke Ali bersikap sewajarnya jangan perlihatkan sosok devilmu.

"Hai Li. Duduk duduk. Sudah lama ya kita tak bertemu, terakhir waktu kita ada kerja sama ya" sapa Ricky ramah. Cihh aku muak liat mukanya. Mending liat wajah Prilly, behh bening gak bosen kalo diliat terus menerus. Oke Li fokus, jangan salah fokus.

"Hah iya terakhir kita ketemu waktu itu ya. Udah lama kamu di sini" tanyaku ke Ricky dan membalas sapaannya dengan ramah dan itu cuma pura-pura saja. Ingat hanya pura-pura kalau perlu catet di memo hihi.

Tak Pernah Ternilai (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang