part 19

11.5K 591 7
                                    

Berhubung udah ga sibuk, lanjut lagi deh ceritanya...

Happy Reading :)

Arhhhh,,brakkk

Ali memukul meja kerjanya dengan keras. Perasaannya sekarang lagi kacau, tidak bisa berfikir dengan jernih. Ia hanya ingin memenuhi egonya saja, hanya untuk memiliki Prilly seutuhnya, ia bersih keras menjadikan Prilly kekasihnya secepat mungkin. Berjuang adalah hal yang paling dibenci, apalagi menunggu pikir Ali. Apa ia tidak berfikir, hati Prilly terbuat dari apa? Dengan sabarnya menghadapi sikap Ali, setelah mendapatkan perlakuan dari Ali waktu itu.

"Lo kenapa sih, teriak-teriak ga jelas. Mukul-mukul meja segala, ga malu apa didengar sama karyawan lo. gue aja sampek kedengeran waktu gue mau kesini. Lo kenapa sih Li" ucap Billy heran.

"Prilly" jawab singkat Ali. Billy tahu jika sahabatnya itu dilema akan percintaannya dengan Prilly.

"apalagi sama Prilly?"

"males ah gue kalo bahas beginian, mood gue tambah ancur tau ga!!"

"kalo lo ga cerita sama gue, gimana gue mau bantu lo. Masalah ini kan gue yang mulai, dari awal yang gue ngajak lo taruhan sampai lo yang jatuh cinta beneran sama Prilly. ayolah bro, mana Ali yang tangguh, masa gara-gara gini aja lo mau nyerah sih"

"gue harus gimana lagi Bill. Prilly udah nolak gue mentah-mentah. Bahkan ngomong sama gue aja, dia sama sekali ga liat muka gue, mana lagi ngomongnya irit banger. Lo tau kan kalo Prilly sebelumnya bawel, lah sekarang. Gue harus gimana lagi!!!" ucap Ali frustasi.

"Lo cinta sama Prilly? tanya Billy.

"ngapain lo nanya gitu sama gue" Ali menyeritkan sebelah alisnya, seolah-olah meminta penjelasan kepada Billy.

"Lo cinta ga sama Prilly" ulang Billy.

"ya jelaslah gue cinta sama Prilly, menurut Lo.."

"Lo pikir-pikir dulu deh"

"pikir-pikir gimana lagi sih Bill, jangan buat gue bingung deh"

"Lo itu beneran cinta sama Prilly atau lo itu Cuma kagum sama Prilly, atau mungkin lo cuma kasihan dengan apa yang lo perbuat selama ini sama dia" ucap Billy. Ali hanya mengangkat bahunya. Ia masih bingung akan perasaannya saat ini. Ia belum bisa menyimpulkan apakah perasaannya itu rasa cinta ke Prilly.

"apapun yang lo rasain saat ini, gue harap lo mikir dulu sebelum bertindak. Lo ga mau kan nyesel di belakang. Saat ini lo nyesel kan udah nyia-nyiain Prilly, itu pun sih salah gue yang memulai. Tapi gue berharap yang terbaik buat lo"

"kalau pun lo cinta sama Prilly, jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan. Lo harus kejar cinta itu sampai dapet, jangan sampai lo nyerah di tengah jalan. Gue dukung semua keputusan lo" tambah Billy menepuk bahu Ali.

"makasih Bill. Gue akan berfikir dulu sebelum bertindak. Lo bener, emang gue dulu ga mikir dulu sebelum bertindak. Gue hanya mengandalkan ego saja, dan hasilnya...ya lo tau sendiri"

"makanya lo itu jangan ngandalkan ego dulu. Gini kan jadinya. Ya udah gue balik kerja dulu. Tenangkan dulu pikiran lo" pesan Billy.

"thanks Bill"

"oke"

**

POV Prilly

Hari-hariku sekarang disibukkan dengan berkas-berkas kantor. Yang aku butuhkan sekarang hanyalah kerja, kerja dan kerja. Aku hanya ingin melupakan masalahku sejenak. Aku tidak tau kapan masalah ini cepat selesai. Aku ingin sekali memeluk Ali dikala sedang perhatian sama aku. Ya akhir-akhir ini Ali selalu datang pagi-pagi ke rumah hanya untuk sekedar pergi bareng ke kantor. Tapi aku selalu menolak ajakan Ali. Aku tidak mau jika hatiku luluh kembali bila berdekatan dengan Ali, apalagi sekarang Ali kasih perhatian lebih kepadaku.

Tak Pernah Ternilai (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang