Part 22

7.9K 392 1
                                    

"Shit!! Kenapa jadi seperti ini. Urusan kantor sekarang banyak masalah. Siapa sih dalang dari semua ini" Ali memijat pelipisnya, ia terlalu pusing memikirkan masalah kantor. Apalagi keadaan yang membuat Ali mikir setengah mati. Yaitu kejadian tempo hari yang menyebabkan Prilly celaka. Ia yakin pasti ada seseorang yang sengaja mencelakai Prilly. Ia tidak tinggal diam. Ia diam-diam menyuruh anak buahnya untuk menyelidiki kasus di kantornya dan tentunya kasus yang menimpah Prilly.

Ali sekarang berada di salah satu tempat makan yang berada di kawasan mall. Tentunya ia tidak hanya sekedar main saja di mall. Ia sudah ada janji dengan salah satu anak buahnya yang ingin menyampaikan sesuatu tentang masalahnya. Ternyata yang di tunggu Ali sudah memunculkan batang hidungnya, dengan setengah berlari ke meja Ali. Tampaknya orang itu ketakutan, dilihat dari raut wajahnya.

"Kenapa kau Bar? Ada masalah apa lagi. Cepat katakan. Kau sudah buat aku menunggu di sini lama"tanya Ali, ia keheranan ada apa dengan anak buahnya ini.

"Maaf tuan tadi saya dikejar sama salah satu incaran kita. Rupanya ia tahu kalau saya ada janji dengan tuan. Tapi tuan tenang saja, orang tadi sudah di selesaikan oleh anak buah tuan yang lainnya" kata Bara salah satu anak buah kepercayaannya Ali. Ia menjelaskan kepada Ali kejadian yang dialami saat menuju ke sini.

"Sekarang jelaskan apa yang kamu selidiki Bar. Aku ada janji dengan seseorang"

"Begini tuan. Masalah yang menimpa kantor ternyata dari rekan bisnis anda tuan. Tuan pasti mengenalnya. Rupanya dia tidak main-main dengan apa yang diperbuat. Tentunya kita tidak boleh diam dan tidak melakukan tindakan tuan. Kita harus bertindak cepat agar kantor tidak mengalami penurunan. Dan satu lagi tuan, yang menyebabkan nyonya Prilly celaka yaitu orang yang sama tuan. Mungkin dia sudah mengetahui kelemahan tuan berada di tangan gadis itu" jelas Bara.

Ali tak habis pikir. Siapa dalang dari semua ini. Rekan bisnisnya? Rekan bisnisnya tentu tak hanya satu dua orang saja. Ia sendiri tidak tau kriteria seseorang yang menjadi rekan bisnisnya. Ia akan berusaha menemukan siapa yang membuat kantor bermasalah dan tentunya gadisnya. Apa pantas disebut gadisnya. Apalagi mereka masih belum ada status yang jelas.

"Sekarang lakukan yang terbaik Bar. Aku mau secepatnya orang itu terungkap. Mau gimana lagi, keadaan kantor semakin memburuk. Cepat atau lambat kita hatus menemukan siapa dalang semua ini"

"Saya sudah ada target siapa dalang dari semua ini tuan. Tapi tuan jangan marah kalau saya memberi tau yang sebernarnya"

"Iya katakan saja Bara. Aku tidak mau menundanya. Cukup sudah ini membuat aku pusing"

"Ternyata di balik ini semua adalah teman tuan Ali sendiri, yang baru-baru ini menjalin bisnis dengan Anda. Saya tidak tau apa tujuan dari semua ini. Dia adalah Ricky tuan"

"Shit!! Mau apa lagi dia. Rupanya tawaranku kemarin tidak digubris sama sekali ternyata. Aku sudah menduga Bar kalau Ricky di balik semua ini. Ia juga mengancam kalau ia akan mengambil orang yang menanamkan saham di perusahaanku"

"Iya tuan yang pastinya saya tidak tau masalah itu tuan. Yang saya tau hanyalah ingin menguasai dunia bisnis"

"Sudah aku duga. Terus kenapa dia melibatkan Prilly. Ahh pusing gue. Brakk! "Ali menggebrak meja dan meninggalkan Bara yang masih mematung melihat bosnya marah.

POV Prilly

Hati ini seakan bimbang mau dibawah kemana arah tujuannya. Bingung mau bersikap seperti apalagi sama Ali. Hati memang tidak bisa bohong. Namun logika ku yang menolak. Memang cinta tak pernah salah, tapi kenapa cintaku kecewa. Aku mencoba untuk memaafkan kesalahan Ali yang dulu. Tapi ego masih mengendalikanku. Aku ingin bahagia layaknya orang-orang. Apa aku tak pantas bahagia?

"Hai Prill udah lama nunggu?"tanya seseorang yang mengagetkanku.

"Ah baru saja pak. Klien kita juga belum datang" jawabku sedikit kaget. Rupanya aku melamun tadi sampai-sampai tidak tau kalau ada orang.

"Ayolah Prill jangan panggil pak. Ini juga di luar kantor" rupanya kalian tau siapa dia, iya Ali yang sejak tadi mengganggu pikiranku. Jangan salah yah, ntar dikira aku sama Ali janjian di sini. Memang janjian tapi tak jauh-jauh dengan kerjaan. Aku disini menggantikan sekretaris Ali yang sedang cuti. Yah akhirnya aku deh yang ditugaskan.

"Ini kan masih jam kerja pak dan ini juga mau rapat kan. Ya wajar kalau saya panggil bapak dengan sebutan pak"

"Enggak pokoknya gak boleh panggil pak, dikantor juga tidak boleh panggil pak. Inget ini perintah tak boleh dibantah" apa-apaan sih nih anak. Maksa banget jadi orang.

"Ya terserah bapak deh. Eh maaf Ali hehe"

1 jam sudah aku dan Ali menunggu klien. Tapi tak kunjung datang. Asal kalian tau, Ali dari tadi selalu menggodaku. Tak tau apa ia akan rugi kalau kliennya tidak datang. Aku selalu menghindar dari tatapan ali jika dia sedang menatapku. Mau gimana lagi, kalau Ali tau yang sebenarnya gimana?

"Prill muka kamu kenapa merah-merah gitu pipinya" goda Ali. Ah Ali jangan menggodaku dong. Mau ditaruh mana mukaku.

"Udah deh Li jangan goda aku aja. Kamu gak nyadar kalau klien kamu gak datang kamu bakal rugi. Mending kamu telfon deh"

"Dari tadi memang klienku sudah menghubungi aku sebelum aku kesini, kalau gak bisa datang karena ada keperluan mendadak. Ngapain rugi coba. Malahan aku rugi kalau aku tadi gak mampir kesini. Kan ada bidadari hehe" tuh kan merah lagi nih pipi. Ali ih bikin malu saja.

"Jadi kamu sebenarnya tau kalau klienya tidak datang. Ngapain juga nunggu berjam-jam kayak gini. Ah gak tau deh" aku pura-pura kesel sama ali dan meninggalkannya. Padahal aku senang bisa lama-lama sama Ali hehe.

"Eh Prill tunggu dulu. Kamu bareng aku aja ya pulangnya" Ali mengejar dan mencekal tanganku? what semobil dengan Ali. Aduh gimana nih.

"Engga aku naik taksi saja. Makasih" jawabku ketus.

"Elah masih aja marah. Udah deh bareng sama aku aja" Ali menarik tanganku menuju mobilnya. Apa-apaan ini belum juga aku jawab iya udah main tarik aja. Dasar bos sarap. Eh maaf Ali haha

"Prill"

"Hmm"

"Prilly"

"Apa sih"

"Prillyku sayang lihat aku dong. Dipanggil juga" kalian dengar kan tadi Ali panggil apa? Dia panggil sayang woy. Oke tenang Prill jangan gugup.

"Apa sih Li" jawabku sambil noleh ke Ali yang masih setia dengan kemudinya.

"Aku boleh tanya ngga sama kamu"

"Ya tanya aja Li gratis kok hehe" kataku sedikit mencairkan suasana. Kok makin kesini aku tambah dag dig dug gini sih. Aduh Ali mau tanya apa ya.

"Apa kamu masih..... "




*************
Hai hai aku kembali lagi. Yuhuu akhirnya next juga ya. Gak tau kalau itu memuaskan kalian yang baca ya. Mungkin sedikit akward haha. Tapi aku berusaha loh biar bisa next. Doain ya semoga cepet2 next.

Ayo vote dan comment. Kalau comment yang banyak ya siapa yang mau next. Tapi jangan asal comment kata NEXT. Kasih saran kek atau apalah. Yang mau curcol silakan.

Thanks for readers setiaku😚😙

Tak Pernah Ternilai (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang