part 20

12.3K 590 15
                                    

Happy Reading :)

	Pagi-pagi sekali Prilly menyibukkan diri di depan cermin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali Prilly menyibukkan diri di depan cermin. Ia rupanya ada janji dengan seseorang. Prilly turun dari kamarnya menuju meja makan yang sudah ditunggu oleh mama dan adiknya.

"selamat pagi semua" sapa Prilly tak lupa dengan senyum yang terukir di bibirnya.

"pagi ka" balas Raya.

"tumben kok kamu pagi-pagi udah rapi Prill" tanya sang mama.

"iya soalnya aku mau dijemput sama Bani" jawab Prilly sambil mengambil selembar roti dan diolesi dengan selai coklat.

"Bani? Siapa lagi Prill?" tanya mama heran.

"ya ampun masa mama lupa sih sama Bani. Itu loh Ma sahabat Illy waktu kecil, terus pergi ke luar negeri ikut orang tuanya dan ninggalin Illy waktu itu. Dan sekarang dia balik lagi" jelas Prilly.

"ya ampun mama lupa. Bani yang anaknya tante Linda sama om Roni itu kan? Ucap mama heboh.

"iya. Udah inget kan"

"aduh mama kangen banget sama tuh bocah"

"ka Bani udah gede kali Ma bukan bocah lagi bahkan udah dewasa seperti ka Illy" sahut Raya.

"kan waktu itu Bani masih kecil Ray waktu sama ka Illy"

Tinn,,,tinnn,,, terdengar suara klakson mobil dari luar rumah. Dan membuat acara debat sang anak dengan mamanya terhenti karna suara klakson mobil.

"Ma kayaknya itu Bani deh. Aku ke depan dulu ya" pamit Prilly.

"suruh masuk dulu Prill Baninya. Mama pengen ngobrol sama Bani" teriak mama dari dalam rumah.

Sementara di luar rumah terlihat Bani rapi dengan tampilan casualnya. Bani nampak begitu tampan dengan penampilannya seperi itu.

"masuk dulu Ban. Mama katanya pengen ngobrol bentar sama lo, ini juga masih pagi, ada waktu sedikit buat ngobrol dulu sama mama" ajak Prilly. Bani hanya menganggukkan kepala dan masuk ke dalam rumah. Bani terlihat asing dengan rumah Prilly, karena waktu ia masih kecil, rumah Prilly tak sebagus yang sekarang. Kemarin ia juga heran, waktu Prilly ngasih alamat rumahnya ke Bani. Karna Bani masih ingat betul di mana rumah Prilly, walaupun ia masih kecil.

"kamu pindah rumah ya Prill? Tanya Bani saat menuju ruang tamu.

"iya Alhamdulillah hasil kerja keras Ban. Tunggu disini dulu ya, gue panggilin mama dulu" Bani menggangguk.

"Bani" sapa mama Prilly.

"iya tante" sahut Bani mencium tangan mama Prilly.

"Ban,,Ma,,Prillyy ke kamar dulu mau ambil tas" ucap Prilly.

"lama ya ga ketemu kamu. udah berapa tahun ga ketemu" ucap mama Prilly memulai pembicaraan dengan Bani.

"iya tan. Itu juga kemauan mama sama papa mau gimana lagi"

Tak Pernah Ternilai (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang