part 6

12.8K 736 4
                                    

POV Prilly

Aku sekarang ada di jalan, lebih tepatnya di dalam mobil. Kalian pasti tahu aku sama siapa. Ya aku sama Pak Ali alias Ali. Aku tidak tahu kenapa Ali jadi baik gini, tempo hari dinginnya minta ampun, sekarang es batu itu telah mencair seketika. Dari tadi aku menoleh ke arah jendela luar, kenapa?aku ingin menetralisir jantungku yang dari tadi berdetak abnormal jika melihat ke arah Ali. Entah kenapa aku jadi seperti ini.

Ali itu gak cocok Prill, dia sempurna sedangkan aku. Gak gak boleh batinku berucap.

"Prill rumah lo di mana?"tanya Ali yang membuyarkan lamunanku.

"eh iya pak. Itu nanti ada gang di depan saya terus belok. Tapi buat mobil gak bisa masuk, jadi gue turun di depan gang aja"balasku ke Ali.

"ohh ya udah"

"ya udah Ali gue turun ya. Terima kasih atas tumpangannya"ucapku setibanya di depan gang yang aku katakan tadi.

"eh tunggu Prill"panggil Ali saat aku hendak mambuka pintu mobil.

"iya kenapa"jawabku.

"gue antar ya ke rumah lo. Ini kan udah malam pasti sepi kan jalanan menuju rumah lo. Gue gak mau lo kenapa – napa, nanti gue yang disalahin"

"gak usah Ali gue berani kok jalan sendiri"

"udah deh ingat gak boleh ngebantah" ucap Ali yang membuatku pasrah atas tindakannya.

Setelah menempu jarak lumayan jauh. Aku dan Ali sudah sampai di rumah. Rumah yang begitu sederhana bagi Ali.

"sumpah Prill rumah lo dari gang jauh juga ya" tanya Ali yang duduk di kursi teras yang terbuat dari anyaman bambu.

"kenapa lo gak ikhlas nganterin gue dan kenapa alasan gue gak mau diantar tadi, ya itu Li jaraknya jauh. Lo sih maksa banget orangnya" timpalku ke Ali.

"ya udah deh Prill gue balik dulu gak enak sama tetangga lo" pamit Ali sambil mengacak rambutku pelan.

"iya hati - hati Li" balasku yang tak lepas dari senyum.

"ahh kenapa gue senang diperlakukan Ali kayak gitu" ucapku setelah Ali menghilang dari penglihatanku.

Lo mikir apa sih Prill. Ingat dia itu tidak cocok dan sebanding dengan lo.kata - kata itu masih saja berputar - putar jika aku ingin dekat dengan Ali.

###

Setelah mengantarkan pulang Prilly, Ali langsung pulang ke apertemennya karena kalau ia ke rumahnya sendiri pasti sampai di rumah sudah larut malam dan ia putuskan untuk ke apertemennya saja.

"ternyata Prilly itu orang biasa ya" ucap Ali setelah membersihkan tubuh dan bersiap untuk istirahat.

"nanti kalau mama tau aku dekat degan orang biasa kayak Prilly gimana, pasti mama gak setuju. Kalau papa sih setuju – setuju aja"

"ahh mendingan tidur aja, pusing mikirin begituan, dijalanin aja dulu" ucap Ali dan terlelap di alam mimpi.

**

Keesokan harinya Ali sudah berangkat pagi – pagi karena sahabatnya datang dari luar negeri, ya itu adalah Billy. Billy kemarin sudah sampai di Jakarta, pagi ini ia akan berniat ke kantor Ali.

"hai bro, gila gue kangen banget sama lo" ucap Billy dan memeluk Ali ala laki – laki.

"hai gue juga, ngapain lo suruh gue buat dateng pagi - pagi ini ke kantor" tanya Ali memasang muka bête nya.

" ya Cuma pengen ketemu lo aja" jawab Billy enteng, ia tidak tahu kalau yang diajak bicara kesal dengannya.

"oh ya Li disini ada yang namanya Prilly kan ya? Tanya Billy yang membuat wajah Ali langsung tertuju kepada Billy setelah mendengar nama Prilly.

"iya ada. Memang kenapa lo tiba – tiba nanya Prilly" tanya Ali yang mulai curiga dengan Billy.

"gue mau tantang lo"balas Billy yng mengundang rasa penasaran terhadap Ali.

"apaan"jawab Ali seenaknya.

"lo gue tantang untuk deketin Prilly dan buat dia jatuh cinta sama lo. Dan setelah lo udah jadian sama dia, lo boleh putusin Prilly. Kan Prilly anaknya gak mau tuh sama yang namanya cowok dan lo harus bisa naklukin hatinya Prilly" tantang Billy kepada Ali.

"maksud lo taruhan gitu, gue sama lo" balas Ali yang masih tak mengerti atas ucapan Billy.

"ya semacam gitulah. Kalau lo berhasil gue akan serahin mobil Audi putih gue dan kalau lo yang kalah atau lo malah jatuh cinta sama dia, lo harus serahin mobil lo yang Lamborgini. Gimana?"

"oke gue terima. Siapa takut" jawab Ali penuh semangat. karena ia tidak mau dikatakan cemen ole sahabatnya.

"ya udah gue pamit ya, mau istirahat dulu, kemarin gue gak sempet istirahat. Oh ya satu lagi waktu yang ditentukan yaitu 2 bulan" pamit Billy ke Ali.

"iya – iya. Ya udah lo hati – hati"balas Ali.

Billy pun keluar dari ruangan Ali dan menuju apertemen nya. Setelah kepergian Billy, Ali memikirkan rencana ralat taruhannya sama Billy. Apakah yang dilakukan itu akan menyakiti Prilly. Tapi Ali tidak mau tahu tentang itu, yang penting ia menyanggupi taruhan Billy.

**

Hari – hari Prilly kini telah berubah ia sudah bisa tersenyum walaupun hanya sedikit, tapi itu kemajuan bagi Prilly dan orang - orang yang ada di sekitarnya. Ya itu semua karena Ali yang akhir – akhir ini dekat dengannya. Prilly masih bingung dengan sikap Ali yang ditunjukan ke Prilly. Prilly juga tidak mau, jika ia jatuh cinta ke orang yang salah.

"Ma Prilly berangkat ya"pamit Prilly ke Mama nya.

"iya hati – hati" pesan Mama.

Prilly tak henti – hentinya bersenandung ria menuju halte menunggu angkot. Sebelum sampai di halte, tiba - tiba ada sebuah mobil mewah yang berhenti di sampingnya, Prilly otomatis berhenti berjalan dan melihat siapa yang ada di dalam mobil itu. Tapi Prilly sudah bisa menebak kalau itu Ali, karena di sekitar rumahnya tidak ada yang punya mobil semewah ini.

"prill bareng gue aja ke kantor"ucap Ali di dalam mobil dan membuka sedikit kaca mobil nya.

"gak Li gue berangkat sendiri aja, gak enak kalau diliat sama karyawan lainnya" tolak Prilly sopan.

"gue udah bilang GAK BOLEH NOLAK" ucap Ali yang menekan setiap kata nya.

"iya" jawab Prilly pasrah, ia tiak bisa berbuat lagi apalagi setelah Ali mengucapkan kata yang menurut Prilly menyebalkan.

Setelah sekitar 30 menit mobil Ali sudah sampai di kantor ralat dekat kantor. Tapi Prilly menyuruh Ali untuk menghentikan mobilnya.

"loh kenapa berhenti disini Prill" tanya Ali keheranan.

"turun di sini aja gue gak mau di omongin satu kantor kalau gue sama Lo ke kantor barengan" ucap Prilly

"ya udah deh gak papa"

"makasih ya tumpangannya" ucap Prilly tak lupa dengan senyumnya.

"iya" jawab Ali

Ali sudah berada di parkiran khusus. Setelah ia turun dari mobil pandangannya tertuju pada gadis di depannya, siapa lagi kalau bukan Prilly. Rupanya Prilly baru sampai di kantor. Bibir Ali terangkat membentuk senyuman setelah melihat Prilly. Ali segera meninggalkan tempat setelah Prilly hilang dari pandangannya.



jangan lupa vote dan comment ya

maaf kalau jarang update soalnya aku lagi UAS juga. nulis kalau sempet dan ada waktu.

salam Della :*


Tak Pernah Ternilai (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang