part 8

9.3K 623 1
                                    

Happy Reading :)

Setelah makan Ali bangkit dari duduknya dan menghampiri Prilly, otomatis Prilly juga ikut bangkit dari duduknya.

"mau ngapain Li" tanya Prilly yang tiba – tiba Ali mengambil tangan Prilly dan memegannya erat. Prilly yang tadi melihat keadaan restoran langsung melirik ke arah Ali. Ali memandangnya lekat, membuat pipi Prilly memerah.

"sebenarnya gue ngajak lo kesini itu ada alasannya Prill" jawab Ali yang tak lepas pandangannya ke Prilly.

"apa alasannya" tanya Prilly yang sudah dari tadi penasaran.

"oke akan aku kasih tahu kamu. Saat pertama kali aku bertemu kamu di lobby kantor, jantungku rasanya aku lari marathon tau gak. Apalagi setiap dekat dengan kamu, jantung ini berdetak lebih cepat dari biasanya. Aku juga ngerasa nyaman tiap dekat kamu" Ali semakin memandang Prilly lekat, seolah tak ingin wajah Prillymenghilang dari pandangannya. Ia menarik nafasnya dalam – dalam dan bersiap mengatakan semua kepada Prilly, walaupun saat ini ia betul – betul gugup.

"kamu memang bukan cewek pertama yang membuat aku seperti ini, tapi kalau sama kamu itu rasanya beda Prill. Tapi semakin hari, aku makin yakin, kalau ini namanya cinta. Mungkin ini terlalu cepat untuk mengutarakan semuanya Prill. Tapi entah kenpa aku nggak mau orang lain yang ngeduluin aku. Tapi, yang harus kamu tau. Aku cinta kamu. So, you want to be my girlfriend?" ucap Ali yang mengungkapkan semua isi hatinya, tapi semua itu hanya KEBOHANGAN belaka.

Ya semuanya berjalan lancar sesuai dengan apa yang di inginkan. Ucapan Ali mampu membut Prilly matannya berkaca – kaca, ia terharu akan ucapan Ali yang di sembahkan untuknya. Tapi Ali tak tau jika ucapannya begitu berkesan bagi Prilly, yang ia tau hanya rencananya sudah berhasil dan menyanggupi taruhan Billy. Prilly langsung memeluk Ali dengan erat dan dibalas tak kalah eratnya sama Ali. Ali sudah tau jawabannya dengan tindakan Prilly yang memeluknya tiba – tiba.

"jadi sekarang kita pacaran gitu" tanya Prilly yang masih merasa nyaman di pelukan Ali.

"menurut kamu"

"cieeee sekarang aku kamu nih" goda Prilly ke Ali.

"emang gak boleh ya panggil aku kamu"

"ya boleh aja. Hahaha"

"yuk Prill pulang udah malam ntar aku dimarahin sama mama kamu kalo pulangnya larut malam" ucap Ali, mau tak mau Prilly melepaskan pelukannya dan meninggalkan tempa yang menjadi saksi atas pernyataan Ali.

Malam ini begitu berkesan buat Prilly. Ia merasa senang karna cintanya tak bertepuk sebelah tangan. Ya Prilly sudah jatuh cinta sama Ali sebelum Ali mengungkap perasaannya ke Prilly. Tapi tidak dengan Ali malam ini ia mungkin sudah menjadi orang terjahat dan bermuka dua. Pasalnya ia berpura – pura akan perasaannya. Ali hanya memikirkan egonya saja. Tetapi semua ini sudah ia jalanin dan semua berjalan dengan sendirinya dan tak lupa atas KEBOHONGAN.

##

Via bbm

Aliku

PING!!!

Nanti kamu meeting jam berapa?

Jangan lupa makan ya...

Kok gak dibales sih sayang

Kamu sibuk ya, ya udah deh

Prilly memasukkan lagi iphonenya ke dalam tas. Ia sering mengirim pesan kepada Ali, sekedar memberi perhatian atau mengingatkannya saja. Tapi Ali sendiri bersikap acuh kepada Prilly, tak jarang pesan Prilly tidak dibales oleh Ali dan hanya sekedar dibaca saja. Dan itu membuat Prilly kecewa dengan sikap Ali. Tapi Prilly mengira memang Ali sibuk dengan pekerjaanya dan mengabaikan pesan dari kekasihnya itu. Prilly berfikir positive dan tidak memikirkan macam – macam tentang Ali.

Kini hubungan Ali dengan Prilly berjalan dengan baik. Tapi di satu sisi Prilly bingung dengan hubungan ini. Pasalnya semenjak ia dan Ali pacaran, ia dan Ali jarang bertemu bahkan sama sekali tidak bertemu. Tapi Prilly menganggap itu biasa terjadi, toh Alinya juga sibuk.

"Ali...Ali..." teriak Prilly saat matanya tertuju ke arah lobby saat ia hendak ke kantin kantor, mengingat kini sudah jam istirahat.

Orang yang tak lain adalah Ali, mencari sumber suara yang memanggil dirinya. Ia menemukan kekasihnya, ralat bukan kekasih tapi kekasih yang tak dianggap. Ali dengan malas berjalan ke tempat Prilly beriri saat ini.

"Ali nanti aku bareng kamu ya kalo pulang kerja" pinta Prilly saat Ali sudah di hadapannya.

"ya terserah" jawab Ali yang memang tak berniat bertemu dengan Prilly.

"Ali kok kamu gitu sih. Tumben kamu cuek sama aku" rengek Prilly melihat sikap Ali yang acuh dengannya.

"aku lagi banyak kerjaan Prill, tolong ngertiin aku. Kalo kamu mau bareng sama aku, oke nanti aku tunggu di parkiran" ucap Ali dengan nada tinggi dan membuat rilly mengrucutkan bibirnya dan lantas meninggalkan Ali ke kantin.

"ahh serah deh" umpat Ali setelah melihat Prilly pergi. Ia tau kalu Prilly sedng kesal dengannya.

**

Karyawan kantor sudah berhamburan keluar dari kantor karna sekarang adalah jam pulang kerja. Ali sedari tadi sudah menunggu Prilly di dalam mobilnya, tapi hingga sekarang Prilly tak menampakkan batang hidungnya sama sekali.

Sudah setengah jam Ali menunggu Prilly keluar dari kantor tapi Prilly belum kelihatan. Dan Ali memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, ia sudah membuang waktunya yang berharga bagi dirinya dengan menunggu Prilly yang tak pasti. Ia juga tak mau tau dengan siapa Prilly pulang dan itu sumua tak berpengaruh oleh Ali.

Ali langsung ke kamarnya setelah ia sampai di rumah. Rumah tampak sepi tanpa ada penghuni di dalamnya termasuk Ali, pembantu dan penjaga rumahnya. Ali tak heran jika rumah dalam keadaan sepi karna ia sudah sering dalam keadan ini.

Mama dan papanya juga jarang pulang ke rumah dan lebih memilih tinggal di luar negeri dan menangani perusahaannya disana. Mereka tidak tau kalau anaknya butuh kasih sayang dan perhatian lebih darinya. Yang ia ketahui hanyalah uang, kerja, uang dan kerja. Jika mereka tau anaknya sering uring – uringan jika sudah berada di rumah pasti mereka melihatnya iba. Bahkan tak jarang Ali tidak mau tinggal di rumahnya melainkan lebih memilih tinggal di apertementnya. Karna Ali tidak mau mengingat orang tuanya jika ia berada di rumahnya sendiri.

Ali memilih tidur karna ia juga capek seharian kerja dan di tambah lagi dengan masalah keluarganya yang tak seharmonis lagi. Yang ia butuhkan sekarang hanyalah pengertian dari orang tuanya gak lebih. Tapi Ali harus menahan kemauannya itu karna tak mungkin kemauannya itu terpenuhi begitu saja, ia juga sangat paham dengan orang tuanya.

Ali juga melupakan sejenak masalahnya dengan Prilly. Berbeda masalahnya dengan Prilly, Ali enggan memikirkan masalah tentang Prilly karna Ali menganggap Prilly hanyalah orang asing yang tiba – tiba masuk ke dalam kehidupannya.


maaf jika typo ya....

nih aku kasih bonus 2 chapter...

jangan lupa vote, hargai yang nulis hehehe

salam

Della :*


Tak Pernah Ternilai (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang