part 4

11.9K 806 2
                                    


Dengan langkah cepat, Ali menuju ke ruangan bagian keuangan. Setelah sampai di sana ia bertanya kepada orang yang disana. Siapa yang mengambil alih di bagian keuangan. Semua disana sangatlah was-was karena tidak biasannya Bosnya datang langsung ke ruangannya. Pertanda masalah yang dihadapi ini begitu besar.

"siapa yang memegang penuh alih keuangan disini"tanya Ali dengan suara dinginnya yang membuat semua orang di ruangan itu takut termasuk Prilly.

"saya Pak"jawab Prily menundukkan kepala, karena ia berurusan lagi dengan bosnya itu.

"oh rupanya kamu" ucap remeh Ali

"nanti waktu jam istirahat silakan Anda ke ruangan saya"ucap Ali lagi dan meninggalkan ruangan begitu saja.

"iya Pak"tawab Prilly gugup.

"ya ampun Prill gue gak tau bakalan kayak gini"ucap Audi iba kepada Prilly. Karena selama ini Prilly tidak pernah mempunyai masalah dengan kantor.

"udahlah Di ini mungkin salah paham saja. Tenang aja aku baik-baik saja kok"ucap Prilly menenangkan Audi.

###

Jam istirahat pun telah tiba. Semua orang yang berada di dalam ruangan kantor, satu per satu keluar meninggalkan pekerjaannya sementara. Tidak dengan Prilly yang was-was dan gugup yang akan menghadap ke bosnya.

POV Prilly

Aku berjalan menuju ruangan Pak Ali dengan perasaan cemas. Aku menaiki lift ke ruangan Pak Ali krena ruangannya berada di paling atas, tak heran jika ruangannya di atas, karena ia di perlakukan istimewa disini. Mengingat ia pemilik perusahaan.

Setelah aku menaiki lift dan tibalah aku di sini, di depan ruangan Pak Ali. Dengan perlahan aku mengetuk pintu langsung, karena di depan ruangannya tidak ada sekretarisnya, mungkin dia lagi istirahat.

"Tok tok tok...."aku mengetuk pintu ruangan Pak Ali.

"masuk"aku mendengar suara bariton yang menyuruhku masuk. Siapa lagi kalau bukan Pak Ali.

Aku segera masuk ke dalam dengan menundukkan kepala. Aku takut jika menatap mata bak elang yang tajam itu.

"kenapa bapak memanggil saya"tanyaku yang memberanikan diri memulai percakapan. Karena sedari tadi aku masuk tidak ada pembicaraan sama sekali dan membuatku gugup dan canggung.

"kamu masih nanya kenapa kamu dipanggil ke sini"jawab Pak Ali yang sama sekali tak memandangku dan masih sibuk dengan laptopnya.

"kamu tahu perusahaan rugi besar karena kecerobohan kamu dalam mengolah data keuangan"lanjut Pak Ali yang kini sedang menatapku dengan muka datarnya.

"dan kamu diam saja gitu melihat kerugian yang sangat besar ini"aku tak bisa berkata apapun dengan semua pengakuan dari Pak Ali.

"saya sudah mengecek semuanya pak sebelum dikirim ke bagian atas. Dan semuanya sudah benar dan perhitungannya sudah akurat"ucapku menyelah omaongan Pak Ali yang dari tadi tak memberiku kesempatan untuk bicara.

"apa ini bukti dari yang kamu bilang tadi bahwa kamu sudah mengecek dan hitungannya sudah akurat"balas Pak Ali yang membuatu tak bisa berkata lagi.

"lalu apa yang Anda inginkan jika kejadiannya seperti ini"tanyaku harap-harap cemas jika aku dipecat dari perusahaannya.

"oke saya tidak akan pecat kamu. Tapi tugas kamu saya tambah lagi dan satu lagi kamu juga tidak boleh pulang seperti karyawan lainnya, kamu harus lembur"jawab Pak Ali yang membuatku melongo atas semua jawabannya. Pak Ali juga bisa menebak pikirannku jika aku tidak mau dipecat.

Tak Pernah Ternilai (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang