Alex menatap lekat mata Jany

"Begitu ya salam orang Amerika?" tanya Alex dengan nada menggoda usil miliknya

"Mm" angguk Jany dengan antusias

"Dengan Niki juga seperti itu?" singgung Alex masih dengan nada bercandanya.

Jany yang merasa aneh mendengar nama Niki diucapkan oleh Alex langsung ingin melepaskan tubuhnya dari tangan Alex namun Alex malah menarik dan makin memper-erat lengannya di belakang pinggul Jany dan Jany malah makin rapat dengan Alex.

"Gak usah ngehindar" tambah Alex dengan mata menyelidik

"Gak kok"

"Gak apa?"

"Niki cuma sebatas pipi doang" ucap Jany dengan cepat dan nafasnya yang kini sudah naik turun dengan cepat karena ketahuan bagaimana kelakuannya dengan Niki selama ini

"Mm gitu?" ledek Alex lagi dan Alex kini mendekatkan wajahnya ke wajah Jany.

Jany yang sadar apa yang akan terjadi selanjutnya, dengan cepat menutup kedua matanya dengan rapat.

Alex dapat melihat kalau Jany sudah menutup matanya langsung menahan wajahnya yang sudah sangat dekat dengan wajah Jany lalu Alex tersenyum kecil dan malah menaikkan bibirnya ke dahi Jany, mengecup singkat juga disana dan langsung melepaskan Jany dari lengan yang menahan pinggul Jany tadi

Jany segera membuka kedua matanya dan menatap Alex dengan gemas.

"Kakak" Rajuk Jany karena Alex tak melakukan apa yang ia lakukan tadi untuk Alex

"Masuk sana, tidur. Kakak masuk dluan ya. Bye" Alex pun berjalan menuju kamarnya dan meninggalkan Jany berdiri sendiri di depan pintu yang masih terus memandanginya hingga hilang dibalik pintu.

*****

"Jany? Alex?" teriakan itu terus menggema dari luar rumah sambil diikuti suara ketukkan yang berulang-ulang kali

"Kemana sih anak-anak ini?" omel orang yang sedari tadi sudah menunggu didepan pintu sambil mengeluarkan ponsel dari tas tangan merah miliknya.

Tuut

Tuut

Suara itu lagi-lagi terdengar, tanda telepon si pemilik tujuan tak diangkat.

Tuut

"Halo?" terdengar suara berat dari seberang sana.

"Sayang, bukain pintuuuuu" Ucapnya dengan nada memelas

"Mm?" gumam si yang dituju, yang masih belum sadar sepenuhnya dari tidurnya

"Bunda di halaman nih, bukain pintu, cepetan Jan"

Mendengar seruhan itu, dengan cepat Jany berdiri dan memakai piyama full dari piyama setengah yang ia selalu pakai saat tidur.

"Iya bentar bun" sahutnya sambil mematikan dan membuang begitu saja ponsel nya keatas kasur.

Ia berjalan cepat menurini anak tangga sambil memperbaiki rambut-rambutnya yang masih berhamburan karena baru bangun tidur.

Kleek

Suara kenop pintu akhirnya berbunyi hingga membuat orang yang berada diluar pintu langsung menghela nafasnya, lega karena akhirnya pintu yang sedari tadi membatasinya telah terbuka.

"Maaf bun, Baru bangun" ucap Jany segera setelah melihat bunda nya telah berdiri didepan pintu dengan wajah yang memelas seperti akan menangis.

Jany menahan tawa nya , takut menyinggung bunda nya yang sekarang sudah ingin menangis stadium 2.

"Bantuin bunda dulu Jan" mendadak, raut wajah Bunda berubah, seperti teringat sesuatu

"Bantuin apa bun?" Jany kebingungan

"Kamu ke mobil bunda aja deh. Tuh ada yang ngolor didalam" tunjuk Bunda ke arah mobil

Dengan cepat Jany berlari menuju mobil milik bundanya dan langsung membuka pintu belakang

Dan

"Ayah?" Gumam Jany kaget melihat seseorang yang telah tertidur dengan koper kecil disampingnya

"Ayah? Bangun Yah. Tidur didalam yuk" Jany membangunkan ayah nya sambil menggoyang pelan lengan kekar itu

"Aa? Mm?" Gumam ayahnya saat sadar seseorang membangunkan nya

"wake up dad" ulang Jany

Ayah bergerak keluar dari mobil dan langsung memeluk Jany

"Jany dady. Good morning" ucap lemah Ayah melepaskan kerinduannya

"Aaa...aaa... Iya udah yah, masuk deh. Berat tau" Jany yang berada dipelukan ayah merasa keberatan karena ayahnya seperti memberi beban badan akibat kantuk kepadanya

Ayahnya hanya melepaskan pelukannya begitu saja sambil memekarkan senyuman meminta maaf sambil berjalan lunglai menuju ruang keluarga

"Angkatin koper ayah ya Jan" suruh Bunda yang langsung mengekori suaminya menuju ruang keluarga, meninggalkan Jany sendiri dihalaman rumah itu

Jany memutarkan kedua bola matanya
"Pagi yang buruk" Gumamnya sambil mengambil koper kecil dan menutup pintu mobil dengan keras.

Jany bergerak menuju ruang keluarga sambil terus menyeret koper tadi.

"Ayah gak tidur?" tanya Jany yang kini mendapati ayah nya tengah duduk sambil memerhatikan kabar terbaru di Berita Indonesia

"Lagi nonton berita" Balas ayah sambil merentangkan lengan kirinya, yang segera Jany tahu maksudnya

Jany tersenyum sambil berjalan ke lengan itu.

"Aaah, kamu udah tambah gede aja disini" Ucap ayahnya sambil membelai-belai rambut Jany yang sudah berada dipelukannya

"Emang lalu Jany sama ayah gak gede-gede apa?"

"Gede sih, tapi gedenya penuh beban banget..." hela nafas ayahnya sambil tersenyum "beban karena bunda dan Ka Alex. Ayah tahu itu" sambungnya sambil berbisik ditelinga Jany.

Saat nama Alex diucapkaan, Jany tiba-tiba terdiam membeku dan teringat akan sesuatu tentang ia dan Alex yang tidak boleh diketahui oleh orang rumah. Tidak. Tidak, bukan hanya orang rumah saja, tetapi semuanya, semua orang.

"Ssss, Tapi...." potong ayah sambil melepaskan pelukannya dari Jany dan memegang kedua bahu Jany sambil memerhatikan setiap rinci dibagian anaknya itu "Sekarang ayah liat bebannya udah pada hilang semua deh, yang ada, ayah lihat kalau kamu seneng banget. Emang, segitu senangnya ya di rumah ini? Kalau gitu, apa ayah pindah di Indonesia aja biar bisa seneng kayak kamu sekarang?" sambung ayah sambil mengalihkan matanya kembali ke berita di TV.

Jany bukannya menjawab pertanyaan itu, ia malah terdiam sambil memperbaiki posisi duduknya. Menatap kosong ayahnya yang berada disampingnya.

Disisi lain ruangan

Seseorang yang sedari tadi berdiri di ambang pintu juga ikut terdiam yang awalnya ia tersenyum bahagia melihat Jany dan ayahnya seperti itu mendadak terhenti dan menahan langkah kakinya untuk mendekat.

*****

Maaf baru up lagi ^^

Happy reading readerscuuu 😚

Jangan lupa tinggalin jejak kalian ya, caranya gampang banget. Hanya dengan mengklik gambar "⭐" & "💬" disisi-sisi halaman ini 🙌🙌
Makasih ^^

Love
ShiceciTa

17.09.16

I LOVE YOU, BROTHER! [COMPLETED]Where stories live. Discover now