15

14.4K 554 7
                                    

Alex berbalik menghadap Jany saat lengannya ditarik kembali.

"Apa?" tanya Alex dengan dingin

"Apa?" tanya Jany balik dengan nada sewot

Jany masih bingung dengan kakaknya itu. Jany berpikir apakah kakaknya mempunyai kepribadian yang berbeda? Tadi siang cuek, barusan memeluknya seperti ia akan hilang, dan barusan lagi bersikap dingin. Apakah Alex yang dikenalnya memang seperti ini? Jany benar-benar tak habis pikir.

"Iya, Apa?" Alex mengulang pertanyaannya

"Kakak yang kenapa?"

"Aku? Kenapa?"

"ooh astaga!" Jany memutar kedua bola matanya "ada apa? Kenapa? Apa yang terjadi? Kenapa kakak memelukku seperti tadi?"

Alex menyerngit dahi mendengarnya

"tidak apa-apa"

"Bohong!" bantah Jany cepat

"darimana kau tau itu bohong? apa aku salah memeluk adikku sendiri?" tanya Alex menantang tapi dipertanyaannya sendiri pun ia tidak bisa meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tadi memeluk adiknya, Jany.

"Penampilanmu kak! Oh astaga! Jany bukan anak kecil lagi yang bisa ditipu"

Alex melihat penampilannya yang samar-samar dari pantulan lemari kaca besar disampingnya. Alex sendiripun baru sadar ternyata penampilannya benar-benar kacau. Baju yang basah, rambut yang tak teratur dan astaga, itu bukan dirinya yang biasa.

"Dan itu" Jany menatap ke salah satu tangan Alex, Alex langsung mengikuti arah pandangan Jany yang tertuju pada ponsel kuning yang masih berada digenggamannya "itu hape Jany" Tambah Jany dengan melipat kedua tangannya didadanya.

Alex seperti di skakmat sekarang.

"Nih ambil" Alex langsung menarik salah satu tangan Jany dan memberikan ponsel itu langsung di telapak tangan Jany.

"Kenapa hape ini ada di ka Alex? Oh jangan bilang kakak dari kamar Jany. Pasti! Iya kan? " Jany menatap Alex dengan mata menuduh tapi didalam hati nya sebenarnya ia bahagia. Bahagia karena bisa berbicara langsung dengan Alex walau seperti ini dan mengingat kalau hal ini sama seperti pertengkaran mereka dulu saat masih kecil.

Alex yang diserbu dengan penyataan bahwa ia dari kamar Jany itupun tak bisa berkata apa-apa karena faktanya memang begitu. Bahkan lebih parah dari hanya sekedar masuk dan mengambil ponsel Jany.

Alex mengelus-elus belakang lehernya berpikir suatu alasan untuk dijelaskan kepada Jany

"Nah, sekarang ka Alex pasti mau bohongi Jany dengan alasan palsu. Iyakan?" Tanya Jany ngotot saat melihat kakaknya yang tadi mengelus-elus belakang lehernya.

Alex mengangkat sebelah alisnya

"Ka Alex! kalau kakak mau nyoba nipu Jany. Kayaknya kebiasaan ka Alex itu harus di hilangin deh" Jany langsung menunjuk belakang kakaknya dan meraih gelas dimeja makan.

Dengan cepat Alex langsung menurunkan tangannya dari belakang leher.

"Lanjutin makannya deh. Kakak mau naik" Tunjuk Alex ke makanan Jany yang tadi sempat terhenti karenanya dan berjalan meninggalkan Jany yang sedang minum.

"Ka Alex masih punya utang penjelasan!" Teriak Jany dibelakang sana dan membuang gelas kaca ke sisi dapur hingga berhasil menarik kembali perhatian Alex yang sudah berada dianak tangga pertama.

Alex langsung segera berlari kembali ke dapur.

Alex meloncati pecahan pecahan beling dari gelas yang berhamburan dilantai dapur dan langsung menarik Jany dalam pelukannya.

I LOVE YOU, BROTHER! [COMPLETED]Where stories live. Discover now