Perpisahan

52.7K 7.1K 471
                                    

Seusai Sewool memutuskan sambungan ibunya sepihak, ia langsung bersiap kalau-kalau dia memang harus pergi.

Pandangannya berubah kosong. Disusul Taehyung yang baru saja masuk.

Sewool tersentak. Lelaki itu membagi senyum yang tidak biasa.

"Kau lapar? Tunggu sebentar, aku mandi dulu."

"Taehyung-ah, boleh aku tanya sesuatu?" Cegah Sewool.

Taehyung menimang-nimang sejenak. Apa masalah semalam? "Anything," jawabnya memutuskan.

"Sejak kapan kau memberi ibuku uang?"

Taehyung langsung menatap Sewool, membeku.

Gadis yang sedang duduk tenang di tepi ranjang membuatnya agak bimbang.

Darimana dia tahu? Apa Sewool marah?

Lebih dari itu Sewool justru sedang berusaha menyembunyikan sesuatu yang menyakitkan. Ia berusaha tidak menunjukan secara gamblang.

"Tadi, ibuku meneleponmu,"

Seiring suara Sewool, detak jantung dan aliran darah lelaki itu meningkat.

"ibuku bilang, dia memintamu mengirim uang lagi. Bisa kau jelaskan apa maksudnya? Dan juga ...," ia mengangkat ponsel Taehyung ke udara. "seluruh pesan ibuku. Ibuku sering mengirim pesan untuk meminta uang dan kau memberikannya?"

Sewool sungguh tidak tahu di mana pemikiran keluarganya yang dalam sekejap berubah gila karena uang.

Tidak tahukah mereka, hal ini melukai Sewool. Ia merasa seperti diperjual-belikan.

Karena belum mendapat jawaban, dengan penuh keberanian, ia mendekati Taehyung yang berdiri di tengah kamar.

"Kenapa diam? Kau tidak ingin memberitahuku?"

"Kau marah?"

Ingin sekali rasanya Sewool meninju lelaki yang masih sempat bertanya begitu.

"Kau pikir aku apa? Kau membeliku dan kau masih tanya begitu?"

"..."

"Berapa banyak uang yang kau berikan? Sejak kapan? Kenapa kau memberikannya? Kenapa kau tidak pernah bilang padaku?"

Pagi ini Sewool mulai membenci Taehyung seperti awal pertemuan mereka.

"Kau tuli? Jawab aku. Kenapa kau tidak pernah memberitahuku masalah ini."

Taehyung berusaha menyembunyikan rasa kacaunya dibalik segaris senyum.

"Kalau kau bisa dibeli, tidak akan kulakukan. Karena bagiku, kau bukan barang yang habis masa pakai kemudian dibuang."

Mendengar itu, Sewool langsung mengedarkan pandangan ke plafon dan kembali menatap Taehyung sejenak, lalu mendengus ketus.

Mencurahkan kemarahan pada Taehyung memang bukan opsi yang tepat. Lelaki itu tetap saja tenang.

Sewool memilih berderap mengambil mantelnya yang tergantung di pojok ruangan.

"Aku mau kita pisah," katanya tegas sambil meleparkan dompetnya ke meja.

"Mungkin isinya tidak sebanding dengan yang kau berikan. Tapi akan kulunasi sisanya."

Taehyung merasa seperti ada yang memukul kepalanya. Kalimat yang diucapkan Sewool sangatlah menyakitkan.

Setelah beberapa hari gadis di depannya berhenti marah-marah, sekarang gadis itu justru marah dalam kondisi yang berbeda.

Sejak Sewool ada di dekatnya ia berpikir puluhan, ratusan, bahkan ribuan kali kenapa gadis sepertinya bisa dengan mudah menolak apa yang ia buat dan ia berikan.

You Are the Pastry of My EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang