Pelukan

71.8K 8.8K 1.4K
                                    

Biasanya aku tidak suka gadis yang hobinya marah-marah dan keras kepala. Tapi kalau dia, mungkin bisa ku terima.

*

"Kau tahu tempat terbaik untuk para bangsawan. Tempat yang bagus tentunya."

Taehyung tersenyum masih memandangi jalanan dari jendala kamar. Mereka sudah ada di kediaman keluarga Kim.

"Dan kau tahu apa lagi? Makanan. Aku belajar banyak cara membuat makanan yang disukai para bangsawan."

Sewool menatap punggung Taehyung tanpa kata-kata. Gadis itu marah tentu saja. Tanpa sadar pria di depan sana baru saja merusak harga dirinya.

"Kau menolak sesuatu yang diinginkan banyak orang. Seseorang bisa saja menyesal telah menolak sesuatu yang ku buat."

"Sayangnya aku bukan banyaknya orang yang kau maksud. Aku bukan pelangganmu, Tuan Ter-hor-mat." Katanya penuh tekanan.

Ucapan Sewool sukses membuat Taehyung berbalik menghadap gadis itu. Meski Sewool terlihat membara dan penuh amarah, tetapi Taehyung masih berusaha bersikap tenang.

"Kau bisa jadi Boneka Berbie jika kau mau. Aku akan menjadikanmu boneka dan duduk manis mencicipi apa yang ku hidangkan."

"Tsk, kau sudah mulai gila dengan duniamu."

"Begitu ya?" ujar Taehyung sambil menggaruk pelipisnya, "Kalau begitu apa bedanya antara kau dan aku, Nona penulis naskah?"

"Tentu saja aku menulis untuk membuat orang lain senang. Karyaku digunakan dalam pertunjukan. Kau hanya tidak tahu bagaimana membuat alur sebuah tulisan berkembang. Membuat sebuah karya yang membuat orang lain tertawa, tersenyum atau menangis. Kau hanya memikirkan bagaimana cara mendapat uang dari para pelangganmu. Memangnya aku tidak tahu kalau kau hanya menjadikan mereka ladang kekayaanmu. Semua koki begitu. Memangnya apa lagi."

Taehyung menjejalkan tangannya ke dalam saku. Kakinya melangkah ringan mendekati Sewool. "Aku suka kata-katamu. Itu menarik. Jadi kau sedang bicara antara profit dan benefit. Benar begitu?"

Sebetulnya hati Taehyung sudah membara. Laki-laki itu hampir gila menghadapi Sewool dengan ucapannya yang tidak terkontrol. Tanpa Sewool ketahui, otot di sekitar rahang Taehyung mengejang.

"Kau bisa cari tahu bagaimana aku mencintai pelangganku. Kau juga bisa mendaptkan cintaku, itupun kalau kau mau. Dengan syarat kau harus jadi pelangganku."

Dagu Sewool terangkat tinggi. "Pardon?"

"Menjadi pelanggaku dan mendapatkan cintaku. Gratis."

Selama beberapa detik mereka terdiam. Mata mereka beradu. Taehyung ingin sekali membungkam mulut gadis itu dengan sesuatu. Ciuman misalnya. Sewool lebih parah lagi, dia berpikir hampir melempar kursi atau membenturkan kepala pria itu ke tembok.

"Mencicipi apa yang ku buat dan bersikap seolah kau bangsawan."

Taehyung sudah berdiri begitu dekat dengan Sewool. Andai bisa, laki-laki itu ingin menggigit dagu kecil dan tajam yang terlihat menggoda di matanya. Tiba-tiba dari balik bahu Sewool, Taehyung melihat kenop pintu bergerak perlahan.

"Kau pikir aku mau jadi pelangganmu. Kau harus berpikir--"

Tanpa pikir panjang satu tangannya terulur ke belakang dan menarik Sewool masuk ke dalam pelukannya. Meredam ucapan gadis itu di dadanya. Tepat saat itu pintu terbuka menampilkan ibunya yang nampak terkejut.

"Oh, maaf Ibu menganggu. Kalau sudah selesai segera turun."

Taehyung tersenyum dan mengangguk. Setelah itu pintu kembali tertutup. Taehyung melepaskan gadis itu. Kehangatannya langsung menguar.

You Are the Pastry of My EyeWhere stories live. Discover now