Mimpi Buruk

59.1K 7.9K 365
                                    

Hidup itu seperti kotak coklat. Kita tidak pernah tahu apa yang akan kita dapat.

- Forrest Gump


*

A

roma yang asing. Suasana yang berbeda. Dalam tidurnya Sewool merasa terganggu. Matanya terbuka perlahan saat aroma yang tidak pernah berkenalan mampir tercium. Ini mengganggu. Siapa yang menggunakan parfum begitu tajam. Sedikit paksaan matanya terbuka. Cahaya matahari menyambut pupil matanya yang langsung mengecil untuk mencoba menghalau sinar.

Matanya mengerjap sekali, dua kali, tiga kali, bahkan sampai lima kali. Tiba-tiba sesuatu menerjang kesadarannya.

Kamar yang di dominasi warna-warna klasik. Gantungan dinding dan hiasan lainnya yang tidak pernah ia kenal. Aroma parfum yang masih tercium. Kamar ini jelas bukan kamarnya. Seakan membuktikan lebih jelas bahwa ini bukan kamarnya, kepalanya tidak sengaja menoleh ke arah lemari. Astaga. Sewool menyibak selimut cukup kuat. Ia berjalan mendekati lemari.

"Kemeja?"

Itu semua bukan kemejanya. Apa-apaan ini? Siapa yang dengan lancang merubah susunan kamarnya. Astaga. Kepalanya berdenyut-denyut. Agak terburu-buru ia membuka pintu kamar dan turun menapaki anak tangga satu persatu dengan langkah tidak teratur.

Begitu sampai di anak tangga terakhir, Sewool berhenti. Matanya menatap seseorang yang sedang duduk menikmati sarapan tidak suka,

"neo ... nuguya?"

Orang di sana diam dan masih menikmati croissant dan kopinya dengan santai. Satu tangannya masih dibebat.

"Ibu!"

Sewool mencari cara lain agar kepanikannya hilang.

"Ibu! Kumohon siapapun jawab aku! Ayah? Ibu? Kau dengar aku?"

Kakinya terus berjalan mengitari rumah yang tidak bisa dikatakan kecil. Semuanya terasa asing. Sangat asing. Kepalanya masih berdenyut ditambah penampilannya yang kacau.

"Sudah selesai main-mainnya?"

Sela seseorang sebelum Sewool berpikir untuk menceburkan diri ke dalam neraka jahanam. Bagi Sewool, Laki-laki yang paling menyebalkan dalam hidupnya sekarang berdiri tepat di hadapannya dengan wajah penuh arogansi dengan satu tangannya yang masuk ke kantung celana.

"Aku tidak bisa menyediakan fasilitas gratis untuk seorang gadis. Lain kali jangan tidur di kamarku!"

Tutup laki-laki itu dengan penuh penekanan namun terkesan tenang.

"Tunggu, apa maksudnya. Kau..." Napas Sewool tertahan, "kau ... kau keparat!"

Laki-laki itu tersenyum masam, "Jangan salahkan aku. We are married, right?"

Kemudian mengambil tangan Sewool dan membawanya ke udara, menyamakan dengan tangannya yang dibebat.

"I hope you also love this ring."

Sewool tercekat. Napasnya berhenti di tenggerokan. Isi kepalanya makin berputar tidak karuan. Dasar gila. Dia keparat gila. Kerongkongannya kering. Matanya berair. Seakan masih belum percaya, Sewool menepis tangannya kasar. Ia kembali berjalan mengitari rumah.

"Ibu, ayah, kalian dengar aku? Kalian dimana?"

Suaranya makin lemah dan parau. Ini bukan mimpi. Ini kenyataan. Harapannya pupus. Foto besar di dinding menjawab semuanya. Dia. Taehyung. Mereka menikah. Mereka sudah menikah. Sesuatu yang memang salah sejak awal terus saja berlanjut. Satu hal yang ia takutkan, ia tidak bisa menahan hatinya.

Jangan!

Jangan sampai laki-laki itu menyentuh hatinya. Pokoknya tidak. Tidak akan pernah. Mulai sekarang, mulai detik ini, Sewool akan menjaga hatinya di baik-baik. Menyembunyikan hati kecilnya di tempat terdalam dan menutupnya rapat-rapat.


***

"Aku tidak yakin suamimu mengijinkanmu bekerja denganku lagi. Tapi melihat keadaanmu sekarang, sepertinya kau sudah sehat, ya?"

Karena masih tidak percaya, akhirnya Sewool mengutuskan untuk menemui Wonwoo di teater. Nyatanya, kedatangan Sewool justru mendapat sambutan yang membuat kepalanya kembali didera pusing. Suami Wonwoo bilang?

"Apa aku benar-benar sudah menikah, hum? Kapan? Dimana? Kenapa aku bisa lupa? Kau pasti ingat, kan? Wonwoo katakan sesuatu."

Wonwoo mematung. Gerakannya terhenti. "Kau lupa."

Hanya itu yang Wonwoo katakan sebelum kembali berkutat dengan tumpukan naskah yang akan dipakai untuk pementasan besok.

"Wonwoo. Ini serius. Katakan. Padaku. Apa. Yang. Sudah terjadi."

Sontak Wonwoo menoleh dan menangkap sinar mata Sewool yang membara. Wonwoo meringis dalam hati. Mendadak tubuhnya dikelilingi aura gelap.

"Begini," Tiba-tiba Wonwoo tertawa salah tingkah. "Kau sudah menikah lalu kau jatuh dari altar. Aku tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi. Pokoknya setelah Tae memasang cincin kemudian dia menciumu, tiba-tiba kau jatuh dan ... pokoknya kau sudah menikah. Sudah ya, masih banyak yang ku kerjakan."

Wonwoo berbalik mengambil langkah menjauh. Setelah beberapa langkah, pria itu berhenti. Kepalanya menoleh sedikit. Sambil menarik napas ia berpikir. Bukankah kasian sekali kalau pengantin baru harus lupa ingatan. Lalu kembali melangkah menuju panggung.

***

Semua orang di teater mulai memandangnya aneh. Kadang ada saja anggota yang berbisik. Sulit mengerti kenapa semua orang melakukan ini padanya.

"Kasian sekali dia, masa pengantin baru tidak ingat."

Sewool menggeram dalam hati. Ia menyambar tas tangan miliknya dan pergi meninggalkan gedung. Tidak perduli kakinya melangkah. Tumit bootnya terus menyentak jalanan.

TIIIIIIIIIIN!!!!

Suara keras klakson cukup menyentak dan membanting tubuhnya pada kenyataan. Matanya mengerjap. Kesadarannya kembali. Yang ia tahu, ia berdiri di tengah jalan jadi tontonan gratis orang-orang dipinggir trotoar. Matanya beralih pada lampu lalu lintas yang sekarang berwarna hijau untuk pengguna mobil. Ia menarik napas panjang. Beruntung tidak mati.


***


Kim Dae Hyun terkekeh kecil mendengar cerita Han Se Wool. Adik iparnya sangat lucu. Pantas Taehyung menerima gadis ini untuk dijadikan istri, meski Daehyun tahu, adiknya bukan tipikal orang yang dengan mudah jatuh hati pada pesona gadis sekalipun putri cantik dari kerajaan.

"Jadi kau sama sekali tidak ingat?"

Ketidakpercayaan terpancar dalam diri laki-laki yang tadi hampir menabrak Sewool di jalan. Taehyung akan menghabisinya hidup-hidup kalau Sewool sampai mati.

"Sedikit. Tidak banyak." Ucap Sewool setengah melamun. "Memakai gaun, naik ke altar, mengucap sumpah ..." Berpikir sejenak kemudian melanjutkan, "... aku tidak tahu lagi."

"Dia mengucap sumpah, kalian bertukar cincin dan dia menciumu, setelah itu kau jatuh dari tangga dan pingsan." Sambung Daehyun. "For your information, dia belum pernah mencium gadis di depan orang lain dan kau melupakannya. Dia bisa saja marah."

Daehyun menyereput latténya perlahan, lalu meletakan kembali gelasnya.

"Aku tidak ingat." jawab Sewool melamun.

"Tidak apa-apa. Jangan dipaksakan. Kalau begitu aku sudah selesai. Oh ya, satu lagi." kata Daehyun sebelum bangkit dari kursi, "Hidup ini sama seperti kotak coklat. Aku tahu bahwa ini sulit untuk kalian berdua. Tapi ... kalian tidak akan tahu apa yang akan kalian dapat, kita tunggu saja sampai kotaknya terbuka."

Ya Tuhan.

Sekonyong-koyong, Sewool jadi ingat kutipan film yang pernah ia tonton. Seseorang tidak pernah kenyataan yang akan ia dapat.

Sama halnya dengan pernikahan yang sudah Sewool jalani. Untuk saat ini hatinya masih tenang. Tapi tunggu saja sampai kotak coklatnya terbuka.

***

You Are the Pastry of My EyeWhere stories live. Discover now