Venice

60.9K 8.6K 712
                                    

Taehyung memberikan sentuhan akhir pada tart-nya dengan siraman coklat chaud.

Akhir-akhir ini ia lebih sering mengunjungi toko dan kadang-kadang membantu para pegawai.
Sekali lagi ia tersenyum.

Membuat satu pastry dengan tangannya yang seperti ini bukan perkara mudah

"Itu bagus, Kim."

"Kau mulai berusaha."

"Sajangnim, kau juga bisa buat yang seperti itu di saat tanganmu terluka? Jjang."

"Wow, it's cool."

Semua orang yang sibuk berlalu-lalang di dalam dapur memberinya banyak pujian.

***

Pagi menjelang siang. Tidak banyak tempat yang ingin Sewool kunjungi. Jadi gadis itu hanya menghabiskan waktu di taman kota.

Pikirannya melayang-layang karena perkataan Jungkook saat di teater.

"Kau bisa saja bilang kalau kau belum menikah. Tapi aku tahu kau sudah menikah. Hah, kupikir mendapatkanmu akan lebih mudah."

"Jungkook, tapi aku..."

"Kau sudah menikah Sewool. Setidaknya aku tahu kepastiannya. Jadi jangan khawatirkan aku. Fighting."

Jungkook. Pria itu menganggapnya berbeda. Sewool tahu sejak mereka terus bersama. Kadang-kadang Sewool menghindar untuk pura-pura tidak tahu perasaan Jungkook.

Keterlaluan. Bagaimana bisa ia melukai hati seseorang dengan cara seperti itu.

Ia masih memutar cincin di jari manisnya. Matanya menerawang menatap cincin yang begitu berbeda dari waktu ke waktu. Bukan secara fisik pada cincin itu. Tapi hatinya. Hatinya yang kadang berubah.

Sewool kembali menghela ke lima kalinya dalam empat menit terakhir. Kenapa sesulit ini. Ia menarik cincin itu keluar dari jarinya.

Menghela lagi lalu meletakan cincin itu di kursi taman. Ia mulai berjalan menjauh. Tetapi seseorang berteriak keras.

"Unni! Unni yang bermantel coklat."

Sewool memutar tubuhnya. Seorang pria dan wanita yang telihat lebih muda darinya berlari mendekat.

"Cincinmu. Sepertinya tertinggal. Ini cincin Nuna?"

Cukup lama Sewool memperhatikan cincin yang sengaja ia tinggal sebelum akhirnya ia menangguk kecil. Lalu menerima cincin itu dengan perasaan bimbang.

"Ya. Terima kasih."

"Sepertinya itu cincin pernikahan ya? Lain kali jangan ditinggal sembarang, Unni."

Setelah dua remaja itu berlalu, Sewool mengamati sebentar cincin di telapak tangannya dan kembali memasang di jari manisnya.

Ia menyerah.

Tiba-tiba ponsel di sakunya berdering. Tanpa melihat si penelepon Sewool langsung menjawab panggilan itu.

"... Oh. Ne, Eommonim."

***

Mencari alamat toko pastry yang sudah punya nama tidaklah sulit. Sewool dengan cepat menemukan toko yang baru pertama kali ia datangi. Tokonya lumayan besar.

Saat di depan pintu, dirinya langsung disambut oleh beberapa orang berseragam dengan logo toko. Mereka semua langsung tahu dan mengenal namanya.

Sewool tidak ingin tinggi hati kalau Taehyung sudah menceritakannya pada semua pegawai. Jadi ia berpikir kalau para pegawai di sini pernah bertemu dengannya saat datang ke pesta pernikahannya dan Taehyung.

You Are the Pastry of My EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang