Opium

57K 7.7K 1.2K
                                    

Taehyung cukup puas melihat pilihannya. Sewool keluar dari fitting room mengenakan dress biru gelap tanpa tali.

Meskipun Taehyung tahu suasana malam kota Roma bukan pilihan tepat untuk menemani seorang wanita berbelanja, terlebih setelah mereka mengahabiskan waktu tiga jam lebih dari Venice ke Roma.

Sementara Sewool masih mempertahankan raut wajah gelisah karena tidak berhasil membaca gestur wajah Taehyung.

"Bagaimana? Kan sudah kubilang ini tidak cocok." Mata Sewool sibuk menelusuri gaun panjang yang hampir menyentuh lantai. "Badanku lengket, aku capek, belum mandi, mukaku berminyak, rambutku kusut, harusnya kita tidak membelinya sekarang."

Mendengar penuturan Sewool yang terdengar frustasi, dahi Taehyung mengkerut. Dia pasti sudah gila karena tertarik dengan wanita kusut, muka berminyak dan berantakan.

"Aku harus melepasnya. Kau sudah lihat, kan?"

"Tunggu sampai pramuniaga datang."

"Duh, nanti kalau bajunya jadi bau bagaimana?"

Kecemasan berlebihan gadis itu membuat Taehyung harus menekan bibirnya untuk tidak tertawa. Rasa cemas Sewool berangsur-angsur reda saat wanita bermata hijau terang datang dengan segaris senyum lembut.

"Done, Miss?"

Jelas, pramuniaga itu tidak memahami bahasa Inggris, jadi Sewool hanya mengangguk.

Tiba-tiba Taehyung menjauh dari sofa dan menyerahkan ponselnya pada pramuniaga serta mengatakan sesuatu dalam bahasa Roman, tepatnya bahasa Prancis.

Setelah mereka sama-sama mengangguk, Taehyung berjalan mendekat dan langsung mengambil posisi berdiri di samping Sewool.

Pramuniaga itu mengarahkan ponsel ke arah Taehyung dan Sewool. Tetapi melihat ada jarak renggang, ia menggeser kepalanya sedikit menjauhi ponsel dan mengatakan sesuatu dalam bahasa Perancis.

"Maaf, Monsieur*, tapi dia pasanganmu?" (Tuan)

"Ya, dia istriku."

Sewool terbengong-bengong, ia benar-benar tidak mengerti apa yang mereka ucapkan.

"Bisa lebih dekat?"

Taehyung tidak menjawab hanya melakukan sesuai perintah. Tangannya melingkupi bahu Sewool yang terbuka.

Rasa panas merayap teralu cepat sampai ke pipi.

"Apa yang kau lakukan?" bisik Sewool gugup.

"Lihat ke depan."

"Aku tidak mau di foto. Wajahku kusam. Jangan dekat-dekat. Badanku lengket."

"Tersenyumlah."

Dengan setengah hati, Sewool menuruti perkataan Taehyung.

Acara foto selesai, Taehyung menerima ponselnya sambil mengatakan sesuatu. Wanita itu mengangguk lalu pergi meninggalkan mereka.

"Untuk kenang-kenangan sebelum kita pisah." Taehyung mengagkat ponselnya dan menunjukan foto mereka di dalam layar.

Kebahagiaan Sewool terhenti. Kehangatan di pundaknya juga menguar. "Iya,ya." Setengah bergumam, Sewool menatap meja marmer yang tidak jauh dari Taehyung. "Aku tidak sabar menunggu lusa."

Biasanya, Taehyung akan dengan mudah membaca air wajah seseorang, tapi Sewool tak terbaca. Ia berharap ada sedikit saja kemungkinan gadis itu menunjukan ekspresi terluka.

Sewool tersenyum lesu.

"Makanya, sebelum kita berpisah aku mau membantumu." Sebisa mungkin Taehyung menyembunyikan nyeri yang tiba-tiba datang, "Kapan lagi bisa dapat bantuan gratis dari orang tampan."

You Are the Pastry of My EyeWhere stories live. Discover now