Disclose

60.7K 7.9K 648
                                    

Kemarahan yang memuncak terkadang membawa keajaiban.

- Stanislaw Jercy Lec

.

Sewool masih mendidih.

Perlakuan Taehyung tadi malam sungguh keterlaluan.

Berani-beraninya dia membuang naskahku ke tong sampah. Haruskah aku membuang kuenya ke tong sampah?

Selama ini ia cukup mempertahankan kepercayaan dirinya untuk tidak melakukan hal-hal aneh.

Menahan harga dirinya agar bisa masuk ke dalam istana megah berisi orang-orang berotak cair, penuh pendidikan dan kharisma di sana-sini.
Berjalan anggun seperti ratu Anne hanya untuk memungut harga dirinya yang mulai tercecer karena pria seperti Kim Tae Hyung.

Bangsat!

Hatinya berteriak marah. Ia tidak pernah mengumpat dengan kata-kata seperti itu sejak lima tahun terakhir.

Umpatan seperti itu hanya ia berikan untuk orang yang benar-benar sialan.

Kenyataannya Taehyung dan mantan pacarnya lah orang sialan itu.

Telunjuknya mengetuk-ngetuk meja. Memikirkan cara yang lebih sopan untuk balas dendam.

"Baginya, di dunia ini hanya ada dua jenis orang. Dia dan pelanggannya saja." Sewool mendengus keras, "Kalaupun aku jadi pelanggannya, aku tidak yakin dia akan menganggapku. Dasar. Memangnya dia itu siapa. Kenapa menganggap semua orang tidak penting. Menyebalkan."

"Tapi dia itu lumayan terkenal loh," celetuk Nayeon.

"Okeeee, anggap saja dia sempurna. Kartu kredit, toko kue, para gadis, wajah tampan, aku tidak peduli. Dia pikir dia bisa diterima semua orang."

"Kenyataanya memang begitu."

"Kenyataan apanya? Jelas-jelas dari caranya menatap orang lain saja sudah membuat mataku sakit."

Sewool meletakan gelasnya marah. Gadis itu memberengut sejak pagi tadi.

Awalnya Nayeon membiarkan gadis itu pada kemarahannya, tapi jika ini terus dibiarkan dampaknya sangat buruk. Semua orang di teater jadi sasaran.

"Bagaimapun juga aku tetap wanita. Mendapat perlakuan seperti itu aku merasa sakit hati. Meskipun dia tampan tapi kalau perlakuannya kasar aku tidak akan bisa menyukainya."

"Dia cukup sopan__"

"Sopan apanya?"

Nayeon langsung bungkam. Sepertinya Sewool memang sedang stress.

Sewool meraih tas tangannya. Ia baru ingat sesuatu. "Omong-omong kau liat catatanku? Sudah beberapa hari aku melupakannya."

"Terakhir dimana?"

Sewool mengerjap. Seketika bibirnya terbuka.

"Astaga aku meninggalkan catatanku di tokonya."

***

"Aaa... Jadi kakak ingin bermain yaja time*? Oke. Kapan aku bisa mulai?"

(*permainan bertukar umur.)

"Hei ...!"

"Kau membuat ini lebih sulit. Kenapa kau tidak mengatakannya sendiri"

Dahyun mengatakan hal yang membuat kuping Taehyung panas.

Bukan karena mengatakan bahwa dirinya pengecut, tapi adiknya berani berbicara informal dengannya untuk kali pertama dalam hidup mereka.

"Hei jawab. Apa yang harus ku lakukan?"

You Are the Pastry of My EyeWhere stories live. Discover now