Thank You

1.4K 138 16
                                    

Maaf ya. Ini barusan aku unpublish. Jangan lupa vote sama comment lagi ya :)

Few years later....

Disinilah mereka ber-enam. Duduk di ruang bioskop pribadi mereka. Barbara dan Harry duduk bersebelahan sementara keempat anak mereka duduk berpencar. Mereka memilih movie marathon untuk mengisi malam akhir pekan mereka.

"Elena! Berikan popcornnya padaku!" Teriak Rey.

"Enak saja. Mum tadi sudah membuatkan khusus untukmu, Dave, dan Daven. Ini jatahku," Sergah Elena.

"Tapi Dave dan Daven menghabiskannya. Kau bisa berbagi bukan."

"Sudahlah, Kids--"

"We are not kids anymore, Dad," Ujar Rey tak mau dibilang kids.

Kini mereka memang sudah tumbuh dewasa. Rey sudah berumur 15 tahun dan Elena sudah berumur 14 tahun. Anak kembar mereka, Dave dan Daven sudah berumur 10 tahun.

"Well, tapi tingkah kalian masih seperti anak kecil. Elena, berikan kakakmu itu popcorn," Ujar Harry.

Dengan terpaksa Elena memberikan popcorn keju miliknya kepada Rey.

"Thanks. Kau memang adikku yang terbaik."

"Ew. Sudahlah. Aku sudah mengantuk dan kalian menonton film yang sangat membosankan," Elena berlalu keluar dari ruang bioskop ini.

Barbara mengerdikkan bahunya melihat keributan anaknya. Barbara langsung menaruh kepalanya di dada Harry.

"Harry, bagaimana kabar Kendall? Kenapa aku tak pernah mendengar kabarnya?" Tanya Barbara tiba-tiba membuat Harry kaget.

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?" Tanya Harry dan Barbara hanya mengerdikkan bahunya sambil memakan popcorn.

"Aku tak tahu. Keluarganya kini sudah seperti di telan bumi. Mereka sudah tak terlihat sejak 2 tahun lalu. Tapi dengar-dengar Kendall kini sudah menikah dengan pemain NBA. Entahlah," Ujar Harry seraya memakan popcorn mengambil dari tangan Barbara.

.

Barbara kini sedang membuat sarapan untuk keluarganya. Ia kaget saat merasakan ada tangan melingkar di perutnya.

"Harry! Apa yang kau lakukan? Kau membuatku kaget," Ujar Barbara sambil berbalik.

"Morning," Sapa Harry dan Barbara tersenyum.

Barbara langsung mendekatkan bibirnya ke bibir Harry dan mencium bibir Harry. Barbara membuka mulutnya membiarkan lidah Harry mengabsen setiap deretan giginya.

"Mmmm.. bahkan kau belum menyikat gigimu," Ujar Barbara diantara ciuman mereka.

Elena yang merasa lehernya tercekat karena haus langsung bangun dan segera menguncir rambutnya dan turun kebawah untuk mengambil air minum.

Elena memasuki lorong dapur dengan mata yang masih sedikit tertutup.

"Ugh, Dad, Mom," Pekik Elena kaget saat melihat Barbara dan Harry berciuman dengan panas.

Elena langsung menutup matanya dengan telapak tangannya lalu Harry dan Barbara melepas ciuman mereka.

"Elena. Apa yang kau lakukan?" Tanya Harry  melepas ciumannya.

"A-Aku. Aku baru saja akan mengambil air minum karena aku haus," Kata Elena seraya mengambil air minum di kulkas.

"Ugh Dad, Mom. Tak bisakah kalian melakukan aktivitas kalian di kamar? Kenapa kalian melakukan didapur? Ugh, so exhausting," Ejek Elena lalu meneguk air minumnya.

Harry langsung mencium bibir Barbara lagi membuat Elena berteriak.

"Stop it, Dad. Aku masih disini," Teriak Elena lalu keluar dari dapur.

Anak-anak mereka memang sudah terbiasa melihat keromantisan mereka. Rey, Elena, Dave, dan Daven bahkan sudah terbiasa melihat mereka berciuman di tempat umum seperti di ruang keluarga, dapur, ruang bioskop, dan sebagainya.

"Sudahlah, Harry. Aku harus memasak," Barbara mendorong Harry pelan sambil terkekeh.

"Baiklah. Aku akan membantumu memasak kali ini. Apa yang ingin kau masak?" Tanya Harry memeluk pinggang Barbara.

"Entahlah. Apa yang ingin kau makan?" Tanya Barbara balik.

"Bagaimana jika pancake saja?"

"Baiklah. Tak buruk."

Mereka pun mulai memasak dan membuat sedikit kekacauan di dapur dengan Harry yang selalu saja melempar-lemparkan tepung ke udara.

Tak berapa lama pancake ala mereka sudah tersaji di meja makan.

"Kids. Ayo sarapan!" Teriak Harry.

Elena dan Rey turun bersamaan.

"Ele, bangunkan dulu kedua adikmu," Suruh Harry.

Barbara langsung menuangkan saus coklat kesukaan Rey di pancake milik Rey.

"Morning, Mom," Rey mencium pipi Barbara.

"Mana untuk Dad?" Tanya Harry sambil mencondongkan pipinya.

"Dad. Berhenti bertingkah bodoh. Kau memalukan," Ujar Rey sambil tertawa.

Tak lama kemudian Elena turun diikuti Dave dan Daven dibelakangnya.

"Morning..." Teriak Dave sambil berlari mendahului Elena dan Dave.

"Morning sayang," Ucap Harry.

"Morning Dad, Mom," Ujar Daven dengan malas.

"Ugh, anak Dad yang satu ini malas sekali," Ejek Harry.

.

"Mum aku harus pergi. Aku ada janji dengan temanku," Izin Elena seraya memakai sepatu cadsnya.

"Kemana kau akan pergi, Ele?" Tanya Barbara.

"Aku hanya akan keluar bersama Claire, Mum. Claire memintaku menemaninya berbelanja."

"Baiklah. Kau menaiki mobil?"

"Tidak, Claire menjemputku," Elena bangkit lalu menghampiri Harry yang sedang tidur di pangkuan Barbara.

"Dad. Boleh aku minta uang?"

"Dad ingin kau pulang sebelum jam delapan malam," Kata Harry sambil memberikan beberapa lembar uang dolar kepada anak perempuannya itu.

"Baiklah. Thanks Dad," Elena mencium pipi Harry dan lanjut mencium pipi Barbara.

Barbara tersenyum melihat anaknya sudah tumbuh. Rasanya seperti kemarin Barbara melahirkan keempat anaknya, tapi sekarang mereka sudah tumbuh menjadi remaja. Rey? Rey menjadi anak artis yang paling di gemari oleh orang di seluruh penjuru dunia karena tampangnya yang tampan seperti Harry. Elena? Elena juga sudah menjadi anak artis yang paling digemari karena kecantikan dan gaya fashionnya yang banyak ditiru remaja masa kini. Dave dan Daven juga begitu.

"Harry, kenapa anak-anak kita tumbuh begitu cepat?" Tanya Barbara sambil mengelus rambut ikal Harry.

"Entahlah, aku juga merasa seperti itu. Barb, kita sudah tua, ya? Kita sudah berkepala tiga," Kata Harry sambil terkekeh.

"Ya, kita memang sudah tua. Jika aku tua apa kau masih mau bersamaku? Oh aku yakin kau akan mencari wanita baru yang lebih muda dan cantik dariku."

"Apa yang kau katakan? Tentu saja tidak. Kita sudah menjalani rumah tangga ini selama 15 tahun dan tak mungkin aku meninggalkanmu. Percayalah, aku hanya mencintaimu."

"Oh benarkah?"

"Tentu saja. Dan... terima kasih untuk semuanya. Kau selalu ada saat aku susah, saat aku senang, kau sudah menjadi istri dan ibu yang sempurna untukku dan anak-anak," Kata Harry seraya mencium tangan Barbara.

End......

Maaf baru muncul :)
Ini udah ending ya.
Thanks buat yang udah selalu ngevote dan comment.
Kalian penyemangatku :)
Thanks banget. Tanpa kalian aku gatau jadi apa cerita ini.
Maaf kalo jelek :)
Keep vomment guys :)

My Heart Belongs Harry Styles 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang