Finally Clean

1.4K 154 4
                                    

-Barbara's POV-

Aku membuang muka saat Harry menatapku. Demi tuhan aku tak ingin munafik, jujur aku merindukannya, ini sudah 2 minggu sejak aku pergi dari rumah. Tapi aku masih marah dengannya. Ini semua kemauan Cara dan Cara menyuruh Harry untuk datang.

"Barb, look at me, please.." Kata Harry dengan suara sangat lembut.

Dammit, aku ingin segera melompat kepangkuannya dan langsung melumat bibir pinknya. Aku sangat, sangat, sangat merindukannya.

"Barb, please..."

Aku langsung menatap wajahnya dan langsung bertemu dengan mata hijaunya. Satu kata yang terlintas di pikiranku saat aku menatap wajahnya. Kacau. Harry kacau.

"Listen. Aku dan Kendall tidak memiliki hubungan apa-apa. Bahkan kita bukan teman. Aku muak dengan Kendall-"

"Tapi mengapa kau menggendongnya, Harry? Aku juga curiga apa kau juga bercinta dengan Kendall waktu itu? For godness sake aku tak percaya kau seperti ini!" Kataku marah.

"Dengarkan aku dulu, Barb. Itu hanya kecelakaan. Aku menabrak Kendall saat aku menuju basecamp dan aku tak tahu jika aku dikelabuhi oleh Kendall. Well, mungkin kau tak mempercayai kata-kataku, tapi inilah yang sebenarnya. Trust me, aku hanya mencintaimu," Ujar Harry mendekat kearahku.

"Aku memang pernah mencintai Kendall, tapi itu dulu. Kini aku mencintaimu, hanya kau," Harry menggenggam telapak tanganku membuatku sedikit malu.

"So, kau mau memaafkanku?" Tanya Harry.

Aku memalingkan wajahku lagi dan kini aku tersenyum malu.

"Aku tahu kau tertawa. Tak perlu kau sembunyikan."

Aku kaget saat Harry membalikkan wajahku dan langsung melumat bibirku. Akhirnya.. aku merindukan bibir ini. Cukup lama kita berciuman hingga kami memutuskan untuk berpelukan.

"I'm sorry," ujarku sambil memeluknya dengan erat.

"I'm sorry, too."

.

Kini aku, Rey, dan Elena sudah kembali ke rumah kami. Aku merindukan rumah ini. Saat aku masuk rumah ini aku sangat terkejut karena rumah ini ak terlihat seperti rumah tapi mirip kapal pecah. Baju, bungkus makanan, dan sampah berserakan dimana-mana.

Aku menghampiri Harry yang sedang duduk bersama Rey dan Elena. Aku tersenyum melihat Harry membacakan dongeng penghantar tidur kepada Rey dan Elena. Mereka sudah tertidur pulas dipelukan Harry.

Aku dan Harry baru saja menaruh Rey dan Elena dikamar mereka dan kini aku dan Harry berada di dalam kamar kami. Aku merindukan kamar ini.

"Apa kau merindukanku saat kau pergi?" Tanya Harry sambil mengelus rambut coklatku yang menempel di dada bidangnya karena aku sedang berada di pelukannya.

"Tentu saja. Bagaimana denganmu?" Tanyaku balik.

"Sangat merindukanmu. Bahkan aku tak bisa tidur 3 hari setelah kau pergi. Aku menyesal karena perkataanku malam itu."

"Im sorry. Malam itu aku terbalut oleh kecemburuan sehingga aku tak mempercayaimu. Rey bahkan mengingaukan namamu saat malam hari, sebenarnya aku tidak tega, tapi bagaimana lagi."

"Sudahlah, kini kita sudah bersama kembali. Aku janji aku tidak akan menemui Kendall, menolong Kendall, atau sebagainya," Harry mengecup keningku cukup lama.

.

Kini aku dan Harry sedang hang out ditaman. Gemma dan Mom sedang ada dirumah dan mereka menyuruh kami untuk pergi dan mereka akan menjaga Rey. Kami menjadi santapan empuk bagi paparazzi.

"Harry, apa kita bisa duduk disitu? Aku lelah," ujarku dan Harry mengangguk.

Kami duduk dan kami sedikit mengobrol. Hingga nenek sihir datang membuat moodku hancur seketika.

"Honey, kau ada disini? Wow, rupanya kita berjodoh," ujar Kendall membuatku muak.

Harry langsung bangkit dan aku menyusulnya bangkit. Aku menggenggam tangan Harry dan meremasnya berusaha menenangkan Harry. Harry menoleh ke arahku dan tersenyum sambil menganggukkan kepalanya membuatku lega. Paparazzi dan orang-orang disini langsung ramai saat Kendall datang. Well, entertaiment akan gencar membicarakan kami sebentar lagi.

"Apa maumu?" Tanya Harry tak lupa dengan nada sarkastiknya.

"Tentu saja kau, Harry! Apa lagi?" Kata Kendall dengan manjanya.

"Hey bitch, mengapa kau menggenggam tangan Harry seperti itu? Lepaskan!" Ujar Kendall sambil menarik tanganku hingga tautan tanganku dan Harry terlepas.

"Jangan sakiti dia!" Bentak Harry.

Dalam hati aku tertawa penuh kemenangan.

"Harry, ada apa denganmu? Kau baru saja membentakku? Kau membela pelacur ini dari pada aku? Apa-apaan ini?" Tanya Kendall membuat darahku naik.

"Siapa yang pelacur? Apa aku tak salah dengar? Kau yang pelacur!" Ujarku marah.

"Hey, bitch. Tak perlu marah seperti itu. Kau harus tahu jika Harry memilihku, bukan kau!" Kata Kendall sambil mendorong pundakku sehingga aku terdorong ke belakang dan dengan sigap Harry membantuku hingga aku tidak terjatuh.

"Harry? Harry memilihmu?" Tanyaku dengan nada mengejek.

"Ya, tentu saja Harry memilihku. I'm sexy and i know it."

"No, bitch. You ugly and you show it!" Oops! Sepertinya aku yang membuat hatinya terluka.

Tamparan keras langsung mendarat di pipiku membuat semua orang, bahkan Harry berteriak.

"Bitch! Ingat, aku tak pernah memilihmu dan bahkan aku tak sudi jika harus memilihmu! Aku hanya memilih Barbara! Hanya Barbara! Go away! Aku tak sudi melihat wajah menjijikkanmu itu lagi! Go away!" Teriak Harry sambil memelukku.

"Harry... Harry... kau.." Setelah menghentakkan kakinya keras, Kendall langsung pergi dengan air matanya.

Harry langsung memelukku dengan erat dan dia mencium puncak kepalaku membuat semua orang berseru senang.

"HARBARA FOREVER" Seru seseorang membuat aku dan Harry terkekeh.

Ini hari terbaikku. Aku senang Harry bisa dengan tegas dan berbicara di depan orang banyak bahkan media, dia berkata bahwa Ia memilihku dan tidak menerima Kendall.

Guys! Bentar lagi end ya ceritanya! SILENT READERS mana yaa? Kok sembunyi terus, gacape apa? Keep vomment ya! Thank you 😊😊

My Heart Belongs Harry Styles 2Where stories live. Discover now