Part-37

17.6K 840 4
                                    

Dengan langkah gontai Natasya menendang-nendang batu krikil yang beradah disekitar kakinya.
Saat ini Natasya merasa ada sesuatu yang hilang dari genggamannya yang entah iapun tak ketahui itu apa.

Bahkan ia merasa saat ini mungkin saja hatinya sudah bolong, karena rasa kecewa yang diberikan Alfran padanya. Natasya tersenyum miris mengingat kejadian ditaman belakang sekolah tadi antara dirinya dan Alfran, dimana sosok Alfran memperlihatkan jati diri yang sesungguhnya.

Natasya tertawa miris dalam hatinya, harusnya sejak awal ia tidak perlu menanggapi Alfran dengan perasaan, karena ia tahu jelas kalau laki-laki itu memang brengsek. Saat pertama kali bertemu saja rasanya Natasya ingin mencolok bola mata Alfran dengan garpu, saat dengan terang-terangan lelaki itu menggodanya dengan mata yang mengerling-ngerling nakal- tanpa sepengetahuan orang tua mereka tentunya.

TIITT.. TIIITT.. TIIIT..

Natasya mendongak mengedarkan pandangannya, dan ia merasa masih berjalan diZona aman, bukan ditengah jalan. Tetapi kenapa mobil dibelakangnya itu terus-menerus membunyikan kladson dengan tidak sabaran.

TIITT..TIITT..TIITT..

Natasya menutup kedua kupingnya, karena merasa jengkel dengan pemilik mobil yang sengaja mengeladson dirinya itu.
"Natasya..Natasya" Natasya menolehkan kepalanya kearah mobil yang berjalan pelan disampingnya dengan pengemudi yang memanggil-manggil namanya.

"Kak Bams??" Tanya Natasya memastikan. Saat langkah Natasya terhenti bersamaan dengan itu mobil itupun ikut berhenti.

"Iya ini aku, sedari tadi aku terus-menerus memanggilmu" Jawab Bams yang sudah turun dari mobilnya. Reflek Natasya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Maaff kak"

"Apa kau sedang ada masalah??" Tanya Bams, yang membuat Natasya mendongak menatapnya lalu menggeleng pelan dengan senyuman tipis yang terkesan dipaksakan.

"Aku tunggu kau bercerita padaku.. Bagaimana jika sekarang aku mengajakmu jalan-jalan?" Tawar Bams membuat Natasya sedikit berpikir. Ia tentu saja ingin ikut, namun berpikir bagaimana caranya untuk mengabarkan Alfran sedangkan dirinya saja tidak memiliki ponsel bahkan nomor lelaki itu.

"Natasya??" Panggil Bams dengan alis terangkat sebelah, menunggu jawaban dari Natasya. Natasya menggepak Alfran jauh-jauh dari pikirannya- toh lelaki itu juga tidak akan perduli padanya, contohnya bahkan Alfran membiarkannya beberapa hari ini berangkat-pulang sekolah sendirian.

Natasya mengangguk dengan senyuman lebar diwajahnya, membuat Bams ikut tersenyum.
Kemudian menarik lengan Natasya untuk mengitari mobilnya dan membukakan pintu untuk gadis itu.
****

Regan meletakkan nampan ditangannya saat merasakan ponselnya bergetar tanda panggilan masuk. Saat berhasil mendapat ponsel itu Alfran mengernyitkan alis melihat nomor tak dikenallah yang sedang menelvon, tanpa ingin membuang waktu untuk berpikir Alfran menggeser tombol hijau lalu menempelkan ponsel itu ditelinganya.

"Halo"

"Bagaimana kabarmu??" Alfran menegang dengan tangan mengepal erat ketika mendengar suara siapa diseberang sana.
"Aku tidak perduli dengan kabarmu saat ini, tapi aku membawa kabar bahagia untukmu" Lanjut orang diseberang sana dengan santainya, tidak memerdulikan lawan bicaranya yang merasa saat ini ia hampir saja meledak.
"Tidak perlu membuang-buang waktuku brengsek dengan kabar busukmu itu" Ucap Alfran pelan namun terdengar menusuk.

"Tapi gadismu sedang bersamaku" Mata Alfran membulat sempurnah terlihat jelas ia sedang begitu marah, khawatir. Perasaannya bercampur aduk.

Tanpa memerdulikan pekerjaannya Alfran melepas kain yang terikat dikepala dan pinggang, mengabaikan suara teman kerjanya yang memanggil-manggil dan sambungan telvon yang belum terputus.

Jodoh?? Mungkin.Where stories live. Discover now